Krisis Minyak Goreng Melanda Aljazair Jelang Ramadhan: Serasa Beli Narkoba

SiswantoBBC Suara.Com
Jum'at, 01 April 2022 | 15:00 WIB
Krisis Minyak Goreng Melanda Aljazair Jelang Ramadhan: Serasa Beli Narkoba
BBC
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Harga makanan melambung tinggi di Aljazair, dan para pembeli mengaku minyak goreng dan susu sangat langka sehingga Anda perlu membarter mentega kepada pemilik toko demi mendapatkannya.

Dampak kebijakan penanganan pandemi virus corona dan sekarang perang di Ukraina telah menyulitkan para konsumen.

"Rasanya seperti membeli narkoba," ujar Samiha Sammer, 31 tahun, dengan nada sinis.

Dahulu dia gemar membuat kue bagi keluarga dan teman-temannya, bahkan menjadi penghasilan sampingan.

Baca Juga: Kadung Berdesak-desakan Antre Minyak Goreng, Distribusi Terlambat, Emak-emak di Probolinggo Cuma Bawa Kupon Pulang

Namun kini hal itu tak berlanjut karena dia kesulitan menemukan semua bahan yang dibutuhkan.

"Untuk membeli minyak goreng dari toko kelontong mana pun, Anda harus kenal baik dengan pemilik toko," jelas Sammer.

Barter barang biasanya dilakukan secara diam-diam, dan persediaan barang-barang berharga disembunyikan di bagian belakang toko.

Seperti banyak orang Aljazair, Sammer pertama kali melihat ada perubahan pada tahun lalu, ketika dampak Covid mulai melumpuhkan segalanya.

Sekarang, saat Ramadan akan dimulai akhir pekan ini, masyarakat Aljazair dipaksa untuk mendapatkan minyak goreng karena itu adalah bahan penting selama banyak hidangan khusus yang dimakan selama bulan tersebut.

Baca Juga: Inflasi Maret 2022 Tembus 0,66 Persen, Cabai Merah Hingga Minyak Goreng Jadi Pemicu

Sammer kadang-kadang meninggalkan rumahnya di Blida untuk menuju kota kecil terdekat, Kolea, demi mendapatkan buah dan sayuran yang harganya sedikit lebih murah.

Baca juga:

Saat ini harga kentang 30% lebih mahal ketimbang beberapa bulan silam, dan antrean panjang demi mendapatkan susu membuat warga mengantri sejak pagi buta.

"Saya kini menghentikannya karena banyak kerumunan orang dan kadang-kadang butuh perjuangan demi mendapatkan susu," kata pegawai bagian administrasi ini sambil menghela nafas. "Ini penghinaan."

Namun demikian menghindari keramaian itu ada biayanya.

Dia sekarang membayar sekitar 420 dinar ($2,90 atau sekitar Rp40 ribu) untuk 1kg susu bubuk impor, bukan 25 dinar untuk jenis yang disubsidi negara.

Aljazair memproduksi susu tetapi hanya dalam jumlah kecil, jadi selama bertahun-tahun Aljazair mengandalkan impor dari Prancis, dan negara-negara Uni Eropa lainnya.

Dan tidak lama berselang, mereka juga mengimpor dari Uni Emirat Arab - biasanya dalam bentuk bubuk yang dicairkan di pabrik-pabrik lokal sebelum mencapai konsumen.

Namun, yang paling mengganggu warga Aljazair adalah minyak goreng.

Seperti susu, minyak goreng juga disubsidi oleh negara, tetapi bahkan sebelum krisis saat ini, harganya sudah mahal - sebotol lima liter akan membuat Anda membayar setidaknya 600 dinar (lebih dari Rp56 ribu).

Dibanding gaji rata-rata bulanan warga Aljazair sebesar $240 (Rp3,4 juta) untuk pekerja sektor swasta dan $410 (Rp6 juta) untuk pekerja sektor publik, tidak mengherankan jika tekanan meningkat pada pihak berwenang untuk bertindak.

Penimbunan makanan dan korupsi telah meningkat akibat kesulitan ekonomi negara, seperti yang ditemukan oleh sebuah komite parlemen dalam laporannya.

Anggota komite, Hisham Safar mengatakan kepada BBC bahwa para pedagang minyak goreng sengaja menggelembungkan jumlah barang bersubsidi yang mereka jual supaya mendapatkan klaim lebih banyak insentif dari pemerintah.

Tahun lalu, sekitar 150.000 pelanggaran dilaporkan ke pihak berwenang, sebagian besar berakhir di pengadilan, dan ribuan izin perdagangan dicabut.

Tetapi ada juga masalah dengan penyelundupan barang-barang bersubsidi melintasi perbatasan selatan Aljazair untuk dijual ke negara-negara tetangga, yang digambarkan oleh komisi parlemen sebagai "merajalela".

Tidak ada angka resmi tetapi sejumlah sumber mengatakan kepada BBC bahwa sebanyak 12 truk minyak goreng diselundupkan dari Aljazair ke Mali dan Nigeria setiap hari.

Para pelakunya menjual minyak goreng buatan Aljazair yang disubsidi negara - keuntungannya bisa mencapai $17.800 (Rp256 juta) per truk, demikian ungkap sumber BBC.

Awal bulan ini, Presiden Abdelmadjid Tebboune melarang ekspor makanan apa pun yang mengandung bahan-bahan yang awalnya diimpor - seperti minyak goreng, gula, pasta, semolina, dan produk gandum lainnya.

Sejumlah laporan menunjukkan bahwa presiden menginginkan agar tindakan seperti itu diganjar sanksi hukum sebagai "sabotase ekonomi".

Tetapi untuk menemukan penyebab krisis Aljazair secara mendalam, Anda harus melihat ke belakang lebih jauh, kata para ahli.

'Mafia menjarah negara'

Ketergantungan ekonomi pada penjualan gas dan minyak mentah sebagai mesin pertumbuhan dan sumber pendapatan pemerintah telah menciptakan banyak masalah, kata ekonom Abdal-Rahman Hadef.

Setidaknya akibat salah urus pada sektor ini, dengan banyak transaksi yang terjadi di pasar paralel, merugikan keuangan negara dalam jumlah besar, tambah Hadef.

Ada juga kekhawatiran bahwa masalah ekonomi dapat melahirkan kerusuhan politik.

Kenaikan harga "mungkin mencapai titik di mana hubungan yang sudah lemah antara penguasa dan yang diperintah bisa putus, menyebabkan banyak ketidakpuasan di antara warga", kata sosiolog Rachid Hamadouche memperingatkan.

Presiden Abdelazziz Bouteflika terpaksa mundur pada 2019 karena protes rakyat yang meluas.

Penggantinya, yang pernah menjadi sekutu dekatnya, kini berulang kali mengecam "mafia yang menjarah kas negara" di bawah rezim Bouteflika.

Terlepas dari soal pergantian presiden, banyak anak muda tetap tidak puas dan terus terlibat unjuk rasa secara teratur hingga pandemi negara itu melanda pada Maret 2020.

Tiga perempat penduduk Aljazair berusia di bawah 37 tahun, dan angka pengangguran telah mencapai 11%, dan banyak dari para penganggur adalah lulusan universitas.

Dengan tujuan untuk mengurangi penderitaan, pemerintah mengatakan bahwa mulai bulan ini, para penganggur yang dapat membuktikan bahwa mereka telah aktif mencari pekerjaan akan menerima tunjangan bulanan sekitar $90 (Rp1,3 juta).

Ironisnya, kenaikan global harga gas akibat perang di Ukraina yang berarti bahwa pihak berwenang harus mampu membayarnya dalam jangka pendek.

Tetapi para ekonom bersikeras bahwa Aljazair tidak dapat menyia-nyiakan rezeki nomplok terbaru dari pendapatan gas dengan cara yang sama seperti hilangnya potensi peningkatan pendapatan minyak selama 20 tahun terakhir.

Tapi untuk saat ini, pembeli seperti Sammer terjebak mati-matian mencari penawaran terbaik dan berharap penjaga toko yang ramah akan memberi mereka akses ke simpanan minyak goreng.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI