Tidak Dibayar Rubel, Rusia Hentikan Suplai Gas ke Polandia dan Bulgaria

Kamis, 28 April 2022 | 10:02 WIB
Tidak Dibayar Rubel, Rusia Hentikan Suplai Gas ke Polandia dan Bulgaria
DW
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Polandia dan Bulgaria adalah negara anggota NATO dan UE. Ini kali pertama Rusia memutus pasokan gas ke pelanggannya di Eropa sejak menginvasi Ukraina Februari lalu.

Raksasa produsen energi asal Rusia, Gazprom, mengatakan bahwa pihaknya pada Rabu (27/04) telah menghentikan pasokan gas ke Bulgaria dan Polandia karena gagal membayar gas dalam mata uang rubel.

Ini adalah tindakan balasan terberat dari Kremlin atas sanksi yang dijatuhkan oleh Barat terkait konflik di Ukraina.

Ini juga adalah kali pertama Rusia memutus pasokan gas ke pelanggannya di Eropa sejak Moskow melancarkan invasi ke Ukraina pada 24 Februari lalu.

Baca Juga: Menteri Pertahanan Jerman Minta Uni Eropa Segera Bahas Larangan Impor Gas Rusia

"Gazprom telah sepenuhnya menangguhkan pasokan gas ke Bulgargaz dan PGNiG karena tidak adanya pembayaran dalam rubel," tulis Gazprom dalam sebuah pernyataan, mengacu pada perusahaan gas asal Bulgaria dan Polandia.

"Mulai 1 April, pembayaran untuk gas perlu dilakukan menggunakan rincian bank baru, yang diberitahukan kepada rekanan secara tepat waktu," tulis Gazprom.

PGNiG milik Polandia mengonfirmasi pasokan gas yang mengalir di jaringan pipa Yamal dari Gazprom telah dipotong tetapi mengatakan masih bisa memasok klien mereka sesuai kebutuhan.

"Memotong pasokan gas adalah pelanggaran kontrak dan PGNiG berhak untuk meminta kompensasi dan akan menggunakan semua cara sesuai kontrak dan hukum yang ada untuk melakukannya," kata perusahaan itu.

Polandia dan Bulgaria adalah anggota NATO dan Uni Eropa (UE). Gazprom memasok sekitar 50% konsumsi gas Polandia.

Baca Juga: Ultimatum Batal, Putin Setuju Gas Rusia Tetap Dibayar dengan Euro

Negara itu mengatakan tidak perlu menarik cadangan dan bahwa penyimpanan gasnya sudah 76% penuh.

Sementara direktur eksekutif operator jaringan gas Bulgaria, Bulgartransgaz, mengatakan bahwa pasokan ke Bulgaria masih mengalir. Negara lain seperti Hungaria dan Austria juga mengatakan pasokan gas mereka dari Rusia masih normal.

Pasokan gas diklaim masih cukup Sebelumnya, Gazprom mengumumkan penghentian gas ke Polandia dan Bulgaria karena tidak dibayar dalam bentuk mata uang rubel oleh dua negara tersebut.

Sehari sebelumnya, pemerintah Polandia mengatakah pihaknya siap menghadapi adanya gangguan pasokan dari Rusia. Ekspor energi Rusia sebagian besar terus berlanjut sejak perang di Ukraina dimulai.

Ukraina menuduh Rusia menggunakan suplai energi ke Eropa sebagai senjata untuk melemahkan kekuatan Eropa.

Bulgaria yang hampir sepenuhnya bergantung pada impor gas dari Rusia mengatakan skema pembayaran baru dalam rubel melanggar kontraknya dengan Gazprom.

Mereka telah mengadakan pembicaraan untuk mengimpor gas alam cair lewat negara tetangga seperti Turki dan Yunani.

Menteri Energi Bulgaria, Alexander Nikolov, mengatakan pada hari Rabu bahwa negaranya dapat memenuhi kebutuhan pengguna setidaknya selama satu bulan.

Dia mengatakan bahwa pada saat dia berbicara, gas masih mengalir. "Persediaan alternatif ada, dan Bulgaria berharap rute dan pasokan alternatif juga akan diamankan di tingkat UE."

Sementara Menteri Iklim Polandia, Anna Moskwa, menuliskan di akun Twitter bahwa: "Tidak akan ada kekurangan gas di rumah-rumah Polandia." tulis Menteri Iklim Anna Moskwa di Twitter.

"Sejak hari pertama perang kami telah menyatakan bahwa kami siap untuk merdeka sepenuhnya dari bahan mentah Rusia," katanya.

"Polandia memiliki cadangan gas dan sumber pasokan yang diperlukan untuk melindungi keamanan kami. Selama bertahun-tahun kami telah berhasil membuat diri kami mandiri dari Rusia," tambahnya.

Tidak mengejutkan Presiden Komisi Uni Eropa, Ursula von der Leyen, mengatakan bahwa penangguhan pasokan gas Rusia ke negara-negara anggota UE tidak mengejutkan.

"Kami siap untuk skenario ini. Kami berhubungan dekat dengan semua negara anggota," ujar von der Leyen, seraya menambahkan bahwa UE telah menyiapkan rencana darurat.

Von der Leyen menyebut pemotongan suplai gas "tidak dapat dibenarkan dan tidak dapat diterima."

Pengumuman oleh Gazprom adalah "satu lagi upaya Rusia untuk menggunakan gas sebagai alat pemerasan."

Von der Leyen mengatakan Komisi Eropa saat ini tengah mengerjakan tanggapan yang terkoordinasi terkait masalah ini.

Invasi Rusia ke Ukraina telah memasuki bulan ketiga. Sejak pasukan invasi Rusia dipukul mundur di pinggiran ibu kota Kyiv bulan lalu, Moskow memfokuskan kembali operasinya di wilayah timur dan merebut pinggiran kota Velyka Komyshuvakha dan Zavody di satu sisi, dan pemukiman Zarichne dan Novoshtokivske di wilayah Donetsk. ae/vlz (Reuters, AFP, AP, dpa)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI