6 Fakta Warga Pencari Sedekah dengan Sapu Koin di Indramayu saat Momen Mudik, Videonya Viral

Sabtu, 30 April 2022 | 06:43 WIB
6 Fakta Warga Pencari Sedekah dengan Sapu Koin di Indramayu saat Momen Mudik, Videonya Viral
Warga Desa Sukra Kabupaten Indramayu menanti lemparan koin dari para pemudik di pinggir jalan raya. [tangkapan layar]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pemerintah kembali mengizinkan mudik Lebaran pada tahun ini setelah dua tahun sebelumnya dilarang karena pandemi Covid-19. Fenomena mudik yang menggeliat membuat sejumlah daerah kembali menghidupkan tradisinya menjelang Lebaran, salah satunya di Desa Sukra, Kabupaten Indramayu.

Di sana ada semacam tradisi menyapu duit yang dilemparkan para pemudik yang melintas di jalan raya. Warga berjejer memegang sapu lidi di pinggir jalan sambil berharap ada uang yang dilempar pada mereka. Tak semua pemudik paham aktivitas mereka. Ada pula yang mengira mereka sedang membersihkan jalan atau kerja bakti.

Tradisi unik ini viral setelah akun Instagram @rembolsuroboyo mengunggah video berisi rekaman dari dalam mobil yang menyoroti tradisi di sepanjang jalur Pantura itu. Berikut sejumlah warga sapu koin di Indramayu saat momen mudik.

1. Rela Kepanasan Demi Receh

Baca Juga: Volume Kendaraan di Pantura Melonjak 150 Persen, Polisi Pastikan Tak Ada Kemacetan

Jika Anda sering melintasi wilayah jalur Pantura, pasti sudah tak asing dengan pemandangan para penyapu jalan yang berjajar di sepanjang Jembatan Sewo Desa Sukra Kabupaten Indramayu, Jawa Barat. Warga sekitar rela berpanas-panas di bawah terik matahari untuk menanti rezeki yang dilempar pengguna jalan.

Di masa mudik, jumlah warga yang muncul bisa lebih banyak lagi, mencapai ratusan orang yang berdiri di pinggir jalan. Mereka biasanya membawa sapu lidi serta caping atau penutup kepala seadanya untuk menghindari terik matahari.

2. Pakai Sapu Lidi untuk Ambil Koin

Warga yang belum pernah melintas Desa Sukra pasti kebingungan saat melihat warga membawa sapu lidi besar. Usut punya usut, fungsinya bukan untuk menyapu kotoran, melainkan “menyapu” koin lemparan para pengendara. Tak jarang warga berebutan saat banyak koin yang bertebaran. Tak hanya lelaki dewasa, ibu-ibu hingga anak-anak juga tak segan mengikuti tradisi ini.

3. Berkaitan dengan Mitos

Baca Juga: Ini Jalur Alternatif Mudik Lewat Pantura, Solusi Hindari One Way Ganjil Genap Tol yang Berlaku Hari Ini

Fenomena penyapu koin ternyata tak sekadar demi mendapatkan penghasilan tambahan. Rupa-rupanya, tradisi tersebut juga berkaitan dengan mitos di daerah setempat. Konon, Jembatan Sewo merupakan tempat tinggal arwah mendiang Saedah dan Saeni yang meninggal di sungai tersebut.

Saeni merupakan seorang penari ronggeng Pantura yang berubah menjadi buaya. Sementara itu, Saedah yang merupakan tukang kendang berubah menjadi Bunga Cempaka Putih menurut ceritanya. Dari situ, muncul mitos bahwa setiap pengendara yang melintasi jembatan ini dipercaya akan selamat setelah melempar koin. Banyak pengendara yang memercayai mitos tersebut sehingga mereka selalu melempar koin ketika melintas agar diberi keselamatan selama perjalanan.

4. Kesan Mistis Kian Kental

Kesan mistis Jembatan Sewo bertambah kental setelah peristiwa kecelakaan sebuah bus transmigran asal Boyolali di lokasi tersebut. Kecelakaan itu merenggut 67 orang dalam kondisi bus terbakar. Hanya ada satu penumpang yang selamat yaitu seorang bayi laki-laki.

Sejak adanya peristiwa itu, semakin banyak para pengendara yang melempar koin ketika melewati jembatan. Hal itu agar pengendara diberi keselamatan selama perjalanan dan dijauhkan dari gangguan makhluk halus menurut mitosnya.

5. Bisa Kantongi Setengah Juta

Seiring perkembangan waktu, mitos tersebut kini berkembang menjadi ladang penghasilan tambahan bagi warga sekitar. Warga yang rata-rata berprofesi petani serta buruh mengaku mendapat pemasukan lumayan dari aktivitas tersebut. Rata rata yang dihasilkan masing masing penyapu jalan pada musim Lebaran bahkan bisa mencapai Rp100.000 hingga Rp 500.000 per orang.

6. Warganet Gempar

Sejumlah warganet geleng-geleng kepala melihat fenomena para penyapu duit di Indramayu. Mereka menilai tradisi itu tidak mendidik karena mendorong warga menjadi peminta-minta. "Sedih melihatnya," ungkap akun @idea***.  "Piye ki karepe yo ( gimana ini maunya ya)" timpal yang lain @ratu***. Selain itu, fenomena tersebut juga semakin tidak mencerdaskan karena dikait-kaitkan dengan mitos yang belum tentu kebenarannya.

Kontributor : Alan Aliarcham

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI