John Lee Calonkan Diri Jadi Kepala Eksekutif Hong Kong Baru

Jum'at, 08 April 2022 | 10:59 WIB
John Lee Calonkan Diri Jadi Kepala Eksekutif Hong Kong Baru
DW
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Sekretaris Kepala Hong Kong John Lee mengumumkan niatnya untuk mencalonkan diri sebagai kepala eksekutif Hong Kong. Para pengamat menilai jika Lee terpilih akan semakin membuat Beijing leluasa "mencengkeram" Hong Kong.

Sekretaris kepala untuk pemerintahan Hong Kong John Lee telah mengumumkan niatnya untuk mencalonkan diri sebagai pejabat tertinggi di wilayah semiotonom tersebut.

Lee pada hari Rabu (06/04) telah mengundurkan diri dari jabatannya dalam pemerintahan saat ini.

Pengunduran diri Lee muncul hanya dua hari setelah Kepala Eksekutif Hong Kong Carrie Lam mengumumkan bahwa dirinya mengundurkan diri pada Juni 2022 mendatang, mengakhiri masa jabatan lima tahun.

Baca Juga: Hong Kong Kecam Laporan Inggris dan AS soal Hukum Keamanan Nasional

Lam mengatakan enggan mencalonkan diri untuk masa jabatan kedua. John Lee, orang nomor 2 di Hong Kong, dikenal sebagai loyalis tindakan keras yang didukung Beijing terhadap aktivis pro-demokrasi di Hong Kong.

"Jika pengunduran diri saya disetujui oleh Pemerintah Rakyat Pusat, saya akan merencanakan untuk mencalonkan diri dalam pemilihan kepala eksekutif mendatang," kata Lee dalam konferensi persnya.

"Telah berada di pemerintahan selama lebih dari 40 tahun, untuk melayani rakyat Hong Kong adalah suatu kebanggaan,” lanjutnya.

Lee diyakini menjadi satu-satunya kandidat untuk kepala eksekutif yang didukung oleh Beijing dan difavoritkan menjadi suksesor Lam.

Cina semakin memainkan peran di Hong Kong?

Baca Juga: Kematian Akibat Covid-19 di Hong Kong Melonjak Tajam, Kamar Mayat Kewalahan

Jika pria berusia 64 tahun ini nantinya terpilh menjadi kepala eksekutif, hal ini dinilai akan menjadi sinyal bahwa Beijing akan semakin mempererat "cengkeramannya" terhadap Hong Kong.

Aktivis Hong Kong yang sekarang tinggal di Inggris, Nathan Law, menjelaskan bahwa Lee lebih agresif dan keras terhadap mereka yang pro-demokrasi dibandingkan Lam.

"Ini adalah proses 'seleksi', bukan proses 'pemilihan'," kata Law kepada kantor berita AFP.

"Beijing yang menentukan siapa yang menjadi pemimpin selanjutnya Hong Kong, bukan rakyat Hong Kong."

Pengamat politik dari Universitas Hong Kong, Ivan Choy, mengatakan pemerintahan di bawah Lee nantinya akan mencerminkan keinginan Beijing untuk mencari "kesetiaan, kedisiplinan, dan keamanan nasional."

"Jika (Lee) menjadi pemimpin eksekutif berikutnya, itu berarti masalah keamanan nasional akan menimbulkan kekhawatiran lain dalam lima tahun Hong Kong ke depan," ujar Choy.

Lee dinilai akan memiliki pengalaman pembuatan kebijakan yang jauh lebih sedikit karena telah menghabiskan sebagian besar karier pegawai negerinya di kepolisian dan mengawasi masalah keamanan.

Choy mengatakan, mengingat kurangnya pengalaman tersebut, Beijing dapat memainkan peran yang lebih penting dalam urusan lokal dan domestik Hong Kong.

Periode pencalonan kepala eksekutif Hong Kong akan dimulai pada tanggal 10 April dan akan berlangsung sampai 16 April mendatang.

Pemilihan dijadwalkan pada tanggal 8 Mei oleh sebuah komite yang terdiri dari sekitar 1.500 orang, yang sebagian besar pro-Beijing.

Kandidat lain yang diprediksi oleh media lokal sebagai calon pesaing Lee adalah Menteri Keuangan Hong Kong Paul Chan.

Meskipun hingga kini Chan belum menyatakan niat untuk maju dalam pencalonan. rap/ha (AP, AFP, dpa)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI