Suara.com - Presiden Cina Xi Jinping pada Kamis (31/03) menunjukkan dukungan penuh untuk Afganistan dalam penyelenggaraan konferensi regional. Bahkan, dia tidak menyinggung pelanggaran hak asasi manusia yang dilakukan Taliban.
Presiden Cina Xi Jinping menjanjikan dukungan penuh kepada Afganistan lewat sebuah pernyataan yang disampaikan pada hari kedua penyelenggaraan konferensi regional, Kamis (31/03), yang dihadiri oleh perwakilan dari negara lainnya, seperti Rusia, Pakistan, Iran, Tajikistan, Turkmenistan, dan Uzbekistan.
"Afganistan yang damai, stabil, maju, dan makmur” adalah apa yang dicita-citakan oleh warga Afganistan,” kata Xi.
"Cina selama ini menghormati kedaulatan, kemerdekaan, dan integritas wilayah Afganistan, dan berkomitmen untuk mendukung pembangunan Afganistan yang damai dan stabil,” kata Xi dalam pesannya pada konferensi di Tunxi, pusat industri pariwisata di provinsi Anhui, Cina.
Baca Juga: Taliban: Haluan Garis Keras Ciptakan Perpecahan Internal
Xi menambahkan bahwa Afganistan berada pada "titik kritis yang saat ini mengalami transisi dari kekacauan ke ketertiban."
Namun, dalam sambutannya Xi tidak memberikan rincian bentuk dukungan yang dimaksud, meskipun negaranya telah mengirimkan bantuan darurat ke Afganistan dan berupaya untuk mengembangkan pertambangan tembaga di sana.
Utusan khusus untuk Afganistan dari Cina, Amerika Serikat, dan Rusia, sebuah kelompok yang dikenal sebagai "Extended Troika” juga bertemu secara bersamaan di Tunxi.
Meskipun belum mengakui pemerintah Taliban, Cina telah bergerak cepat untuk menjalin hubungan dengan kelompok Islam radikal itu.
Krisis Ukraina bayangi konferensi di Cina Ketegangan mengenai invasi Rusia ke Ukraina telah membayangi konferensi regional tentang Afganistan di Cina.
Baca Juga: Temui Perwakilan Taliban, Menlu Retno Sampaikan Pentingnya Pendidikan Buat Perempuan Afghanistan
Sebelumnya pada hari Rabu (30/03), Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov dan Menteri Luar Negeri Cina Wang Yi bertemu langsung untuk pertama kalinya sejak Rusia memulai perangnya di Ukraina.
Tidak ada informasi jelas mengenai perjumpaan tersebut. Cina menolak untuk mengutuk invasi Moskow ke Kyiv dan telah menandai AS dan NATO sebagai penyebab utama krisis di Ukraina.
Seperti Rusia, Cina juga menyebut konflik itu sebagai "operasi militer khusus". ha/vlz (AP, dpa)