Kisah Syekh Abdul Syakib Sebarkan Syiar Islam di Bandung Selatan

Selasa, 05 April 2022 | 11:40 WIB
Kisah Syekh Abdul Syakib Sebarkan Syiar Islam di Bandung Selatan
Kompleks makam Syekh Abdul Syakib . Jarang diketahui, sosok ini adalah penyebar syiar islam di Bandung selatan khususnya Kecamatan Banjaran, Kabupaten Bandung. (Ayobandung.com/Mildan Abdalloh)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Sosok Syekh Abdul Syakib menjadi salah satu ulama di Jawa Barat paling berpengaruh di masa lalu. Syekh Abdul Syakib adalah penyebar syiar Islam di Bandung Selatan.

Syekh Abdul Syakib penyebar syiar islam di Kecamatan Banjaran, Kabupaten Bandung. Kini Syekh Abdul Syakib dimakamkan di Kampung Pakemitan (sekarang beranama Blok Desa), Desa Banjaran Wetan, Kecamatan Banjaran, Kabupaten Bandung.

Warga sekitar menyebutnya sebagai makam Syekh Abdul Syakib.

Dikutip dari AyoBandung pengurus makam Syekh Abdul Syakib, Ujang Kusnadi mengatakan Syekh Abdul Syakib merupakan utusan dari Cirebon untuk menyebarkan Islam di Bandung Selatan.

Baca Juga: Warga Jawa Barat Bakal Bisa Beli Minyak Goreng via Aplikasi, Ambilnya di Rumah Pak RW

"Beliau adalah utusan dari Cirebon untuk menyebarkan Islam di Bandung Selatan," ujar Ujang.

Syekh Abdul Syakib menyebarkan Islam di Bandung selatan sekitar 400 tahun lalu. Syekh Abdul Syakib menyebarkan Islam dengan cara berbeda dengan ulama pada umumnya yang memiliki pesantren.

"Tidak ada pesantren, hanya mendirikan sebuah pondok yang atapnya terbuat dari sirap," ujanya.

Bekas pondok tempat masyarakat menimba ilmu agama Islam kini sudah berganti menjadi sebuah kampung di Banjaran bernama panyirapan yang diambil dari atap sirap pondok yang didirkan Syekh Abdul Syakib.

Selama masa hidupnya, Syekh Abdul Syakib menyebarkan agama Islam di Bandung Selatan khususnya Banjaran. Bahkan kata Ujang, hampir 80 persen nama kampung di Banjaran merupakan pemberian beliau.

Baca Juga: Jadwal Imsakiyah Karawang dan Sekitarnya, Selasa 5 April 2022

Ciapus misalnya, kampung tersebut berasal dari kata Kerepus (kopiah).

"Syekh Abdul Syakib mau salat, saat wudu kerepusnya ketinggalan, ketika kembali di tempat kerepus tertinggal sudah ada mata air, makanya diberi nama Ciapus," imbuhnya.

Pun dengan Banjaran, menurut Ujang zaman dulu di tempat tersebut merupakan danau yang terdapat pulau kecil, Syekh Abdul Syakib sedang berkuda di pulau dan terjatuh.

"Orang menyebutnya Tibo Jaran atau dalam bahasa Indonesia diartikan jatuh dari kuda. Karena pelapalan orang sunda yang sedikit berbeda, tibo jaran disebut sebagai banjaran. Sampai sekarang jadi Banjaran," terangnya.

Ujang melanjutkan, karena Syekh Abdul Syakib merupakan utusan dari Cirebon, tidak jarang makam juga dikunjungi oleh peziarah dari Kota Udang, juga banyak peziarah dari Karawang bahkan Sumatera.

Para peziarah dari luar daerah tersebut umumnya datang ketika musim ziarah seperti saat ramadan, maulud atau bulan-bulan lainnya. 

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI