Suara.com - Epidemiolog dari Universitas Griffith, Australia Dicky Budiman menilai Indonesia lebih baik daripada Malaysia karena tidak terburu-buru menghapus kebijakan pemakaian masker karena pandemi Covid-19 masih ada.
Dicky menjelaskan, kondisi di Malaysia sebenarnya belum benar-benar terkendali sehingga Indonesia tidak perlu ikut-ikutan untuk buka masker.
"Indonesia jauh lebih baik, karena tidak terburu-buru lepas masker," kata Dicky saat dihubungi, Jumat (29/4/2022).
Dia juga menilai kebijakan Indonesia menunggu kasus terkendali enam bulan ke depan juga bisa dibilang baik karena tidak langsung euforia terlebih di masa mudik lebaran saat ini.
Baca Juga: Update Covid-19 Global: Korea Selatan Akan Cabut Aturan Wajib Masker
"Jadi kalau ditargetkan pak presiden 6 bulan dan itu tercapai dosis dua dan boosternya di atas 80 persen ya bisa, tapi tetap lebih untuk aktivitas outdoor," ucapnya.
Diketahui, Malaysia mulai melakukan sejumlah penghapusan pembatasan Covid-19, seperti tidak perlu tes jika sudah vaksin dua kali dan melepas masker jika berada di luar ruangan.
Depkes Malaysia akan memberlakukan mandat masker di dalam ruangan di bawah Undang-Undang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular 1988 (UU 342).
Tidak lagi wajib memindai kode QR MySejahtera tetapi setiap orang dianjurkan untuk mengaktifkan MYSJ Trace.
Baca Juga: Sudah Vaksin Lengkap, Pelancong Tak Perlu Lagi Tes PCR Saat Wisata ke Malaysia