Suara.com - Anggota DPR Fraksi PKS Ecky Awal Mucharam mengecam Rektor Institut Teknologi Kalimantan (ITK) Budi Santosa Purwokartiko. Kecaman itu menyusul pernyataan Budi yang diduga bersifat SARA dan pelecehan secara verbal terkait proses seleksi beasiswa dari dana Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP).
Atas ucapan Budi, anggota Komisi XI DPR ini menegaskan, bahwa sumber dana beasiswa LPDP merupakan uang rakyat. Karena itu, Ecky berujar seharusnya proses seleksi berdasarkan kriteria tertentu yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.
"Seluruh mahasiswa mahasiswi yang memenuhi syarat berhak mendapatkan beasiswa tersebut, termasuk yang memakai jilbab, kerudung atau tutup kepala," kata Ecky dalam keterangannya, Minggu (1/5/2022).
Menurut Ecky, apa yang menjadi pernyataan Budi Santosa Purwokartiko di media sosial yang dinilai bernada rasis itu tentu sangat menyakitkan bagi umat Islam.
"Tidak selayaknya dan tidak ada tempat bagi orang yang punya pemikiran rasisme ikut terlibat dalam seleksi dan penetapan pemberian beasiswa yang didanai LPDP," kata Ecky.
Tanggapan Mahfud MD Soal Rektor ITK
Baru-baru ini Rektor Institut Teknologi Kalimantan (ITK) Prof Budi Santoso Purwokartiko menjadi buah bibir publik lantaran tulisannya yang dianggap mengandung unsur rasisme.
Tulisan Prof. Budi Santoso Purwokartiko yang mengatakan “menutup kepala ala manusia gurun” di Facebook lantas mendapatkan tanggapan serius dari sejumlah kalangan, salah satunya dari Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan Mahfud MD.
Melalui akun Twitter pribadinya, Mahfud MD menyampaikan cuitannya mengenai anggapan Rektor ITK Budi Santoso Purwokartiko.
Baca Juga: Geger, Rektor ITK Sindir Mahasiswi Menutup Kepala ala Manusia Gurun, Netizen: Si Paling Open minded
"Memuji-muji mahasiswa/mahasiswi hebat hanya karena tidak memakai kata-kata agamis, “Insyaallah, qadarallah, syiar” sebagaimana ditulis oleh Rektor ITK itu juga tidak bijaksana. Itu adalah kata-kata yang baik bagi orang beriman, sama dengan ucapan Puji Tuhan, Haleluya, Kersaning Allah, dan lain-lain.”
“Sejak tahun 1990-an banyak sekali profesor-profesor di kampus besar seperti UI, ITB, UGM, IPB, dan lain-lain yang tadinya tidak berjilbab menjadi berjilbab. Ibu Dirut Pertamina dan Kepala Badan POM juga berjilbab. Mereka juga pandai-pandai tapi toleran, meramu keislaman dan keindonesiaan dalam nasionalisme yang ramah.”
“Pakaian yang Islami itu adalah niat menutup aurat dan sopan; modelnya bisa beragam dan tak harus pakai cadar atau gamis. Model pakaian adalah produk budaya. Maka itu menuduh orang pakai penutup kepala seperti jilbab ala Indonesia, Melayu, Jawa, dan lain-lain sebagai manusia gurun adalah salah besar.”