Faisal Basri: Kami Sayang Pak Jokowi, Jadi Cukup Sampai 2024 Saja

Sabtu, 09 April 2022 | 14:08 WIB
Faisal Basri: Kami Sayang Pak Jokowi, Jadi Cukup Sampai 2024 Saja
Pengamat politik Faisal Basri [YouTube]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Ekonom Senior Faisal Basri memberikan tanggapan mengenai wacana perpanjangan jabatan tiga periode.

Faisal Basri menilai wacana tersebut merupakan warisan terburuk bagi masa pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Apabila wacana tersebut terealisasi, maka warisan ekonomi yang dicapainya akan hilang. Seperti kehilangan tingkat inflasi yang rendah seiring harga kenaikan bahan pokok.

Diketahui, selama Jokowi menjabat sebagai presiden, tingkat Indonesia stabil setiap tahun.

Baca Juga: Luhut Ditunjuk Jokowi jadi Ketua Dewan SDA Nasional, Publik: Semua untuk Opung, Kayak Enggak Ada Orang Lain

Selanjutnya, wacana perpanjangan jabatan tiga periode tersebut akan membuat Jokowi kehilangan tingkat kemiskinan satu digit. Sebab, bertambahnya masyarakat miskin yang tidak mampu beli harga pangan yang mengalami kenaikan.

Padahal sejak awal Jokowi ingin memangkas angka kemiskinan ekstrem.

Meski demikian, Faisal Basri berharap agar Jokowi tidak mengiyakan mengenai perpanjangan jabatan tiga periode.

"Nanti yang bagus-bagus bisa jadi jelek dan akhirnya tidak menyisakan apa-apa, kecuali kerusakan lingkungan dan hutang yang menumpuk. Kami sayang sama Pak Jokowi, cukup sampai 2024," jelas Faisal, seperti dikutip dari wartaekonomi--jaringan Suara.com, Sabtu (9/4/2022).

Lebih lanjut, Faisal menyoroti kenaikan harga beberapa bahan pokok.

Baca Juga: Sebut Big Data 110 Juta Warga Ingin Pemilu 2024 Ditunda Bohong, KAMI Minta Jokowi Pecat Luhut

Menurutnya, kenaikan harga tersebut disebabkan kondisi pemerintah yang tidak pandai mengelola sehingga terjadi kesemrawutan.

Kemudian, Faisal Basri menyinggung soal urusan pangan yang masih impor.

Menurutnya, pemerintah melakukan open ekonomi. Namun, menciptakan dua harga sehingga terjadilah kenaikan harga dan kelangkaan.

"Sebetulnya salah pemerintah sendiri yang melayani oligarki," bebernya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI