Sebut Indonesia Paling Lambat Naikkan Harga BBM, Menko Luhut Sebut kalau Pertamax Tidak Naik Pertamina Bisa Jebol

Dwi Bowo Raharjo Suara.Com
Jum'at, 01 April 2022 | 13:52 WIB
Sebut Indonesia Paling Lambat Naikkan Harga BBM, Menko Luhut Sebut kalau Pertamax Tidak Naik Pertamina Bisa Jebol
Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan dalam kunjungannya ke Depo LRT Jabodebek di Jatimulya, Bekasi Timur, Jabar, Jumat (1/4/2022). (ANTARA/Ade Irma Junida)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Mulai 1 April 2022 ini, Pemerintah melaui Pertamina resmi menaikkan bahan bakar minyak (BBM) nonsubsidi jenis Pertamax menjadi Rp12.500 per Liter. Kenaikan Rp3.500, dari sebelumnya Rp9.000.

Terkait itu, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan ikut bersuara. Luhut menyebut Indonesia merupakan salah satu negara yang paling lambat menaikkan harga BBM.

"Kenaikan kemarin sudah kita putuskan rapat di Istana, hari ini kita kan sudah naik Pertamax ya pada 1 April. Tapi, saya ingin tekankan, seluruh dunia, kemarin paparan saya kepada Presiden, memang kita yang paling lambat menaikkan," katanya dalam kunjungannya ke Depo LRT Jabodebek di Jatimulya, Bekasi Timur, Jabar, Jumat (1/4/2022).

Sejumlah negara kata Luhut, telah menaikkan harga BBM akibat kelangkaan minyak mentah (crude oil) sebagai dampak konflik Rusia-Ukraina dan kelangkaan minyak nabati.

Baca Juga: Pertamax Naik, Pertamina Tambah Kuota Solar 10 Persen di Sumbar

"Memang kelangkaan crude oil karena perang Ukraina dengan Rusia, kemudian kelangkaan juga sekarang sun flower karena tidak ekspor dan impor dari Ukraina dan sanksi (kepada Rusia) itu tadi membuat ini bermasalah," katanya.

Menurutnya Indonesia masih beruntung karena bisa mengelola ekonomi dengan lebih baik sehingga dampak konflik kedua negara tersebut tidak terlalu besar.

Namun, ia mengakui pilihan untuk menaikkan harga Pertamax harus dilakukan lantaran asumsi harga minyak dunia dalam APBN sudah sangat jauh dengan harga minyak di lapangan.

"Karena kalau tidak (naikkan) harga asumsi crude oil 63 dolar AS di APBN, sekarang ini sudah 98 atau 100 dolar AS. Kalau ditahan terus, jebol nanti Pertamina. Jadi terpaksa kita harus lepas," jelasnya.

Luhut kemudian mengklaim pemerintah terus berupaya melakukan upaya untuk bisa menekan harga BBM di dalam negeri. Upaya efisiensi pun dilakukan termasuk dengan pemakaian mobil listrik.

Baca Juga: Antrean Panjang Warga Malang di SPBU Setelah Kenaikan Harga Pertamax

"Jadi nanti mobil listrik ini kita dorong karena itu juga menghemat penggunaan fuel (BBM) ke depan," katanya.

Langkah efisiensi lain yang dilakukan yaitu dengan pengembangan lumbung pangan (food estate). Menurut Luhut, dengan memiliki ketahanan pangan, maka Indonesia akan bisa menghindari gejolak kenaikan harga pangan yang terjadi di dunia.

"Food estate yang kita buat, Presiden perintahkan kita dorong lagi semua supaya itu bisa menghindari kenaikan harga di dunia ini yang sekarang bergejolak," ujar Luhut. (Antara)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI