Suara.com - Kisah pembangunan Masjid Agung Lintang Astha unik diceritakan. Masjid Masjid Agung Lintang Astha ini sengaja dibangun agar sangat mirip dengan Masjid Agung Demak. Bahkan kuli bangunan yang ingin bangun masjid Masjid Agung Lintang Astha diajak ziarah ke Masjid Agung Demak lebih dulu.
Pembangunan masjid ini memakan waktu sekitar 1 tahun. Sejak hari pertama mulai pembangunan, tanggal 2 September 2018, masjid ini resmi dipergunakan untuk tarawih pertama bulan Ramadhan 2019.
Masjid Agung Lintang Astha ada di Kecamatan Ngamprah, Kabupaten Bandung Barat (KBB). Bangunan masjid ini memiliki gaya tradisional Jawa kuno yang terinspirasi Masjid Agung Demak.

Atap Masjid Agung Lintang Astha justru berbentuk limas dan bersusun tiga.
Selain itu, masjid ini tak memiliki menara, justru yang mencolok terdapat sebuah tugu serupa miniatur Monas tepat di depan halaman masjid.
Menengok ke bagian dalam, ciri khas Masjid Demak makin kental. Masjid Agung Lintang Astha ini sama seperti Masjid Agung Demak yang ditopang empat saka atau tiang besar.

Selain itu keunikan lainnya, di bagian dinding Masjid Agung Lintang Astha tak hanya terdapat hiasan tulisan Arab. Tapi juga tulisan bahasa Indonesia dan ukiran huruf sansakerta. Tulisan di dinding itu memuat ayat Qur'an, huruf khat, sholawat hingga syair.
Dikutip dari AyoBandung (Jaringan Suara.com) Ketua DKM Masjid Agung Lintang Astha Aep Sutisna menceritakan jika masjid ini memang meniru bangunan Masjid Agung Demak.
Penggagas pembangunan Masjid Agung Lintang Astha adalah Muhammad Burhan berasal dari Demak.
Baca Juga: Riwayat Masjid Agung Majalaya, Masjid Tertua di Kabupaten Bandung, Pernah Jadi Markas Pertanahan TRI
"Dibangun tahun 2018. Untuk arsitektur memang meniru Masjid Agung Demak karena penggagas masjid ini asli orang sana. Sekarang sudah tinggal di sini juga kerap berziarah ke sana," kata Aep, Rabu 6 April 2022.