Permasalahannya kata Harkristuti berdasarkan data WHO yaitu kurangnya akses keperawatan aborsi yang aman, tepat waktu terjangkau dan terhormat adalah masalah kesehatan masyarakat dan hak asasi manusia yang kritis.
"Yang di kita (Indonesia) juga, walaupun kita sudah mempunyai satu peraturan pemerintah peraturan menteri tentang aborsi, tentang klinik aborsi, akan tetapi nampaknya belum belum diterapkan, sehingga lebih banyak yang pergi ke lklinik klinik aborsi yang ilegal, yang mengakibatkan hal yang sangat sangat miris ya ,yang sangat negatif," ungkapnya.
Ia juga menyebut data dari WHO, bahwa hampir setengah dari semua kehamilan sekitar 121 juta tidak disengaja atau tidak direncanakan. Bahkan 73 juta aborsi terjadi setiap tahun di seluruh dunia.
"Setiap tahun terjadi 73 aborsi di seluruh dunia," kata dia
Lebih lanjut, Guru Besar Fakultas Hukum Universitas Indonesia (FHUI) itu menyebut ada dua jenis aborsi yang terjadi dengan sendirinya tanpa pengaruh dari luar atau tanpa tindakan dan aborsi yang dilakukan dengan sengaja.
Adapun aborsi yang dilakukan dengan sengaja yaitu atas pertimbangan medis yang sungguh-sungguh dan biasanya untuk menyelamatkan nyawa si ibu dan aborsi yang dilakukan tanpa indikasi medis apapun dan dianggap sebagai tindak pidana.
Harkristuti juga mengungkapkan dari informasi yang ia dapat di lapangan, bahwa aborsi dilakukan sebagian besar bukan oleh korban perkosaan, bukan oleh anak perempuan yang hamil sebelum menikah. Akan tetapi, lebih banyak dilakukan oleh para ibu yang memiliki suami yang sah dan legal.
Namun kata dia, ada isu lain diantaranya sudah punya banyak anak, kondisi kesehatan ibu yang tidak memungkinkan, kondisi ekonomi yang tidak memungkinkan, janin yang dikandung menurut scan USG ternyata cacat dan akan membebani keluarga selamanya, sang ibu dan suaminya belum menghendaki anak mungkin karir
"Atau faktor lain, kehamilan diakibatkan perkosaan," ucap Harkristuti.
Baca Juga: Tim Perumus RKUHP Sebut Salah Kaprah Aborsi, Harkristuti Harkrisnowo: Bukan Pengguguran Kandungan
Selain itu, pihaknya juga menemukan alasan aborsi karena takut kehilangan pekerjaan jika hamil.