Taiwan Terbitkan Panduan Pertahanan bagi Warga Sipil Saat Perang

Senin, 25 April 2022 | 13:28 WIB
Taiwan Terbitkan Panduan Pertahanan bagi Warga Sipil Saat Perang
DW
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Militer Taiwan menerbitkan buku panduan untuk mempersiapkan penduduk terhadap ancaman invasi asing. Warga diarahkan untuk menyimpan bahan pangan dan mencatat lokasi bungker terdekat.

Buku setebal 28 halaman itu mengandung informasi "yang bisa digunakan masyarakat umum sebagai panduan darurat dalam skenario krisis militer atau bencana alam,” kata juru bicara Kementerian Pertahanan, Sun Li-fang, Selasa (12/4).

Untuk pertamakalinya militer Taiwan menerbitkan buku panduan untuk bertahan hidup bagi warga sipil.

Mengadopsi panduan serupa yang sudah diterbitkan Swedia dan Jepang, pemerintah di Taipei juga mengarahkan warga untuk bisa membedakan antara sirene bencana dengan sirene tanda invasi.

Baca Juga: Militer Cina Gelar Latihan Perang di Dekat Taiwan

Melalui pesan digital, warga juga menerima peta lokasi bungker-bungker perlindungan serangan bom yang sudah disiapkan.

"Panduan sipil ini dirancang untuk mempersiapkan diri terhadap perang atau bencana,” imbuh Liu Tai-yi, petinggi Badan Mobilisasi Pertahanan Nasional. Buku itu juga mencantumkan panduan berperilaku dalam skenario serangan udara, kebakaran, runtuhnya gedung dan pemadaman listrik.

"Kami berharap warga bisa mengingat di mana bungker terdekat sebelum bencana tiba,” imbuh Tai-yi.

Namun bagi anggota legislatif, Chen Po-wei, buku panduan yang diterbitkan militer tidak merinci negara mana yang berpotensi menjadi agresor, dan tipe orang seperti apa yang berpotensi menjadi musuh.

Buku itu, kata dia dalam sebuah unggahan di Facebook, hanya menggambarkan tugas pemerintah di masa perang.

Baca Juga: Taiwan Pelajari Strategi Ukraina Hadapi Musuh Lebih Kuat

Bayang-bayang invasi Invasi Rusia terhadap Ukraina turut menyiagakan pemerintah di Taipei yang menghadapi ancaman serupa dari jirannya di barat. Negeri kepulauan itu dianggap sebagai provinsi Cina oleh Partai Komunis di Beijing dan sebabnya harus disatukan kembali.

Cina belakangan ini juga kian rajin mengirimkan angkatan perangnya ke Selat Taiwan. Menanggapi hal tersebut, Taipei sejak tahun lalu memobilisasi komponen cadangan untuk menjalani latihan intensif, serta menambah belanja senjata, antara lain jet tempur dan peluru kendali.

Taiwan juga sedang menggodok amandemen UU untuk menambah durasi wajib militer dari empat bulan menjadi satu tahun. Kegentingan di Taiwan ikut mengundang solidaritas diplomatik dari negara-negara barat.

Menyusul situasi di Ukraina, sekelompok anggota legislatif Swedia menyambangi Taipei untuk menyuarakan dukungan kepada Presiden Tsai Ing-wen. "Berhadapan dengan ekpansi autoritarianisme, mitra demokratis di seluruh dunia harus bersatu untuk mempertahankan gaya hidup kita,” kata Tsai kepada anggota delegasi, Selasa (12/4).

"Sudah merupakan kewajiban kami untuk berdiri bersama Taiwan dan melindungi kebebasan serta nilai-nilai demokratisnya dengan segala cara,” timpal Boriana Aberg, Ketua Kelompok Persahabatan Taiwan di parlemen Swedia. rzn/as (dpa,ap)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI