Dihantui Ancaman Tak Lolos ke Parlemen, PAN dan PPP Bisa Terdegradasi di Pilpres 2024?

Selasa, 19 April 2022 | 16:49 WIB
Dihantui Ancaman Tak Lolos ke Parlemen, PAN dan PPP Bisa Terdegradasi di Pilpres 2024?
Ilustrasi logo partai politik di Indonesia. [ANTARA]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Analis Politik sekaligus Managing Director of Paramadina Democracy Forum (PDF), Ahmad Khoirul Umam, menilai, PAN hingga PPP sebagai parpol basis Islam berpeluang bisa terdegradasi atau tak lolos ke parlemen pada Pilpres 2024 mendatang. 

"Ancaman degradasi dari zona parliamentary treshold 4 persen yang berpotensi menghantui PAN dan menghantui PPP," kata Umam dalam diskusi daring bertajuk 'Peran & Tantangan Partai Politik Islam Menuju Pemilu 2024', Selasa (19/4/2022). 

Umam pun menjelaskan mengapa dirinya mempunyai penilaian tersebut, pertama, PAN sebagai parpol mempunyai diaspora kekuatan, di mana kekuatan PAN dengan Zulkifli Hasannya terdegradasi dengan adanya Partai Ummat. 

Ilustrasi Dosen Ilmu Politik Universitas Paramadina Ahmad Khoirul Umam. Khoirul Umum menilai sarat kepentingan politik di balik wacana penundaan pemilu 2024. [ANTARA]
Ahmad Khoirul Umam. [ANTARA]

"Sudah didegradasi oleh lahirnya Partai Ummat di bawah kekuatan pak Amien Rais dan juga Pak Din Syamsuddin dengan Partai Pelita. Pak Amien Rais, bagaimana pun beliau, sekontroversial beliau, tetapi setidaknya beliau masih punya pengaruh yang cukup kuat di basis pemilih masyarakat Muhammadiyah, Pak Din Syamsuddi juga sama," ungkapnya. 

Baca Juga: Ade Armando Polisikan Eddy Soeparno, MKD: Anggota DPR Bicara Kok Dilaporkan, Gak Ngerti Hak Imunitas?

Menurut Umam, kalau PAN misalnya tidak mampu mempertahankan perolehan suara 4 persennya, maka representasi kekuatan politik Muhammadiyah berpotensi hilang.  

Ia mengatakan, PPP juga diprediksi memiliki hal yang serupa, dimana masih harus survive. Menurutnya, jika PPP tak punya coattail effect dan tak punya split ticket voting maka itu berpotensi menjadi ancaman. 

"Kemarin di 2019 mendapatkan 4,52 persen, hanya sedikit, hanya lebih dari 0,52 persen dari ambang batas 4 persen parliementary treshold. Kalau kemudian tidak terjadi misalnya coattail effect tidak ada, kemudian kembali terjadi split ticket voting maka itu berpotensi menjadi ancaman, silakan itu bagian dari evaluasi yang harus dimatangkan untuk mendapatkan konsolidasi kekuatan yang lebih maksimal," tandasnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI