Suara.com - Selama menjadi Wakil Presiden, Ma’ruf Amin kerap diam selama pemerintahannya. Meskipun begitu, Wapres Ma’ruf Amin kerap juga memberikan pernyataan yang mengagetkan publik.
Berikut pernyataan Ma’ruf Amin yang mengagetkan.
1. Makan Dua Pisang Saja Cukup, Tidak Perlu Makan Nasi
Pernyataan tersebut disampaikan oleh Ma’ruf Amin baru-baru ini saat kunjungan kerja di Ponorogo, Jawa Timur. Ma’ruf Amin membahas soal pangan dan mengatakan 2 pisang setara dengan satu porsi nasi seberat 100 gram.
Baca Juga: Link Video Wapres Ma'ruf Amin Sebut Kenyang Tidak Harus Makan Nasi, Makan 2 Pisang Sudah Cukup
"Jadi sebenarnya kalau Bapak/Ibu makan dua buah pisang, itu artinya sudah cukup mengenyangkan, untuk mengganti satu porsi nasi," kata Ma'ruf dalam keterangannya yang diterbitkan Setwapres.
"Tapi biasanya kita makan nasi iya, juga pisang iya. Itu sudah berlebihan," imbuhnya.
Kontan, pernyataan ini langsung ramai komentar netizen.
"Masa Rakyat disuruh kenyang makan 2 pisang, sementara pejabat pada enggak kenyang-kenyang nyampe pengen 3 periode," ujar warganet.
2. Tidak Konsisten dalam Ucapan Natal
Baca Juga: Ma'ruf Amin Sebut Dua Pisang Cukup Bikin Kenyang, Kena Sindiran Warganet: Yang Kurang Dua Periode
Setiap tahun menjelang perayaan Natal, terdapat pro kontra terkait diperbolehkannya umat Islam mengucapkan Selamat Natal untuk umat non muslim atau tidak. Sebagian meyakini larangan itu, sebagian yang lain tidak.
Namun umat muslim menilai inkonsistensi yang disampaikan oleh Ma’ruf Amin saat menjabat sebagai Ketua Majelis Ulama Indonesia Bidang Fatwa. Beliau akhirnya melarang karena menjadi perdebatan.
“Itu jadi perdebatan, sebaiknya nggak usah saja lah,” kata Maruf Amin. Namun beberapa tahun kemudian, Ma’ruf Amin mengucapkan natal.
3. Dianggap Merendahkan Kelompok Tertentu
Saat banyak kyai yang meninggal karena Covid-19, Ma’ruf Amin menyebut jasa para ulama sangat besar dan kehilangannya merupakan kehilangan yang lebih berat daripada kehilangan satu suku.
“Para kiai dan ulama sebagai pewaris para Nabi telah mentransformasikan ilmu dan peradaban, menjaga, mendidik dan melakukan berbagai perbaikan di segala bidang, Para kiai dan ulama juga mengajarkan sikap patriotik, cinta tanah air (hubbul wathan) dan bela negara. Jasa dan peran besar para kyai, para ulama dan pondok pesantren terhadap perjuangan kemerdekaan dan pembangunan bangsa sangat besar. Tidak bisa dihargai dengan sekadar materi,” ucap Ma’ruf. Ma’ruf pun memperkuat dengan hadis.
“Meninggalnya seorang ulama adalah musibah yang tak tergantikan, sebuah kebocoran yang tak bisa ditambal, laksana bintang yang padam. Meninggalnya satu suku lebih ringan dari meninggalnya satu orang ulama.” (HR al-Thabrani dalam Mujam al-Kabir dan al-Baihaqi dalam Syu’ab al-Iman dari Abu Darda’).
Namun hal ini dianggap merendahkan pihak lain. Kekinian, pernyataan sudah diklarifikasi.
Demikian pernyataan Ma’ruf Amin yang menuai kontroversi
Kontributor : Annisa Fianni Sisma