Di kampusnya sendiri terdapat komunitas muslim yang aktif yaitu Georgetown Muslim. Mereka kerap mengadakan ragam acara seperti Interfaith Ifthar bersama komunitas spiritual lain yang ada di Georgetown University.
Perkumpulan Permias atau kelompok kecil mahasiswa Indonesia tak kalah dalam mengadakan acara buka puasa bersama.
"Tapi kalau memang di waktu sehari-hari, buka puasa juga sendiri bersama teman-teman non muslim di sini, karena berhubung aktivitas perkuliahan sudah berjalan normal," kata Ekal.
Tak hanya itu, Ekal juga bersyukur kampusnya memiliki masjid. Sehingga jika saat berada di kampus ia menyempatkan untuk salat tarawih.
"Jadi kalau sedang berada di area kampus, bisa menyempatkan salat di Masjid. Kalau tidak, bisa juga dilakukan di rumah," ucap Ekal.
Namun momentum kebersamaan dan kekeluargaan sangat ia rindukan di bulan ramadhan. Ia jadi teringat kampung halamannya yang suasana ramadhan sangat kental, karena kalau malam hari terdengar suara orang tadarus.
"Kalau di rumah suasana ramadan kental sekali, sering dengar di masjid ada pengajian, azan. Buka puasa bersama juga jadi ajang ketemu teman-teman. Jajanan khas buka puasa juga menarik-menarik," kenangnya.
Selain momentum kebersamaan, Ekal juga sangat merindukan makanan Indonesia ketika sahur dan buka puasa. "Misalnya tahu isi, martabak telor, pisang goreng, atau menu makan malam kayak soto ayam, ayam penyet, nasi kuning, bakso," kata dia.
Ekal juga menceritakan tantangan berpuasa di negara orang yaitu suasana dan lingkungan yang jauh lebih beragam dari Indonesia. Namun tantangan yang lebih berat yaitu jauh dari keluarga dan kerabat.
Baca Juga: Masuki Seri Eropa, Begini Target Fabio Quartararo di MotoGP 2022
"Sedangkan ramadhan juga selain refleksi diri adalah waktu kebersamaan dengan semua orang yang tercinta," ucapnya.