Suara.com - Sejak invasi Rusia ke Ukraina, banyak intelektual Rusia yang meninggalkan negaranya karena cemas dengan perkembangan politik di bawah Presiden Vladimir Putin.
Pada malam tanggal 4 Maret 2022, jurnalis investigasi Rusia Andrei Loshak hampir tidak bisa tidur — hal itu sudah dia alami sejak 24 Februari, hari ketika Rusia menginvasi Ukraina.
Dia memeriksa akunnya di aplikasi pesan Telegram, dan menemukan satu pesan khusus yang membuatnya lebih khawatir lagi.
Pesan itu mengatakan, dalam waktu dekat pemerintah Rusia bisa memberlakukan darurat militer. Artinya, dia tidak mungkin pergi dari negara itu.
Selama beberapa minggu berikutnya, dia mulai memikirkan bagaimana caranya meninggalkan Rusia. Andrei Loshak lalu membeli tiket pesawat ke Tbilisi, ibu kota Georgia.
"Di sini, di Georgia, saya langsung bertemu begitu banyak teman dan kolega dari Moskow dan kota-kota Rusia lainnya," katanya.
Ada kolega dari stasiun siaran Ekho Moskvy (Echo of Moscow) dan TV Rain, yang sekarang dilarang di Rusia.
TV Rain sekarang mendirikan kantor di Georgia. "Rasanya, seluruh sektor media telah beremigrasi," tambahnya.
Eksodus besar-besaran
Berapa banyak orang yang telah meninggalkan Rusia, memang tidak ada datanya, namun satu hal jelas: dalam lima minggu pertama sejak dimulainya perang, Rusia mengalami eksodus terbesarnya sejak Revolusi Oktober tahun 1917.