Gelar Webinar Kedua di Tahun Ini, PT APLog Bahas Kenaikan Logistik Akibat Dampak Geopolitik

Rabu, 20 April 2022 | 21:22 WIB
Gelar Webinar Kedua di Tahun Ini, PT APLog Bahas Kenaikan Logistik Akibat Dampak Geopolitik
Direktur Keuangan dan Sumber Daya Manusia PT APLog, Ridwan Moeis. (Iman Firmansyah/Suara.com)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - PT Angkasa Pura Logistik (APLog), subsidiari PT Angkasa Pura I (Persero) menyelenggarakan acara Webinar Series Ke-2 APLog Tahun 2022 dalam komunitas APLog Logistic Forum yang diselenggarakan secara virtual menggunakan platform Zoom dan Youtube, Rabu (20/4/2022).

Acara tersebut merupakan kegiatan rutin dan merupakan rangkaian acara webinar kedua dari seri APLog Logistic Forum di tahun 2022.

Forum ini merupakan inisiatif berkelanjutan dari PT Angkasa Pura Logistik untuk memfasilitasi para pelaku, praktisi, profesional, akademisi serta pemerhati logistik untuk saling bersilaturahmi dan berdiskusi mengenai perkembangan terkini logistik nasional khususnya dan internasional pada umumnya.

Mengangkat tema “Kenaikan Biaya Logistik Sebagai Dampak Geopolitik Atau Kelangkaan Produksi Bahan Bakar”, webinar kali ini menghadirkan dua pembicara yaitu  Chairman of Supply Chain Indonesia, Setijadi dan Direktur Eropa II Direktorat Jenderal Amerika dan Eropa Kementerian Luar Negeri, Winardi H Lucky.

Baca Juga: Logistik Balap MotoGP di Sirkuit Mandalika Diterbangkan ke Argentina

Direktur Keuangan dan Sumber Daya Manusia PT APLog, Ridwan Moeis mengatakan, ini jadi kedua kali pihaknya menyelenggarakan webinar dan berharap jadi awal yang baik.

“Kami berharap para ahli melakukan atau membedah kembali setelah adanya dampak geopolitik. Dari paparan narasumber kita juga bisa mendapat pencerahan, Apa sebenarnya yang terjadi, di industri pesawat avtur meningkat lebih dari 50 persen, hal lain juga berdampak. Kami pelaku logistik merasakan, terjepit antara produsen dan konsumen ditengah kondisi masih pandemi,” papar Ridwan.

Ia menuturkan, menangani konsumen memerlukan modal kerja yang besar, sementara harga pokok meningkat. “Apa yang bisa kita buat? Kalau kita tidak ambil, kita tidak punya omset, kita harus berdamai dengan keadaaan sehingga dengan meningkatkan logistik sangat berat bagi kami tapi kalau tidak melakukan hal tersebut kami merugi,” ungkapnya.

Ia mengusulkan kepada pemerintah atau asosiasi agar diberikan kemudahan perpajakan bahkan penghapusan pajak. 

“Kemudahan perizinan, kita harus saling bahu membahu, ini hanya bisa secara kolaborasi belum lagi kita menghadapi pemain asing di negeri kita. Pemain asing sulit kita hindari, oleh karena itu sesama anak negeri harus kolaborasi,” terangnya.

Baca Juga: Logistik MotoGP Mandalika Mulai Dikirim ke Argentina Pakai Lima Pesawat Kargo

Direktur Eropa II Direktorat Jenderal Amerika dan Eropa Kementerian Luar Negeri, Winardi H Lucky menjelaskan bahwa pihaknya membawahi 26 negara termasuk beberapa cluster negara seperti negara balkan, skandinavia, turki, rusia dan dampak perang akan masuk ke domain logistik. 

“Tahun ini ada dua peristiwa besar di Rusia, salah satunya operasi militer ke Ukraina. Situasi Rusia dan Ukraina tidak semakin membaik walaupun kini sudah ada perundingan yang masih berjalan,” ucapnya.

Ia menuturkan beberapa dampak terhadap logistik pasca konflik tersebut, yaitu lonjakan tarif pengiriman sehingga risiko pengiriman barang jadi mahal, adanya penangguhan pengiriman karena pemutusan jalur laut dan pembatalan pengiriman karena kondisi keamanan ditambah ketakutan adanya sanksi serta kenaikan harga ongkos kirim.

“Padahal Rusia salah satu produsen energi utama dunia dengan menyumbang 10 persen dari ekspor bahan bakar mineral dunia dan sepertiga dari konsumsi energi eropa. Konflik yang ada dapat mengganggu suplai, diperkirakan harga minyak dan gas alam dunia naik signifikan,” imbuhnya.

Sementara dampak terhadap perdagangan dan pelayaran internasional diantaranya ancaman serangan siber, timbulnya perselisihan, potensi pembayaran yang tertunda, itu hal yang harus diantisipasi.

“Konsekuensi ekonominya, harga komoditas yang lebih tinggi seperti makanan dan energi akan menyebabkan peningkatan inflasi. Di setiap krisis selalu ada peluang, yang bisa kita manfaatkan. Karena kita penghasil batu bara, kita bisa menggunakan batu bara dan minyak bumi untuk dikirim ke negara eropa. Yang penting pasokan energi mereka tetap terjaga, kita juga bisa kirim pasokan palm oil,” jelas Winardi.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI