Fosil Dinosaurus yang Mati Kena Asteroid 66 Juta Tahun Lalu Ditemukan

SiswantoBBC Suara.Com
Sabtu, 09 April 2022 | 09:56 WIB
Fosil Dinosaurus yang Mati Kena Asteroid 66 Juta Tahun Lalu Ditemukan
BBC
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Para ilmuwan memperlihatkan fosil kaki dinosaurus yang diawetkan secara menakjubkan.

Bagian tubuh yang lengkap dengan kulitnya itu hanyalah salah satu dari serangkaian penemuan luar biasa dari situs fosil Tanis di Negara Bagian Dakota Utara, AS.

Bukan cuma kondisinya yang sempurna yang menarik perhatian - tapi apa yang ditampilkan spesimen-spesimen mahluk purba itu.

Klaimnya bahwa makhluk di situs Tanis ini mati dan terkubur pada hari yang sama ketika asteroid raksasa menghantam Bumi.

Baca Juga: Hidup Sejak Zaman Dinosaurus, Bagaimana Kecoak Bertahan dari Hantaman Asteroid?

Hari di mana 66 juta tahun yang lalu, saat zaman dinosaurus berakhir dan kemunculan hewan mamalia dimulai.

Baca juga:

Sangat sedikit sisa-sisa keberadaan dinosaurus yang ditemukan di bebatuan yang tercatat, bahkan beberapa ribu tahun terakhir sebelum hantaman asteroid. Maka memperoleh spesimen dari bencana alam itu akan menjadi luar biasa.

BBC telah menghabiskan waktu tiga tahun mendokumentasikan situs geologi Tanis untuk sebuah liputan yang akan ditayangkan pada 15 April, dan dinarasikan oleh Sir David Attenborough.

David Attenborough mengulas temuan itu, dan ada banyak yang akan ditampilkan kepada publik untuk pertama kalinya.

Baca Juga: Ilmuwan Temukan Fosil Kura-kura Kuno yang Selamat dari Kepunahan Dinosaurus

Bersamaan dengan penemuan kaki dinosaurus tersebut, terdapat ikan yang menghirup puing-puing dari dampak reruntuhan tabrakan asteroid yang jatuh dari langit.

Kita akan melihat fosil penyu yang ditusuk dengan tiang kayu; sisa-sisa mamalia kecil dan lubang yang mereka buat; kulit dari triceratops bertanduk; embrio pterosaurus di dalam telur yang kemudian dibuat terbang; dan apa yang tampak seperti pecahan dari penabrak asteroid itu sendiri.

"Kami memiliki begitu banyak detail dari situs ini yang memberi tahu kami apa yang terjadi dari waktu ke waktu, mirip seperti menonton film. Anda melihat kolam batu, Anda melihat fosil di sana, dan itu membawa Anda kembali ke masa lampau," kata Robert DePalma, mahasiswa pascasarjana Universitas Manchester, Inggris, yang memimpin penggalian situs Tanis.

Dari situs itu, kemudian diketahui secara luas bahwa batu dari luar angkasa selebar 12 kilometer menghantam planet kita dan menyebabkan kepunahan massal terakhir.

Situs yang terdampak telah teridentifikasi di Teluk Meksiko, di lepas pantai Semenanjung Yucatan. Lokasi itu 3.000 kilometer jauhnya dari situs Tanis, tapi seperti itulah energi yang dipancarkan dari peristiwa jutaan tahun lalu tersebut, kehancurannya terasa jauh dan luas.

Situs fosil di Dakota Utara itu merupakan tempat penemuan yang bercampur aduk.

Sisa-sisa hewan dan tumbuhan tampaknya tergulung bersama menjadi timbunan sedimen oleh gelombang air sungai yang diakibatkan getaran bumi yang tak terbayangkan. Organisme air bercampur dengan makhluk darat.

Ikan sturgeon dan paddlefish yang ada dalam fosil kusut ini adalah kuncinya. Mereka memiliki partikel kecil yang tersangkut di insangnya. Partikel itu adalah bola batuan cair yang terhempas dari tumbukan asteroid yang kemudian jatuh kembali melintasi planet ini. Ikan akan menghirup partikel itu saat berada di sungai.

Sel-sel spherule telah dihubungkan secara kimiawi dan dengan penanggalan radiometrik ke lokasi tumbukan di Meksiko. Dalam dua partikel yang dipulihkan dari resin pohon yang diawetkan, ada juga inklusi kecil yang menyiratkan asal muasal kehidupan ekstra-terestrial.

"Ketika kami melihat ada inklusi di dalam bola kaca kecil ini, kami menganalisisnya secara kimiawi menggunakan difraksi sinar-X sinkrotron," jelas Prof Phil Manning, yang merupakan supervisor PhD DePalma di Manchester.

"Kami mampu memisahkan zat kimia itu dan mengidentifikasi komposisi material tersebut. Semua bukti, semua data kimia dari penelitian itu kuat menunjukkan bahwa kami sedang melihat sepotong objek penabrak; yakni dari asteroid yang mengakhiri zaman dinosaurus."

Keberadaan situs fosil Tanis pertama kali terlihat ke publik di majalah New Yorker pada 2019. Hal itu menimbulkan kehebohan seketika.

Sains biasanya menuntut penyajian sebuah awal penemuan baru yang dibuat di jurnal ilmiah. Beberapa makalah peer-review kini telah diterbitkan, dan tim penggali menjanjikan lebih banyak temuan lantaran mereka bekerja melalui proses pendalaman, persiapan, dan penggambaran fosil yang cermat.

Untuk membuat program TV, BBC mengundang sejumlah konsultan untuk memeriksa beberapa temuan.

Prof Paul Barrett dari Museum Sejarah Alam London mengamati penemuan kaki dinosaurus itu. Dia ahli soal dinosaurus ornithischia (kebanyakan pemakan tumbuhan).

"Ini adalah Thescelosaurus. Kami tidak memiliki catatan sebelumnya tentang seperti apa kulitnya, dan ini menunjukkan dengan sangat meyakinkan bahwa hewan ini sangat bersisik seperti kadal. Mereka tidak berbulu seperti hewan pemakan daging sezamannya."

"Ini terlihat seperti hewan yang kakinya dicabut dengan sangat cepat. Tidak ada bukti penyakit pada kakinya, tidak ada jejak kaki yang digigit, seperti bekas gigitan atau potongan yang hilang," katanya.

"Jadi, menurut perkiraan terbaik yang kami miliki ini adalah hewan yang mati kurang lebih secara seketika."

Pertanyaan besarnya adalah apakah dinosaurus ini benar-benar mati pada saat asteroid menghantam Bumi. Tim penggalian situs Tanis menilai hal itu sangat mungkin terjadi, mengingat posisi anggota badan pada sedimen.

Jika itu yang terjadi, dinosaurus ini akan menjadi penemuan yang luar biasa.

Tapi Prof Steve Busatte dari Universitas Edinburgh mengaku masih agak skeptis - setidaknya untuk saat ini.

Dia bertindak sebagai konsultan luar BBC lainnya. Dia ingin melihat argumen yang disajikan dalam artikel yang ditinjau oleh rekan sejawatnya, dan beberapa ilmuwan paleo dengan spesialisasi yang sangat spesifik pergi ke situs itu untuk memberikan penilaian independen mereka.

Prof Busatte mengatakan mungkin, misalnya, hewan itu telah mati sebelum tabrakan besar itu dan kemudian terkubur kembali dengan cara yang membuat kematian mereka tampak bersamaan.

"Ikan-ikan dengan bola di insangnya, mereka adalah kesimpulan mutlak untuk asteroid. Tapi untuk beberapa klaim lain - saya akan mengatakan mereka memiliki banyak bukti tidak langsung yang belum terbukti kebenarannya," katanya.

"Namun untuk beberapa penemuan ini, apakah penting jika mereka mati pada hari itu atau tahun sebelum peristiwa tabrakan itu? Telur pterosaurus dengan bayi di dalamnya sangat langka; tidak ada yang seperti itu dari Amerika Utara."

Tidak ada keraguan bahwa telur pterosaurus itu istimewa.

Teknologi sinar-X modern memungkinkan untuk menentukan sifat kulit telur. Permukaan benda ini sepertinya tampak kasar tapi tidak keras, dan mungkin menunjukkan induk pterosaurus mengubur telurnya di pasir atau sedimen seperti kura-kura.

Ini juga memungkinkan dengan tomografi sinar-X untuk mengesktrak tulang-tulang anak pterosaurus di dalamnya, mencetaknya dan merekonstruksi seperti apa hewan itu nantinya. DePalma telah melakukannya.

Bayi pterosaurus mungkin adalah spesies azhdarchid, kelompok reptil terbang yang sayap dewasanya bisa mencapai lebih dari 10 meter dari ujung ke ujung.

DePalma memberikan kuliah khusus tentang penemuan situs Tanis kepada audiens di Pusat Penerbangan Antariksa Goddard NASA pada Rabu. Dia dan Prof Manning juga akan mempresentasikan data terbaru mereka ke Majelis Umum Uni Geosains Eropa pada Mei mendatang.

Dinosaurus: Hari Terakhir bersama Sir David Attenborough akan ditayangkan di BBC One pada 15 April pukul 18:30 WIB. Versi lain telah dibuat untuk serial sains AS, Nova, di jaringan PBS yang akan disiarkan di akhir tahun.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI