6 Perbedaan Lafal Niat Puasa Ramadhan Beserta Penjelasan Lengkapnya, Jangan Keliru Baca!

Jum'at, 01 April 2022 | 08:37 WIB
6 Perbedaan Lafal Niat Puasa Ramadhan Beserta Penjelasan Lengkapnya, Jangan Keliru Baca!
Ilustrasi al-quran, perbedaan lafal niat puasa Ramadhan. (Pixabay/darwisalwan)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Niat puasa Ramadhan wajib diucapkan pada malam hari sebelum berpuasa. Menurut Mazhab Syafi'ial, hal ini sangat penting karena menentukan keabsahan puasa seseorang. Yuk simak penjelasan dalam setiap pelafalannya.

Menyadur NU Online, pelafalan niat puasa Ramadhan sangat penting, itulah sebabnya kita harus mempelajari bagaimana bacaan setiap niat puasa Ramadhan secara terperinci.

Perbedaan Lafal Niat Puasa Ramadhan

1. Nawaitu shauma ghadin ‘an ad’i fardhi syahri Ramadhna hdzihis sanati lillhi ta‘l 

Baca Juga: 20 Ucapan Menyambut Ramadhan 2022 Bahasa Arab, Cocok Banget Dijadikan Status WA ataupun Facebook!

Artinya “Aku berniat puasa esok hari demi menunaikan kewajiban bulan Ramadhan tahun ini karena Allah ta’ala.” 

Kata 'Ramadhana' adalah mudhaf ilaihi maka diakhiri dengan fathah yang jadi tanda khafadh atau tanda jarrnya. Sedangkan kata 'sanati' diakhiri dengan kasrah sebagai tanda khafadh atau tanda jarr karena lil mujawarah.

2. Nawaitu shauma ghadin ‘an ad’i fardhi syahri Ramadhna hdzihis sanata lillhi ta‘l 

Artinya “Aku niat puasa esok hari demi menunaikan kewajiban bulan Ramadhan tahun ini karena Allah ta’ala.” 

Kata 'Ramadhana' dianggap sebagai mudhaf ilaihi sehingga diakhiri dengan fathah yang menjadi tanda khafadh atau tanda jarrnya. Lalu kata 'sanata' diakhiri dengan fathah sebagai tanda nashab atas kezharafannya.

Baca Juga: 1 Ramadhan 2022 Jatuh Pada Tanggal Berapa? Catat Jadwal Sidang Isbat Penentu Awal Puasa Ramadhan

3. Nawaitu shauma ghadin ‘an ad’i fardhi syahri Ramadhni hdzihis sanati lillhi ta‘l 

Artinya “Aku niat puasa esok hari demi menunaikan kewajiban bulan Ramadhan tahun ini karena Allah ta’ala.”

Kata 'Ramadhani' dianggap sebagai mudhaf ilaihi yang menjadi mudhaf sehingga diakhiri dengan kasrah yang jadi tanda khafadh atau tanda jarrnya. Sedangkan kata 'sanati' diakhiri dengan kasrah sebagai tanda khafadh atau tanda jarr atas badal 'hdzihi' yang jadi mudhaf ilaihi dari 'Ramadhani'.

4. Nawaitu shauma Ramadhna 

Artinya “Aku berniat puasa bulan Ramadhan.”

5. Nawaitu shauma ghadin min/'an Ramadhna 

Artinya “Aku niat puasa esok hari pada bulan Ramadhan.”

6. Nawaitu shaumal ghadi min hdzihis sanati ‘an fardhi Ramadhna 

Artinya “Aku niat puasa esok hari pada tahun ini perihal kewajiban Ramadhan.”

Perbedaan redaksional pelafalan ini tak mengubah niat puasa Ramadhan secara substansial. Redaksi pelafalan yang pertama dikutip dari Kitab Minhajut Thalibin dan Perukunan Melayu. 

Redaksi pelafalan niat puasa Ramadhan yang kedua dan keenam diambil dari Kitab Asnal Mathalib sedangkan redaksi pelafalan yang ketiga dinukil dari Kitab Hasyiyatul Jamal dan Kitab Irsyadul Anam. 

Untuk redaksi pelafalan niat puasa Ramadhan yang keempat dan kelima diambil dari dari Kitab I’anatut Thalibin. Semoga informasi ini jelas dan bermanfaat.

Kontributor : Rima Suliastini

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI