Kesaksian Remaja 14 Tahun di Bucha: Saya Lihat Tentara Rusia Tembak Ayah

SiswantoBBC Suara.Com
Kamis, 07 April 2022 | 17:13 WIB
Kesaksian Remaja 14 Tahun di Bucha: Saya Lihat Tentara Rusia Tembak Ayah
BBC
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pada 17 Maret 2022 sekitar pukul 11:00 waktu setempat, Yuriy Nechyporenko dan ayahnya, Ruslan, sedang bersepeda ke gedung pemerintah Kota Bucha, yang menjadi tempat pembagian bantuan. Listrik, gas, air telah diputus dan kebutuhan pokok semakin menipis di kota tersebut.

Bucha adalah salah satu kota pertama yang diduduki pasukan Rusia ketika mereka bergerak ke ibu kota Ukraina, Kyiv.

Yuriy dan ayahnya berharap bisa mengambil bantuan obat dan makanan. Dia mengatakan seorang tentara Rusia lalu menghentikan mereka di Jalan Tarasivska. Mereka pun mengangkat kedua tangan, tanda tidak akan melawan.

Berbicara kepada BBC melalui telepon bersama ibunya, Alla, remaja 14 tahun itu menceritakan apa yang terjadi selanjutnya. "Kami memberi tahu mereka bahwa kami tidak membawa senjata apapun dan kami tidak berbahaya," katanya.

Baca Juga: Perang Ukraina: Pembantaian Bucha, Apa yang Diketahui Sejauh Ini?

"Kemudian ayah menoleh ke arah saya, dan saat itulah dia ditembak... Dia ditembak dua kali di dada, tepat di jantungnya. Lalu dia jatuh."

Pada saat itu, sambungnya, tentara tersebut menembaknya di tangan kiri dan dia pun terjatuh. Ketika tersungkur, dia ditembak lagi, kali ini di lengan.

"Posisi saya tengkurap, saya tidak bisa melihat apa yang terjadi di sekitar saya," kata Yuriy. Tentara itu kemudian menembak lagi dan membidik kepalanya. "[Tapi] peluru menembus penutup kepala saya."

Yuriy juga bercerita tentara itu lagi-lagi menembak, kali ini ke kepala ayahnya. Meskipun Ruslan sudah mati. "Saya panik, terbaring di sana dengan luka di lengan. Saya melihat tangan saya berdarah."

Setelah beberapa waktu, ketika tentara itu pergi ke belakang truk, Yuriy bangkit dan berlari.

Baca Juga: Bahas Pembunuhan di Bucha, Zelensky Desak PBB Bertindak atau Bubar

BBC belum memverifikasi secara rinci pengakuan Yuriy, tapi apa yang terjadi padanya menjadi bukti kekejaman pasukan Rusia saat mereka menguasai Bucha dan kota-kota lain di sebelah utara Kyiv.

Di Bucha saja, sejumlah mayat laki-laki ditemukan tergeletak di jalan, banyak di antaranya dipenuhi luka parah. Beberapa yang ditembak seperti dieksekusi. Jenazah lainnya nampak tangan atau kaki mereka terikat di belakang punggung. Beberapa lagi tampak jelas terlindas oleh tank.

Di sepanjang Jalan Yablonska, terlihat banyak mayat, jarak lokasi itu hanya dua kilometer dari tempat Ruslan dibunuh.

Ibu Yuriy, Alla, bercerita kepada BBC bagaimana dia langsung pergi mencari suaminya setelah Yuriy pulang ke rumah dan menceritakan apa yang terjadi. Dia mengira cerita Yuriy mungkin tidak benar dan Ruslan hanya terluka sehingga membutuhkan bantuan medis.

"Anak saya memohon kepada saya untuk tidak pergi," kata Alla. "Dia bilang mereka akan membunuh saya juga."

Ketika Alla mencoba menyusuri jalan, dia berkata, tetangganya menghentikannya. "[Mereka] mengatakan kepada saya untuk tidak ke sana dan mengatakan bahwa Rusia membunuh semua orang di wilayah yang berada di bawah kendali mereka."

Keesokan paginya, Alla meminta bantuan ibunya. Mengenakan syal putih, mereka pergi ke lokasi penembakan. Ibunya berbicara dengan tentara Rusia dan mereka berhasil lewat. Mereka menemukan jenazah Ruslan dan membawanya pulang.

Sebuah foto berupa tubuh mayat yang tertutup sebagian disimpan Alla dan diperlihatkan kepada BBC demi mengonfirmasi kesaksian Yuriy. Foto itu menunjukkan luka tembak di dada sebelah kanan, dekat jantung.

Ruslan berprofesi sebagai pengacara, usianya 49 tahun ketika dibunuh. Dia aktif di komunitas, kata Alla. "Dia tidak bisa hanya duduk dan berdiam diri di tempat penampungan. Jadi dia menjadi sukarelawan dan membantu orang."

Mereka mengubur jenazah Ruslan di halaman rumah.

Yuriy mengatakan tentara yang membunuh ayahnya adalah orang Rusia. Seragamnya berwarna hijau tua, khas tentara Rusia, katanya. "Saya melihat di jaket antipelurunya tertulis 'Rusia' dalam bahasa Rusia.

Dia tidak habis pikir mengapa dia dan ayahnya ditembaki. "Kami padahal tidak berbahaya bagi militer, kami adalah warga sipil dan mengenakan syal putih sebagai penanda," kata Yuriy.

Presiden Ukraina kunjungi Bucha

Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengunjungi Bucha pada hari Senin (04/04).

"Kami ingin Anda menunjukkan kepada dunia apa yang terjadi di sini, apa yang dilakukan militer Rusia, apa yang dilakukan Federasi Rusia di Ukraina yang damai. Penting bagi Anda untuk melihat bahwa ini adalah warga sipil," katanya.

Lalu dalam pidato jarak jauh di sidang Dewan Keamanan PBB, Zelensky mengatakan bahwa kejadian mengerikan seperti yang terjadi di Bucha - dengan mayat-mayat bergeletakan - terjadi juga di tempat-tempat lain di Ukraina.

Dalam pidato melalui video dan penterjemah, Zelensky mengatakan di kota Bucha, pasukan Rusia menembak orang di jalan, di rumah mereka, dilempar ke sumur dan ditindas dengan tank-tank di jalan hanya 'demi kesenangan'.

Presiden Ukraina itu juga menunjukkan video sekitar satu menit yang menunjukkan jenazah warga Ukraina, sebagian terbakar dan badan-badan yang tidak utuh.

Laporan tambahan oleh Svetlana Libet

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI