Dengan tinggi 182 cm, para penguji meyakini AHY bisa menjadi Pilot Pesawat Tempur di TNI AU. Lagi-lagi, saat proses seleksi wawancara, AHY menolak untuk menjadi pilot.
Ia lebih memilih Akademi Militer, meskipun di Akademi Militer hasil psikologinya berada di urutan ke-4, dari 300 lebih calon taruna yang akan diterima.
Namun berkat kerja kerasnya, AHY bisa menjadi komandan resimen korps taruna di Akademi Militer atau orang nomor satu di Organisasi Kemahasiswaan.
AHY juga menjadi lulusan terbaik pada tahun 2000 dengan meraih pedang Trisakti Wiratama. Prestasinya semakin menonjol setelah diberi penghargaan Adhi Makayasa oleh Presiden Abdurrahman Wahid.
Penghargaan ini kemudian diserahkan oleh Wakil Presiden Megawati Soekarno Putri di Istana Merdeka Jakarta. Selepas dari Akmil, TNI AD kebetulan merekrut perwira-perwira terbaik untuk dijaring menjadi penerbang Angkatan Darat (Penerbad).
Saat itu, TNI AD sedang melakukan proyek besar-besaran membeli helikopter tempur jenis MI-35 dan MI-17 dari Rusia. AHY yang menjadi salah satu perwira terbaik langsung ditugaskan untuk mengikuti seleksi sebagai pilot helikopter tempur.
Sekali lagi, ia lulus melewati serangkaian seleksi. Namun saat wawancara, AHY kembali menyatakan lebih memilih menjadi prajurit ops infanteri di lingkungan Kostrad.
Perjalanan AHY yang nyaris menjadi pilot itu sendiri memiliki pesan tersendiri bagi Jovan. Ia mengingatkan jika masa depan adalah milik Tuhan dan orang tidak akan pernah mengetahui pasti jalan hidupnya.
“Memang masa depan adalah milik Tuhan bukan milik manusia. Tidak ada yang tahu pasti jalan hidup seseorang kecuali Sang Maha Pencipta,” pungkas Jovan.
Baca Juga: Survei Duet dengan Anies Tertinggi, AHY: Kalau Ada Keinginan Masyarakat...