Suara.com - Puasa selama 17 jam apa rasanya? Kalian bisa tanya ke Amy Maulana. Amy Maulana merasakan puasa 17 jam di Rusia.
Amy Maulana sahur pukul 02.00 karena Subuh di sana pukul 03.00. Sedangkan buka puasa (Maghrib) mulai pukul 19.30.
Saat buka puasa, mahasiswa Indonesia di Rusia memiliki dua pilihan. Apabila tidak ada jadwal kuliah, mereka akan pergi ke masjid-masjid terdekat yang menyiapkan takjil dan makanan untuk berbuka puasa.
Amy Maulana merupakan Ketua Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Federasi Rusia dan Eropa Utara (Freu).
“Namun ini akan semakin mundur, Subuh-nya akan naik sekitar pukul 02.30 dan untuk bukanya juga demikian. Jadi sekitar 16 sampai 17 jam,” ungkap Amy Maulana kepada NU Online belum lama ini.
Mereka buka puasa di masjid.
“Jadi berkahnya teman-teman mahasiswa di Rusia yang dekat dengan masjid bisa setiap buka puasa langsung ke masjid, disediakan buka puasa bersama. Kalau teman-teman yang kebetulan ada kuliah, mau tidak mau, kita buka apa adanya, ketika di jalan atau di kampus,” jelas Amy.
Mereka yang berbuka puasa di masjid, akan mendapatkan menu-menu makanan khas dari Asia Tengah. Sebab, terdapat banyak Muslim yang berasal dari Asia Tengah di Rusia. Makanan khas berbuka puasa di masjid Rusia adalah Plov, yaitu sajian nasi dengan daging sapi atau domba, seperti nasi kebuli.
Amy Maulana rindu dengan makanan-makanan khas buka puasa di Indonesia seperti kolak. Di Negeri Beruang Merah itu, Amy bersama teman-temannya berupaya mengobati kerinduan itu dengan membuat makanan khas Indonesia.
Baca Juga: Paul Pogba Tetap Puasa di Laga Liverpool vs Manchester United, Ini Respons Ralf Rangnick
“Kalau (membuat) kolak bisa. Tapi, tidak mirip di Indonesia karena tidak ada gula aren. Untuk mengobati rasa rindu terhadap masakan Tanah Air, biasanya kami kumpul sesama mahasiswa Indonesia dan mencoba bikin makanan Indonesia untuk buka puasa,” ungkap Amy.
Bagaimana dengan sholat tarawih?
Sholat tarawih berjamaah di masjid-masjid di Rusia biasanya dimulai pukul 21.00 hingga 23.30. Karena bermazhab Hanafi, Muslim di Rusia menjalani tarawih sebanyak 20 rakaat ditambah shalat witir 3 rakaat.
Amy dan teman-temannya akan berangkat ke masjid untuk melaksanakan sholat tarawih berjamaah. Namun, jika mereka pulang kuliah pada malam hari terpaksa menjalankan sholat tarawih di kamar.
Masjid-masjid di beberapa kota dengan mayoritas Muslim seperti Kazan, Dagestan, dan Chechnya selalu mengadakan pengajian meskipun bukan di bulan Ramadhan.
“Setiap hari mereka ada pengajian. Misalnya setiap habis shalat Zuhur, setelah shalat Maghrib, atau setelah shalat Isya. Biasanya ada pengajian di masjid menjelang sholat. Pengajian itu tidak hanya sekadar di bulan Ramadhan, tetapi di luar Ramadhan pun ada pengajian di masjid-masjid,” pungkasnya.