Kisah Para Musaharati, Penjaga Tradisi Unik di Suriah 1 Jam Sebelum Sholat Subuh di Bulan Ramadhan

Minggu, 17 April 2022 | 13:16 WIB
Kisah Para Musaharati, Penjaga Tradisi Unik di Suriah 1 Jam Sebelum Sholat Subuh di Bulan Ramadhan
Ilustrasi sahur. [Istimewa]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Tak hanya di Indonesia mempunyai tradisi membangunkan sahur saat Ramadhan. Suriah pun punya, namanya Musaharati.

Tradisi Musaharati di Suriah mempunyai keunikan tersendiri. Dari sisi cara dan alat yang digunakan. Bahkan waktu membangunkan pun sudah ditetapkan, jadi tidak asal bangunkan sahur.

Dikutip dari france24, sekira satu jam sebelum azan subuh dikumandangkan, penabuh genderang Ramadhan, yang dikenal sebagai Musaharati.

Mereka berjalan melalui jalan-jalan sempit untuk membangunkan umat. Di antara mereka adalah Hasan al-Rashi, 60, salah satu dari 30 Musaharati yang tersisa di Damaskus.

Baca Juga: 7 Manfaat Salat Malam di Bulan Ramadhan, Nomor 1 Penghapus Dosa

Suaranya memecah kesunyian malam di Kota Tua ibu kota, saat dia bernyanyi dan menabuh genderangnya.

"Meskipun munculnya ponsel pintar dan teknologi lainnya, orang masih suka bangun dengan suara Musaharati," kata Rashi kepada AFP.

“Musharati adalah bagian dari adat dan tradisi masyarakat Damaskus selama bulan Ramadhan,” tambahnya.

"Ini adalah warisan yang tidak akan kami tinggalkan."

Saat melakukan tugas Musaharati, Rashi membawa tongkat bambu di satu tangan dan drum yang terbuat dari kulit kambing di tangan lainnya.

Baca Juga: Bakal Bertemu Ulama di Aceh, AHY Agendakan Salat Subuh Berjemaah dan Ziarah ke Makam Syiah Kuala

Dia berjalan cepat dari rumah ke rumah, menggunakan tongkatnya untuk mengetuk pintu keluarga yang meminta jasanya.

"Bangun untuk Sahur (makan sebelum fajar), Ramadhan telah datang untuk mengunjungi Anda," Rashi bernyanyi.

Meskipun mereka menerima imbalan, Musaharati biasanya tidak mengharapkan imbalan finansial.

Mereka terkadang membawa tas atau keranjang jerami untuk menyimpan makanan dan hadiah lain yang diberikan kepada mereka.

Untuk Rashi, ini bukan tentang gratisan.

"Kami merasakan kegembiraan ketika kami pergi keluar setiap hari," katanya.

"Beberapa anak terkadang mengikuti kami dan meminta untuk menabuh genderang," tambah Rashi.

Menjelang azan, Sharif Resho meminta segelas air kepada salah satu tetangganya sebelum memulai puasa.

Musaharati yang berusia 51 tahun biasanya menemani Rashi setiap malam, juga menabuh genderang dan bernyanyi.

“Peralatan saya sederhana, yaitu suara saya, gendang saya dan tongkat saya,” katanya.

Resho, yang ayahnya juga seorang penabuh genderang Ramadhan, telah menjalankan tugas Musaharati selama hampir seperempat abad.

Perang Suriah selama lebih dari satu dekade dan pandemi virus corona tidak menghentikannya untuk melanjutkan, katanya.

"Saya akan terus membangunkan orang untuk sahur selama saya memiliki suara di tenggorokan saya," kata Resho kepada AFP.

"Ini adalah tugas yang saya warisi dari ayah saya, yang akan saya wariskan kepada putra saya."

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI