Tradisi Baca Yasin dan Tahlil di Makam Mbah Tuwo di Kota Batu

Rabu, 13 April 2022 | 12:13 WIB
Tradisi Baca Yasin dan Tahlil di Makam Mbah Tuwo di Kota Batu
Salah satu tradisi masyarakat saat Ramadhan adalah membacakan Yasin dan Tahlil di Makam Mbah Tuwo di Kota Batu. Warga berziarah ke salah satu tokoh di Kota Batu. (Antara)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Salah satu tradisi masyarakat saat Ramadhan adalah membacakan Yasin dan Tahlil di Makam Mbah Tuwo di Kota Batu. Warga berziarah ke salah satu tokoh di Kota Batu.

Menurut KRT KH M Musyrifin, pengasuh Padepokan Panatagama Desa Bumiaji, Mbah Tuwo ada kaitannya dengan peristiwa yang tertulis pada Candrasangkala, yang akrab kita dengar, “Ilang Sirno Kertaning Bhumi”.

Dikutip TimesIndonesia, keberadaannya ada kaitannya dengan keruntuhan Kerajaan Majapahit. Mbah Mbatu atau Dewi Condro Asmoro, menurut Musyrifin tidak lain adalah Raden Ayu Dewi Condro Asmoro, istri dari Tumenggung Satim Singomoyo yang dimakamkan di Troloyo Trowulan.

Satim meninggal dunia dalam perang dengan Jenggala Kediri, sementara Dewi Condro Asmoro menyelamatkan diri dengan 100 prajurit, 7 orang emban, satu orang ahli kanuragan, satu orang ahli agama dan satu orang ahli peternakan dan pertanian, termasuk Pangeran Rojoyo Bagus Permadi. Di tempat ini mereka bertemu Kyai Naim yang merupakan pengawal dari Pangeran Diponegoro.

Baca Juga: Bupati Bogor Ade Yasin Janji Berikan Tempat Tinggal Baru Untuk Bocah Korban Kekerasan Ayah Tiri

Di tempat barunya ini Dewi Condro Asmoro lebih akrab dipanggil Mbah Tuwo, sehingga dari panggilan inilah akhirnya menjadi nama sebuah Kota Batu.

Makam Mbah Mbatu ada di Dusun Banaran, Desa/Kecamatan Bumiaji Kota Batu. Malam ini ramai dikunjungi tamu, baik yang datang sendirian atau pun yang berombongan.

Seperti para santriwati Pondok Pesantren di Desa Bumiaji, datang berbondong-bondong ke makam untuk membacakan Yasin dan Tahlil di pusara Dewi Condro Asmoro yang dikenal dengan sebutan Mbah Mbatu, Kiai Naim, Pangeran Rohjoyo dan Dewi Mutmainah.

Mereka mendoakan para leluhur yang diyakini babat alas (membuka) Kota Batu dan menyebarkan Islam di Kota Batu. Namun ada juga yang datang sendirian melakukan hal yang sama, yakni mengirim doa untuk para leluhur ini.

“Mumpung bulan Ramadan, bulan suci, saya sempatkan datang ke sini untuk mengirim doa,” ujar Sarpai, warga Junrejo, Kota Batu. Menurutnya, ia sering datang ke makam ini, terutama saat Jumat Legi untuk melakukan aktivitas yang sama, yakni membaca Yasin dan Tahlil.

Baca Juga: Anak 8 Tahun Disiksa Hingga Disetrika Ayah Tiri, Ade Yasin Malu Bogor Jadi Kabupaten Layak Anak

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI