Suara.com - Masjid Agung Majalaya di Kabupaten Bandung punya cerita dan sejarah mengagumkan. Masjid Agung Majalaya merupakan salah satu masjid tertua di Kabupaten Bandung, khususnya untuk kecamatan Majalaya.
Masjid Agung Majalaya berdiri di Alun-alun Majalaya. Kini Masjid Agung Majalaya menjadi salah satu situs budaya di Kabupaten Bandung.
Dikutip AyoBandung (Jaringan Suara.com), Masjid Agung Majalaya pernah menjadi markan dan basis pertanahan Tentara Rakyat Indonesia (TRI).
Belanda pernah menyerang masjid Agung Majalaya menggunakan pesawat tempur hingga membuat beberapa bagian masjid mengalami kerusakan.
Baca Juga: Kalah di Persidangan, Rumah Pensiunan PNS Polri di Bandung Barat Rata dengan Tanah
Kini usia Masjid Agung Majalaya lebih dari 80 tahun masih kokoh berdiri.
Masjid Agung Majalaya dibangun pada 1939 dan rampung pada 1941 lalu. Masjid Agung Majalaya dibangun di atas tanah wakaf dari Rd. Tubagus Zainudin.
"Luas keseluruhan sekitar 1.000 meter," ujar Zainal Arifin, Sekretaris Yayasan Masjid Agung Majalaya.
Ukuran Masjid Agung Majalaya 22 x 30 meter termasuk serambi masjid. Sementara ukuran bagian dalam adalah 19 x 20 meter.
Sejak dibangun, masijd Agung Majalaya tidak pernah dipugar. Bahkan tidak pernah merobohkan seluruh bagian.
Baca Juga: Kebun Diterjang Banjir Bandang Campur Sampah, Petani di Bandung Barat Gigit Jari
Bahkan struktur utama masjid tidak pernah diganggu gugat, seperti 4 tiang di bagian tengah masjid yang terbuat dari jati setinggi 19 meter tidak pernah diganti.
Penggantian yang dilakukan hanya pada bagian atap yang terbuat dari susunan kayu.
"Secara keseluruhan, masjid masih seperti bangunan awal," katanya.
Bahkan ornamen yang terdapat di dalam masjid masih dipertahankan secara utuh. Perombakan besar yang dilakukan hanya pada bagian serambi dan tempat wudlu.
Serambi masjid ditutup oleh dinding sehingga berubah menjadi selasar yang bisa digunakan oleh jemaah untuk salat.
"Tempat wudu, awalnya berupa kolam. Sekarang diubah menjadi lebih kekinian," ungkapnya.
Walaupun sudah berusia hampir satu abad, namun Masjid Agung Majalaya masih berdiri kokoh.
Struktur bangunan yang kuat menjadikan masjid beridiri tegak walaupun sudah berusia puluhan tahun.
Menurut Zainal, hampir seluruh bahan bangunan merupakan bahan pilihan, seperti 4 tiang penyangga yang berada di tengah-tengah masjid berasal dari Jepara.
"Kayu jati didatangkan langsung dari Jepara. Termasuk bagian struktur atapnya, jati dari Jepara," ukapnya.
Empat tiang penyangga juga merupakan batu yang didatangkan dari Demak. Pun dengan beberapa ornamen yang terdapat di dalam masjid, kental dengan khas Masjid Demak.
"Memang mirip dengan masjid Demak," ungkapnya.
Yang membedakan Masjid Agung Majalaya dengan Masjid Demak adalah bagian atapnya yang terdiri dari 5 tingkatan. Lima atap tersebut melambangkan rukun Islam.