Suara.com - Indikator Politik Indonesia merilis hasil survei terbaru mereka berkaitan dengan tingkat kepuasan publik terhadap kinerja presiden. Hasilnya ada peningkatan kepuasan publik terhadap kinerja presiden dalam temuan survei yang diambil pada 20-25 April.
Sebelumnya, dalam temuan survei Indikator Politik Indonesia pada 14-19 April mengenai kinerja presiden, didapatkan persentase total publik yang puas dan sangat puas sebesar 59,9 persen.
Sementara itu, pada rilis survei terbaru yang dipaparkan Direktur Eksekutif Indikator Politik, Burhanuddin Muhtadi, tingkat kepuasan terhadap kinerja presiden mencapai 64,1 persen dengan rincian 10,6 persen publik merasa sangat puas dan 53,5 persen publik cukup puas.
Sedangkan untuk publik yang merasa kurang puas terhadap kinerja presiden ada 26,7 persen, tidak puas sama sekali 6,7 persen dan tidak tahu atau tidak menjawab 2,6 persen.
Adapun survei tersebut dilakukan terhadap 1219 responden yang dipilih melalui proses pembangkitan nomor telepon secara acak, validasi, dan screening. Margin of error survei diperkirakan ±2.9% pada tingkat kepercayaan 95 persen, asumsi simple random sampling. Wawancara dengan responden dilakukan lewat telepon oleh pewawancara yang dilatih.
Menanggapi hasil survei tersebut, Menko Polhukam Mahfud MD mengatakan bahwa kenaikkan tingkat kepuasan publik terhadap kinerja presiden menjadi bantahan atas tuduhan bahwa pemerintah telah kehilangan kepercayaan.
"Jadi, misalnya kinerja presiden oleh publik masih dinilai memuaskan ya 64.1 (persen). Itu saya kira menjadi juga semacam bantahan lah, bantahan terhadap apa yang sering didengang-dengungkan oleh orang-orang tertentu bahwa pemerintah ini sudah kehilangan kepercayaan," kata Mahfud dalam rilis survei secara daring, Kamis (28/4/2022)
"Justru sekarang naik dari sebelumnya 59.9 persen menjadi 64 (persen),' sambung Mahfud.
Menurut Mahfud hasil survei terkait kinerja presiden itu memberikan keyakinan bahwa setiap kebijakan pemerintah dan tindakan pemerintah yang menonjol dalam kasus-kasus tertentu dapat mempengaruhi sensitivitas publik di dalam meniai kinerja pemerintah.
Baca Juga: Presiden Jokowi Bakal Lebaran di Jogja, Sri Sultan HB X Salat Id di Keraton Yogyakarta
"Dan tadi sudah disebutkan, misalnya orang ribut mau memperpanjang masa jabatan, menunda pemilu itu pada periode-periode itu (tingkat kepuasan) turun. Tapi ketika presiden mengumumkan tidak gitu lalu naik menjadi 64," kata Mahfud.
Tingkat Kepuasan Kinerja Jokowi Jeblok
Lembaga survei Indikator Politik Indonesia sebelumya, merilis hasil survei terbaru soal kepuasan terhadap kinerja pemerintahan Presiden Joko Widodo atau Jokowi. Hasilnya dalam survei tersebut tren tingkat kepuasan terhadap kinerja pemerintah Jokowi mengalami penurunan.
Direktur Eksekutif Indikator Politik, Burhanuddin Muhtadi, mengatakan memang ada sekitar 59,9 persen responden dalam survei yang menyatakan puas atau sangat puas terhadap kinerja pemerintahan Jokowi.
"Kita cek ini approval ratting pres, di bulan aprl 14-19 april, yang puas atau sangat puas kalau kita total 59,9 persen, yang kurang puas 38,6 persen. Jadi lebih banyak yang puas," kata Burhanuddin dalam paparannya secara daring, Selasa (26/4/2022).
Namun, kata Burhanuddin, jika dilihat dari tren, memang diakuinya ada penurunan tingkat kepuasan. Hal tersebut bisa terlihat jika dibandingkan dengan tingkat kepuasaan terhadap pemerintah di Januari mencapai 75,3 persen.
"Tapi bagaimana dengan trennya, trennya memang ada penurunan. Jadi kalau kita cek, waktu kita survei di awal Januari 2022, saat itu masyarakat yang puas itu 75,3 persen," tuturnya.
Burhanuddin mengatakan, sepanjang pihaknya melakukan survei sejak Januari 2015 sampai Januari 2022, tingkat kepuasan terhadap pemerintahan itu ada diangka 75,3 persen yakni di Januari 2022 tersebut.
"Saat itu inflasi belum terjadi. Minyak goreng masih relatif bisa dipenuhi. Dan jangan lupa masyarakat saat itu happy dengan kinerja pemerintahan menangani kasus pandemi, varian delta. Jadi coba cek di situ ada kenaikan 13 poin di bulan Juli ya sampai November, approval ratting," tuturnya.
"Terus setelah itu masyarakat kayak semacam euforia, kemudian mereka mencari nafkah kembali, tren naik tersebut berlangsuns sampai Januari 2022," sambungnya.
Lebih lanjut, ia menjelaskan, pada Februari 2022 data menunjukkan penurunan tingkat kepuasaan yakni di angkat 71 persen. Kemudian data survei tatap muka SMRC yang dilakukan pada Maret itu turun lagi di 64 persen. Terakhir 59,9 persen sekarang.
"Jadi memang tren turun ini belum berhenti meskipun secara umum masih belum banyak yang puas," tandasnya.
Survei ini dilakukan pada tanggal 14-19 April 2022. Populasi survei ini adalah seluruh warga negara Indonesia yang punya hak pilih dalam pemilihan umum, yakni mereka yang sudah berumur 17 tahun atau lebih, atau sudah menikah ketika survei dilakukan.
Penarikan sampel menggunakan metode multistage random sampling. Dalam survei ini jumlah sampel basis sebanyak 1.220 orang. Dengan asumsi metode simple random sampling, ukuran sampel basis 1.220 responden memiliki toleransi kesalahan (margin of error) sekitar ±2.9 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.