Suara.com - Suara dentuman artileri Rusia semakin keras saat kami melaju ke posisi garis depan Ukraina di Luhansk. Gemuruh meriam diselingi dengan rentetan tembakan senjata ringan.
Kami berada dalam jarak 500 meter dari posisi pasukan Rusia.
Ini mungkin konflik di abad ke-21 tetapi, dengan jaringan paritnya, terkadang terasa lebih seperti di medan Perang Dunia Pertama pada awal abad ke-20.
Serangan militer Rusia di Ukraina timur sudah semakin intensif. Anda dapat melihatnya dalam antrean panjang lalu lintas yang melaju ke barat, wilayah yang relatif aman.
Baca Juga: AS Ancam Muncur Jika Rusia Tetap Berada di G20, Begini Respon Indonesia
Anda dapat merasakannya di jalan-jalan yang sepi saat berkendara melewati kota-kota besar dan kecil di wilayah Donbas; dan Anda dapat mendengar meningkatnya suara artileri Rusia.
Baca juga:
- Anggota pasukan elit Rusia yang tewas di Ukraina, mengapa jadi kehilangan besar bagi Moskow?
- Wagner, tentara bayaran asal Rusia dikerahkan ke Ukraina, mengapa terkenal kejam?
- Bukti mengerikan yang menunjukkan kejahatan perang di jalan menuju Kyiv
Rusia mengerahkan lebih banyak pasukan dari utara ke timur Ukraina. Tujuannya adalah untuk meningkatkan pertempuran di Luhansk dan Donetsk - yang sebagian sudah dikuasai oleh separatis dukungan Rusia.
Di sana, Rusia akan mengambil keuntungan dari jalur pasok yang lebih pendek. Itu yang menjadi masalah dalam serangan yang gagal ke Ibu Kota Kyiv.
Rusia dan milisi sekutunya sekarang menguasai sekitar 90% Luhansk dan lebih dari setengah Donetsk - jantung industri Ukraina di masa lalu. Asap mengepul melintasi lanskap yang sudah dirusak oleh pertambangan dan pabrik.
Baca Juga: Invasi Rusia, Analis: Indonesia Dapat Manfaatkan Presidensi G20 untuk Redam Perang
Tentara Ukraina telah berperang di sini selama delapan tahun terakhir. Unit mereka ini termasuk beberapa pasukan yang paling tangguh di negara itu.
Para pejabat Barat mengatakan pasukan Ukraina yang ditempatkan di Donbas adalah unit yang paling terlatih dan punya peralatan lengkap.
Saat serangan Rusia dilancarkan dari utara, timur dan selatan, ada bahaya yang nyata bahwa mereka akan segera dikepung.
Di kawasan itu Ukraina kalah banyak dari Rusia.
Tapi mereka siap bertarung dengan membuat parit-parit pertahanan. Saat kami melakukan perjalanan ke timur menuju garis depan, kami melihat posisi pertahanan baru dan parit-parit sedang digali.
Anatoly, seorang tentara berusia 52 tahun, mengintip melalui periskop dari paritnya untuk melihat posisi Rusia. Dia mengatakan kepada saya, "Saya melihat orang Rusia, mereka terlihat seperti saya."
Tapi dia siap untuk bertahan. Dia berujar, "Jika mereka mencoba untuk mengambil posisi kami, saya akan membunuh mereka. Jika saya tidak membunuh mereka, mereka akan membunuh saya. Ini adalah aturan perang."
Sebagian besar pria yang kami ajak bicara percaya bahwa parit dan pertahanan mereka yang dipersiapkan dengan baik akan memberi keunggulan dalam melawan penjajah.
Andrej, seorang tentara berusia 27 tahun, ditemani oleh anjing peliharaannya, Lucifer, selama berada di parit. Dia mengatakan kepada saya, "Kami memiliki senjata yang bagus dan pertahanan yang bagus dan jika Rusia menyerang kami di sini, mereka akan kalah."
Pasukan Ukraina itu mengaku telah dipasok dengan senjata-senjata Barat seperti rudal antitank Javelin.
Mereka bersyukur, walau berharap lebih banyak bantuan lagi.
Andrej mengatakan bahwa Presiden Putin adalah seorang "psikopat" tetapi dia juga menambahkan bahwa para tentara Rusia yang tewas "akan menjadi pupuk yang baik untuk tanah".
Mereka tampak lelah bertempur, tetapi semuanya mengaku masih bersemangat tinggi.
Roman, seorang wakil komandan, telah menghabiskan empat tahun belajar psikologi di Universitas Lviv. Selain bertempur, dia juga bisa menawarkan dukungan kesehatan mental kepada para anak buahnya.
Tapi dia mengatakan "biasanya orang-orang tidak membutuhkan bantuan".
"Mereka memiliki motivasi yang baik untuk berjuang demi keluarga, teman, dan rumah mereka, tidak seperti orang Rusia yang bertempur seperti zombi," ujarnya.
Pasukan Ukraina sangat menyadari bahwa Rusia mengerahkan lebih banyak pasukan ke arah timur. Mereka tahu bahwa situasi yang lebih buruk akan terjadi.
Tapi Roman percaya bahwa pasukan Ukraina lebih cerdik secara taktis. Dia mengatakan bahwa doktrin militer Rusia tidak berkembang sejak Perang Dunia Kedua, cuma mengandalkan artileri.
Namun tembakan artileri Rusia itu sudah memaksa puluhan ribu orang meninggalkan rumah mereka.