Zelensky: Rusia Berusaha Halangi Penyelidikan Kejahatan Perang di Ukraina

Jum'at, 08 April 2022 | 10:32 WIB
Zelensky: Rusia Berusaha Halangi Penyelidikan Kejahatan Perang di Ukraina
DW
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan Rusia berusaha menyembunyikan bukti kejahatan perang untuk menghindari reaksi global. Sementara PBB menggelar pemungutan suara untuk menangguhkan Rusia dari Dewan HAM PBB.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan dalam postingan video Rabu (06/04) malamnya bahwa Rusia berusaha menyembunyikan bukti kejahatan perang yang dilakukan di Ukraina.

"Kami memiliki informasi bahwa pasukan Rusia telah mengubah taktik dan mencoba untuk memindahkan orang-orang yang tewas, orang-orang Ukraina yang tewas, dari jalan-jalan dan ruang bawah tanah wilayah yang mereka duduki," kata Zelensky.

"Ini hanya upaya untuk menyembunyikan bukti dan tidak lebih," tambahnya.

Baca Juga: Bucha: Biden Desak Putin Diadili Atas Kejahatan Perang

Zelensky mengatakan bahwa para pemimpin Rusia "takut bahwa kemarahan global atas apa yang terlihat di Bucha akan terulang setelah apa yang terlihat di kota-kota lain."

Lebih lanjut, Zelenksy mengatakan Rusia juga memblokir akses bantuan kemanusiaan ke kota Mariupol yang terkepung karena ingin menyembunyikan bukti bahwa ada ribuan orang di sana tewas.

"Saya pikir itu adalah tragedi, itu neraka, saya tahu bahwa itu bukan puluhan, tetapi ribuan orang, orang yang berbeda, yang telah terbunuh di sana dan ribuan terluka," kata Zelensky.

"Mereka tidak akan bisa menyembunyikan semua ini dan mengubur semua orang-orang Ukraina yang meninggal dan menyembunyikan yang terluka. Ini soal angka, jumlahnya ribuan, tidak mungkin untuk disembunyikan."

Zelensky pun mendesak warga Rusia untuk memprotes perang tersebut. "Jika Anda memiliki sedikit rasa malu tentang apa yang dilakukan militer Rusia di Ukraina, maka bagi Anda warga Rusia, ini adalah momen penting: Anda harus menuntut, hanya menuntut, diakhirinya perang,” tegasnya.

Baca Juga: Apakah Pembantaian Sipil di Ukraina Bisa Dianggap Kejahatan Perang?

PBB gelar voting untuk menangguhkan Rusia dari Dewan HAM Majelis Umum PBB menggelar pemungutan suara pada hari Kamis (07/04) terkait penangguhan Rusia dari Dewan Hak Asasi Manusia (HAM) organisasi tersebut.

Pemungutan suara itu diminta oleh Amerika Serikat (AS) sebagai tanggapan atas penemuan ratusan mayat di kota Bucha di Ukraina setelah pasukan Rusia menarik diri dari daerah itu.

Sebanyak 47 anggota Dewan Hak Asasi Manusia dipilih oleh Majelis Umum untuk masa jabatan tiga tahun.

Masa jabatan Federasi Rusia akan berakhir pada 2023, seperti halnya Ukraina. Agar penangguhan disetujui, diperlukan dua pertiga mayoritas dari semua suara, tidak termasuk abstain.

Sementara itu, Kementerian Kehakiman AS bekerja dengan sekutunya di Eropa dan jaksa di Ukraina untuk menyelidiki potensi kejahatan perang yang dilakukan Rusia di Ukraina.

Jaksa Agung AS Merrick Garland mengatakan pada hari Rabu (06/04) jaksa AS di seluruh dunia tengah bekerja untuk mengumpulkan bukti dan untuk "mengumpulkan informasi tentang kekejaman yang kita semua lihat di foto-foto dan rekaman video.''

Korban tewas di Mariupol dilaporkan capai 5.000 orang

Dilansir Associated Press, Wali Kota Mariupol Vadym Boichenko mengatakan bahwa hingga Rabu (06/04) lebih dari 5.000 warga sipil telah tewas selama pengepungan Rusia atas kota pelabuhan tersebut.

Boichenko menambahkan bahwa lebih dari 90% infrastruktur kota dihancurkan oleh serangan Rusia.

Pasukan Rusia juga telah membom rumah sakit, termasuk satu di mana 50 orang tewas terbakar, katanya.

Selain itu, dilaporkan 11 mayat ditemukan di kota Hostomel di wilayah Kyiv. Mayat-mayat tersebut ditemukan di sebuah garasi, demikian kata mantan Menteri Dalam Negeri Ukraina Arsen Avakov dalam sebuah postingan di Telegram.

Menurut Avakov, korban tewas adalah warga sipil yang dibunuh oleh tentara Rusia.

Hostomel terletak di barat laut Kyiv dan di sana terdapat bandara dengan nama yang sama yang menerima pesawat kargo internasional.

Sebagian besar dari 16.000 penduduknya telah meninggalkan daerah itu. Sebelumnya, pemerintah setempat mengatakan bahwa 400 penduduk hilang dari kota itu setelah 35 hari invasi Rusia.

Pasukan Ukraina kembali menguasai kota itu, beserta tetangganya Bucha dan Irpin beberapa hari lalu. rap/ha (Reuters, AP, AFP, dpa)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI