Suara.com - Direktur Lingkar Madani Indonesia (Lima Indonesia) Ray Rangkuti memberikan komentar mengenai elektabilitas Menteri BUMN Erick Thohir.
Menurutnya, Erick Thohir layak menjadi 'the next' Presiden Joko Widodo (Jokowi). Ray Rangkuti menyebutkan dua alasan Erick Thohir dinilai layak menjadi penerus Jokowi.
Alasan pertama, Erick Thohir memiliki prestasi dan kinerja bagus di kementerian yang dipimpinnya.
Kemudian, Erick Thohir juga memiliki kedekatan dengan Presiden Jokowi.
Baca Juga: Pemerintah Bakal Bangun 10 bandara Baru dalam Dua Tahun
Hal tersebut memberi sinyal bahwa Erick Thohir digadang-gadang menjadi capres selanjutnya.
Selain itu, Ray Rangkuti menyebut bahwa Erick Thohir menjadi menteri andalan Jokowi.
"Saya kira gak bisa dinafikan bahwa kedekatannya (Erick) dengan Pak Jokowi apalagi akhir-akhir ini Pak Jokowi juga kelihatan terus menerus mempromosikannya," kata Ray Rangkuti, seperti dikutip dari wartaekonomi--jaringan Suara.com, Selasa (5/4/2022).
"Karena sering dibawa Jokowi kedekatannya dan sebagainya itu tentu di luar itu adalah soal dia (Erick Thohir) sendiri mungkin mampu mengikat masyarakat melalui berbagai kunjungannya ke daerah itu, di samping tentu memori publik tentang keberhasilan-keberhasilannya," imbuhnya.
Erick Thohir dinilai memiliki beberapa capaian selama menjabat sebagai Menteri BUMN.
Baca Juga: Moeldoko Dipuji Tameng dan Bemper Presiden Jokowi yang Peduli Bawahan
Menurut Ray, capaian tersebut membuat elektabilitas Erick Thohir mengalami peningkatan.
"Jadi kalau dilihat dari keseluruhan 7 nama itu misalnya yang konsisten naik itu Erick Thohir, kalau nama-nama yang lain kan agak stagnan, Prabowo sudah lama stagnan apalagi Anies dalam setahun ini dia stagnan diangka sampai 20 persen," lanjutnya.
Perlu diketahui, elektabilitas Erick Thohir pada Desember 2021 berada di angka 1,3 persen.
Kemudian, pada Februari 2022, elektabilitas Erick Thohir naik menjadi 1,6 persen.
Sementara pada similuasi 7 nama, elektabilitas Erick Thohir pada Desember 2021 sebesar 1,8 persen. Selanjutnya, naik menjadi 2,4 persen pada Februari 2022.