Penggemar Super Misterius Vladimir Putin di Facebook, Apa Misi Mereka?

SiswantoBBC Suara.Com
Sabtu, 23 April 2022 | 15:26 WIB
Penggemar Super Misterius Vladimir Putin di Facebook, Apa Misi Mereka?
BBC
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Invasi Rusia ke Ukraina telah dikecam secara luas di berbagai belahan dunia, tetapi ada jaringan grup Facebook, yang dijalankan oleh orang-orang dengan motif yang tidak jelas, ingin mengubah persepsi mengenai Presiden Vladimir Putin.

Jutaan orang telah melihat unggahan yang menggambarkan Presiden Putin sebagai sosok yang penuh senyum, baik hati, dan cinta damai.

Mereka adalah para penggemar berat Putin, dan kami telah melacak apa yang mereka lakukan serta dari mana mereka berasal.

Berjumlah besar

BBC telah menginvestigasi grup-grup besar pro-Putin dengan bantuan para peneliti dari Institute for Strategic Dialogue (ISD).

Baca Juga: Sekjen PBB akan Temui Putin dan Zelensky Pekan Depan

Pakar ISD mengidentifikasi 10 grup publik pro-Putin di Facebook, dengan nama seperti "Vladimir Putin -Pemimpin dari Dunia yang Bebas".

Grup itu memiliki lebih dari 650.000 anggota. Konten berupa foto-foto dan pesan-pesan yang memuji Putin ditulis dalam beberapa bahasa, termasuk Inggris, Rusia, Farsi, Arab, dan Khmer.

Grup-grup tersebut tidak hanya populer, namun juga sangat aktif. Selama satu bulan terakhir, para peneliti menghitung terdapat 16.500 unggahan dengan lebih dari 3,6 juta interaksi.

Mereka tampaknya bertujuan mempromosikan Putin sebagai pahlawan yang berdiri menentang Barat dengan dukungan internasional yang luar biasa.

Baca juga:

Baca Juga: Presiden Putin Umumkan Kemenangan Di Mariupol, AS Membantah

Foto-foto itu sering menampilkan Putin "berjalan dengan percaya diri, menggendong anak anjing, menatap ke kamera dengan penuh kerinduan, memberi hormat kepada para pasukan, hingga menunggangi berbagai hewan liar seperti beruang dan singa".

Anggota dari grup-grup tersebut bertambah 100.000 sejak invasi Rusia ke Ukraina dimulai pada 24 Februari.

Setelah menggali lebih rinci mengenai orang-orang yang mengunggah mayoritas konten di grup itu, ternyata banyak dari penggemar Putin yang terdaftar sebagai administrator grup memiliki akun duplikat dengan nama yang sama.

Para peneliti menemukan setidaknya 100 akun serupa di dalam jaringan itu.

Akun-akun ini saling mengikuti, terkadang mengunggah pesan yang menyenangkan, atau mengirim emoji hati satu sama lain.

Mereka mengelola akun pro-Putin ini bersama orang lain, yang berpura-pura menjadi Federasi Rusia maupun Departemen Keamanan Rusia yang jelas-jelas palsu.

ISD mengatakan tindakan ini berpotensi melanggar aturan Facebook.

Peneliti utama ISD, Moustafa Ayad, menyebut praktik itu sebagai "astroturfing", yakni operasi dunia maya yang melibatkan banyak akun untuk memberi kesan yang keliru pada tataran akar rumput bahwa ada dukungan yang luas.

Menurut laporan ISD, kampanye tersebut "menciptakan dukungan luas untuk Putin dan Kremlin di bawah bayang-bayang invasi dan bergantung pada akun yang tidak autentik demi mencapai tujuannya."

Pengguna aktif

Penelitian lebih dekat mengenai beberapa administrator grup menunjukkan adanya sejumlah aktivitas tidak biasa.

Pertama, admin bernama Marine yang mengaku lokasinya berada di Suriah menggunakan tiga akun berbeda untuk mengumpulkan dukungan bagi Putin. Ketiga akunnya mengunggah konten dalam bahasa Arab pada waktu yang sama setiap hari.

Moderator lainnya bernama Victoria dari Kamboja mengunggah konten menggunakan bahasa Khmer.

Sejak 4 Februari, unggahannya mendapat lebih dari 34.000 reaksi dan telah dibagikan lebih dari 4.000 kali.

Marine dan Victoria juga bersama-sama mengelola halaman Facebook berbahasa Khmer, yang merupakan bagian dari pola koordinasi yang lebih luas antara beberapa akun.

Unggahan-unggahan itu dibagikan secara luas di berbagai grup. Misalnya, akun lain yang terdaftar berlokasi di Bulgaria mengunggah gambar Putin yang sama sebanyak 12 kali hanya dalam beberapa menit.

Kami mencoba menghubungi sejumlah orang di balik akun-akun ini, namun upaya kami tidak begitu berhasil.

Tetapi, seorang laki-laki di Kenya bernama Raj, yang merupakan anggota dari sejumlah grup tersebut dan menggunakan nama "Putin" pada akun Facebook-nya sendiri sempat menjawab telepon kami.

Dalam sebuah perbincangan singkat di telepon, Raj menyebut Putin sebagai "pemimpin yang hebat", namun dia menolak membahas perang yang tengah terjadi.

Kami mengirim email kepada Raj untuk bertanya lebih lanjut mengenai ketertarikannya pada Rusia, namun dia tidak merespons.

Hasmik asal Armenia mengatakan bahwa dia merupakan seorang jurnalis yang saat ini membantu menjalankan enam grup pro-Putin.

Kami menanyakan siapa yang mengajaknya melakukan hal ini. Menurut Hasmik, dia diajak oleh orang-orang yang sudah lebih dulu mengelola grup-grup itu. Dia juga mengaku tidak dibayar untuk kegiatan ini.

Bagaimana keterkaitannya dengan Rusia?

Sulit untuk mengetahui dengan pasti motif orang-orang di balik akun tersebut. Tidak ada keterkaitan yang yang jelas dengan pemerintah Rusia, tidak seperti kampanye disinformasi Rusia lainnya yang terkenal, jejaringnya kentara, dan orang-orang yang terlibat juga tidak menyembunyikan intensi mereka.

Kami tidak dapat mengesampingkan kemungkinan bahwa jaringan tersebut memiliki beberapa hubungan dengan otoritas Rusia atau pihak-pihak pro-Putin di dalam Rusia.

Banyak orang di seluruh dunia tertarik pada Putin dan pandangannya yang anti-Barat.

Kami menghubungi Facebook, yang mengatakan bahwa mereka memiliki kebijakan terhadap akun palsu dan telah menangguhkan sejumlah akun yang diidentifikasi berdasarkan penyelidikan mereka sendiri.

Putin palsu

Selama penelitian, kami juga menemukan fenomena menarik lainnya, yakni akun yang meniru identitas Vladimir Putin.

Putin merupakan satu dari sedikit pemimpin dunia yang tidak menggunakan media sosial. Tidak ada akun Facebook resmi atas nama dirinya. Dia bahkan dikenal tidak memiliki ponsel pintar.

Menurut juru bicaranya, Putin "tidak membutuhkan" media sosial, sebab media sosial "tidak memberikan apa pun yang belum dia miliki".

Tetapi sejumlah pihak mengisi kosongnya kehadiran Putin di dunia maya. Halaman Facebook palsu atas nama Putin memiliki lebih dari 3 juta pengikut sebelum akhirnya dihapus Facebook begitu invasi dimulai pada akhir Februari lalu.

Akun itu mendapat 700.000 pengguna baru selama pandemi karena membicarakan vaksin Covid-19 buatan Rusia.

Baca juga:

Belakangan ini, halaman tersebut mengunggah pesan-pesan mengenai pandangan Kremlin terhadap perang. Banyak pengguna Facebook yang mengomentari unggahan tersebut tampak meyakini bahwa itu benar-benar pernyataan Putin.

Sesaat setelah invasi dimulai, sebuah unggahan pada halaman tersebut mendeklarasikan tujuan dari "operasi itu" adalah "menjaga perdamaian yang dapat dicapai dengan demiliterisasi negara tetangga". Unggahan ini dibagikan dan disukai lebih dari 200.000 kali.

Halaman Facebook itu juga kerap menandai orang-orang dalam pesan-pesannya mengenai Putin, termasuk pengguna-pengguna yang teridentifikasi oleh para peneliti memiliki akun duplikat. Dengan kata lain, akun itu berinteraksi dengan para penggemar Putin.

Kami tidak tahu siapa di balik akun ini. Apabila merujuk pada informasi halamannya, orang-orang yang mengelolanya berbasis di Rusia dan Latvia.

Ini adalah lahan subur untuk menggalang dukungan internasional terhadap Kremlin, kata Nika Aleksejeva, peneliti di Digital Forensic Research Lab (DFRLab) sekaligus bagian dari lembaga think tank Dewan Atlantik.

"Mereka sangat mungkin berperan membangun dukungan publik di negara-negara asing atas apa yang mereka klaim sebagai 'operasi militer di Ukraina', kecuali ada upaya untuk menghentikan ini oleh platform media sosial arus utama," ujar Aleksejeva.

DFRLab mendokumentasikan bagaimana sebuah unggahan akun peniru Putin dalam bahasa Arab sampai membayar iklan demi menargetkan pengguna di beberapa negara seperti Aljazair, Libya, Mesir, Yaman, Maroko, Lebanon, dan Tunisia. Halaman itu memiliki lebih dari satu juta pengikut, tetapi telah dihapus sejak saat itu.

Halaman terkait Putin yang terkemuka lainnya, yang diunggah dalam bahasa Arab, dulunya dikelola oleh seorang laki-laki yang juga merupakan penggemar berat pemimpin Suriah, Bashar al Assad. Akun itu menarik satu juta pengikut sebelum akhirnya juga dihapus.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI