Rasmus Paludan, Sosok Anti-Islam Bukan Sekali Ini Saja Bakar Al-Qur'an, Pernah Dipenjara Hingga Dicekal

Bangun Santoso Suara.Com
Kamis, 21 April 2022 | 09:25 WIB
Rasmus Paludan, Sosok Anti-Islam Bukan Sekali Ini Saja Bakar Al-Qur'an, Pernah Dipenjara Hingga Dicekal
Rasmus Paludan pembakar Al-Qur'an di Swedia. (Foto: Wikipedia)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Aksi pembakaran Al-Qur'an dilakukan oleh pemimpin kelompok sayap kanan di Swedia bernama Rasmus Paludan. Karena kelakuannya, Swedia banyak menuai kecaman hingga protes berujung bentrok di beberapa kota di negara itu sejak Kamis (14/4/2022).

Lantas siapa sebenarnya sosok Rasmus Paludan?

Menyadur laman BBC, Rasmus Paludan ternyata bukan sekali ini saja melakukan aksi pembakaran Al-Qur'an. Ia juga sering berurusan dengan aparat hukum.

Rasmus Paludan adalah seorang pria Denmark-Swedia yang menggalang kelompok sayap kanan anti-Islam di Denmark dan Swedia.

Baca Juga: China Kecam Pembakaran Al-Quran di Swedia

Diketahui, pada 2017, pria berumur 40 tahun itu mendirikan gerakan sayap kanan Denmark, Stram Kurs atau diartikan Garis Keras. Kelompok itu menyuarakan agenda anti-imigran dan anti-Islam.

Pada Kamis (14/04) dan Jumat (15/04) lalu, kelompok tersebut menyiarkan secara langsung video streaming Rasmus Paludan membakar Al-Qur'an di berbagai kota di Swedia dan berencana terus menggelar aksi serupa.

Ternyata, Rasmus Paludan bukan sekali ini saja beraksi, dia dikenal sering melakukan aksi seperti itu.

Paludan diketahui berniat mencalonkan diri dalam pemilu legislatif Swedia September mendatang, tetapi masih belum memiliki jumlah dukungan yang diperlukan untuk mengamankan pencalonannya itu, ungkap kantor berita AFP.

Dan aksi Paludan kali ini adalah bagian dari masa "tur"-nya di Swedia. Dia mengunjungi kawasan-kawasan dengan populasi Muslim yang besar, tempat yang dia anggap tepat membakar kitab suci Al-Qur'an.

Baca Juga: MUI Kecam Keras Pembakaran Al-Quran di Swedia

Seorang Pengacara Dan Youtuber

Rasmus Paludan dikenal sebagai seorang pengacara dan YouTuber dan diketahui pernah dihukum karena kasus penghinaan rasial.

Pada tahun 2019, ia membakar Alquran yang dibungkus dengan daging babi dan akunnya diblokir selama sebulan oleh Facebook setelah memuat postingan yang mengaitkan kebijakan imigrasi dan kriminalitas.

Pada November 2020, Rasmus Paludan ditangkap di Prancis dan dideportasi.

Lima aktivis lainnya ditangkap di Belgia tak lama setelah itu, dituduh ingin "menyebarkan kebencian" dengan membakar Alquran di Brussels.

Pada 2020 pula dia dilarang masuk ke Swedia selama dua tahun terkait aksi pembakaran Alquran di Malmo.

Pada Sabtu lalu (18/04), salah satu demonstrasinya dipaksa pindah dari distrik Landskrona ke tempat parkir terpencil di Malmo selatan, tetapi sebuah mobil mencoba menerobos barikade penghalang.

Pengemudinya ditangkap dan Paludan kemudian membakar Alquran. Aksi itu juga dilakukan Paludan hari Kamis sebelumnya di sebuah alun-alun di Kota Linkoping, mengabaikan protes dari sejumlah orang yang lewat.

Picu Kerusuhan

Tur Rasmus Paludan dan kelompoknya itu telah memicu beberapa bentrokan antara polisi dan pengunjuk rasa yang kontra dengannya di penjuru Swedia dalam beberapa hari terakhir.

Pada hari Kamis dan Jumat lalu, sekitar 12 petugas polisi terluka dalam bentrokan tersebut.

Dapat Izin Kepolisian Swedia

Anehnya, aksi Rasmus Paludan dan kelompoknya itu justru mendapatkan izin dari kepolisian Swedia.

Rangkaian demonstrasi yang dilakukan Paludan dan kelompoknya itu di penjuru Swedia mendapat izin pihak berwenang, ungkap Reuters.

Polisi pun terlihat mengawal Paludan saat dia membakar Alquran di Linkoping Kamis lalu.

Sikap polisi Swedia itu yang disayangkan sejumlah kalangan.

Politisi kelahiran Turki Mikail Yuksel, yang mendirikan Partai Berbeda Warna di Swedia, mengatakan provokasi Islamofobia dari Paludan di bawah perlindungan polisi terus berlanjut di kota-kota di seluruh Swedia.

"Di Swedia, yang membela hak asasi manusia, kebebasan beragama dan hati nurani, Al-Qur'an justru dibakar di lingkungan Muslim di bawah perlindungan polisi," katanya seperti dikutip kantor berita Turki, Anadolu.

Dia pun menyayangkan bahwa polisi hanya menyerukan umat Islam untuk menggunakan akal sehat saat kitab suci mereka dibakar tepat di depan mata mereka.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI