Tradisi Hadrat di Ambon, Bangunkan Warga Muslim Sahur saat Ramadhan

Senin, 11 April 2022 | 12:48 WIB
Tradisi Hadrat di Ambon, Bangunkan Warga Muslim Sahur saat Ramadhan
Tradisi Hadrat di Ambon (Antara)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pada Jumat lalu pukul 01.45 WIT, puluhan pemuda Negeri Hila yang mengenakan pakaian putih berkeliling kampung sambil melantunkan zikir dengan iringan tabuhan rebana untuk membangunkan warga yang hendak sahur sebelum menunaikan ibadah puasa. Mereka tengah melakukan tradisi Hadrat.

Mereka adalah warga Negeri Hila di Kecamatan Leihitu, Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku. Warga di sana masih mempertahankan tradisi hadrat untuk membangunkan warga Muslim yang hendak sahur selama Ramadhan 1443 Hijriah.

Tradisi Hadrat berlangsung sampai sekitar pukul 03.30 WIT. Tradisi Hadrat diakhiri dengan pembacaan syair bernuansa Ramadhan.

Tokoh adat Negeri Hila, Zulkarnain Ely bercerita selama bulan suci Ramadhan tradisi hadrat dilakukan dua kali sepekan.

Baca Juga: Keutamaan Asmaul Husna, Nama-nama Indah Allah SWT yang Kerap Dibaca saat Dzikir dan Berdoa

Biasanya pawai hadrat paling ramai pada malam ke-27 Ramadhan atau tiga hari menjelang Hari Raya Idul Fitri.

"Tradisi ini memang tidak berbeda jauh dengan membangunkan sahur di daerah lain, namun pendahulu kita membuatnya dengan tujuan agar budaya zikir tetap lestari di kalangan anak muda maupun masyarakat pada umumnya," katanya.

Tradisi hadrat merupakan tradisi turun-menurun di Negeri Hila.

Beberapa tahun lalu tradisi tersebut sempat tidak bisa dilaksanakan karena para penabuh rebana sudah lanjut usia.

"Tapi kita sudah punya komunitas yang sebagian besar diisi oleh pemuda. Kita ajarkan mereka cara main rebana dan Alhamdulillah di hari ketiga Ramadhan semua bisa sama-sama berpartisipasi untuk melestarikan tradisi ini," katanya.

Baca Juga: Viral Video Ustaz Ceramah Soal Puasa, Endingnya Bikin Geleng-geleng

"Semoga generasi muda negeri ini tetap menjaga warisan leluhur. Apa yang dibuat leluhur tentu bermakna baik. Hilang tradisi, hilang budaya, berarti hilang jati diri," jelas dia Zulkarnain Ely. (Antara)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI