Profil Tarekat Naqsabandiyah yang Jadi Sorotan Lantaran Beda Waktu Puasa, Sholat Id hingga Cara Dzikir

Rifan Aditya Suara.Com
Jum'at, 01 April 2022 | 23:01 WIB
Profil Tarekat Naqsabandiyah yang Jadi Sorotan Lantaran Beda Waktu Puasa, Sholat Id hingga Cara Dzikir
Profil Tarekat Naqsabandiyah yang Jadi Sorotan Lantaran Beda Waktu Puasa, Sholat Id hingga Beda Cara Dzikir - Jemaah tarekat Naqsabandiyah salat Ied lebih dulu. (Suara.com/Rambiga)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Umat muslim yang tergabung dalam tarekat Naqsabandiyah di beberapa wilayah Indonesia seperti Sumatera Barat telah mulai menjalani ibadah puasa Ramadhan 1443 H pada Jum'at, (1/4/2022). Berikut ini profil tarekat Naqsabandiyah

Pengikut tarekat Naqsabandiyah di Indonesia sudah cukup banyak. Komunitas muslim ini selalu menjadi sorotan karena sering berbeda waktu pelaksaan puasa hingga sholat id. Siapa tarekat Naqsabandiyah sebenarnya? Untuk tahu lebih banyak simak profil tarekat Naqsabandiyah yang disusun Suara.com berikut ini.

Jamaah tarekat Naqsabandiyah mengawali puasa Ramadhan mengcu pada hitungan Qisab Qomariah dalam Kitab Munjid. Perhitungan penetapan awal puasa dihitung lima hari setelah awal puasa pada tahun sebelumnya. Diketahui puasa tahun sebelumnya di mulai pada hari Senin berarti puasa pada tahun ini dimulai pada hari Jumat. 

Lantas seperti apa profil tarekat Naqsabandiyah? Simak penjelasannya berikut ini. 

Baca Juga: Melihat Kebersamaan Muslim AS Memasuki Puasa Ramadhan 2022

Profil Tarekat Naqsabandiyah 

Tarekat Naqsabandiyah pertama kali muncul pada abad ke 14 Masehi di Turkistan. Pencetus pemahaman ini bernama Muhammad bin Muhammad Baha’udin al-Bukhari, yang kemudian ia mendapatkan gelar Syah Naqsyaband. Ia hidup dari tahun 1317-1389 Masehi. 

Tarekat Naqsabandiyah adalah salah satu bagian dari tarekat Sufi yang memiliki cukup banyak pengikut di Indonesia. Naqsyabandiyah sendiri berasal dari kata ’Naqsyaband’ yang diambil dari nama pendirinya yaitu Syah Naqsaband.

Sementara untuk tambahan 'yah' berasal dari kata ya nisbah yang artinya pengikut. Jika digabungkan Naqsabandiyah memiliki arti pengikut Syah Naqsaband. 

Setiap kelompok tarekat Sufi, memiliki tradisi atau aqidah tertentu yang membedakan antara satu tarekat dengan tarekat lainnya. Termasuk tarekat Naqsabandiyah, kelompok ini juga memiliki aqidah dalam peribadatan yang dapat membedakan dengan tarekat Sufi lainnya. 

Baca Juga: Situasi Masih Pandemi, Tarekat Naqsabandiyah Rejang Lebong Tiadakan Suluk Ramadhan

Aqidah dalam Peribadatan Tarekat Naqsabandiyah

Jamaah Tarekat Naqsabandiyah melaksanakan Salat Idul Adha di Mushalla Baitul Makmur, Pauh, Padang, Sumatera Barat, Sabtu (10/8).[ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra]
Jamaah Tarekat Naqsabandiyah melaksanakan Salat Idul Adha di Mushalla Baitul Makmur, Pauh, Padang, Sumatera Barat, Sabtu (10/8).[ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra]

Setidaknya ada tiga Aqidah yang dianut oleh tarekat Naqsabandiyah. Pertama yaitu mereka meyakini bahwa pendiri tarekat pertama kali adalah Abu Bakar As-Shiddiq. Semasa hidup beliau mengamalkan dzikir dan wirid Naqsabandiyah, dengan membacanya dalam tempat yang sunyi dan tidak terputus hingga waktu subuh tiba. 

Kedua, para pengikut percaya bahwa orang yang tidak mengikuti tarekat Naqsabandiyah berada dalam bahaya agama. Pemahaman fiqih ini sudah pasti ada setiap aliran kepercayaan apapun. Hal ini menjadi metode untuk mengikat pengikutnya dengan memastikan bahwa merekalah yang berhak masuk surga. 

Ketiga, jamaah Naqsabandiyah menyikapi para pemimpinnya sebagaimana mereka masih hidup. Mereka melakukan istiqasah di makam tokohnya, meminta keputusan kepada tokohnya kemudian membait tokohnya bahkan menimba ilmu dari tokohnya. 

Penganut tarekat Naqsabandiyah meyakini bahwa hubungan merek dengan Allah hanya bisa dijalin melalui ulama terdahulu yang telah meninggal. Dalam pelaksanaannya mereka menggunakan foto atau membayangkan wajah tokohnya dalam imajinasi mereka saat berdzikir kepada Allah. 

Demikian tadi profil tarekat Naqsabandiyah, kelompok organisasi Islam di Indonesia yang paling awal melaksanakan ibadah puasa Ramadhan. Semoga dengan adanya informasi ini dapat menambah pengetahuan kita dan rasa saling menghargai satu sama lain. Karena tidak semua orang memiliki keyakinan aqidah yang sama dalam beragama.

Kontributor : Putri Ayu Nanda Sari

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI