Suara.com - Optimisme Indonesia dapat keluar dari pandemi semakin terasa, menyusul pelonggaran sosial yang terus diberikan Pemerintah dengan perhitungan matang. Pekan lalu, Presiden Jokowi mengumumkan pencabutan pembatasan tarawih berjamaah selama Ramadan, begitu pula mudik saat Lebaran.
Pelonggaran berarti mobilitas sosial dan akselerasi ekonomi semakin meningkat. Bagi BIN (Badan Intelijen Negara), ini berarti penguatan mitigasi, agar keberhasilan pengendalian pandemi dan pemulihan ekonomi yang telah dicapai tidak berbalik arah. Terlebih dengan telah masuknya subvarian omicron BA.2 yang menular lebih cepat dan sulit dideteksi sehingga dijuluki omicron siluman.
Kepala BIN Jenderal Pol (Purn) Budi Gunawan mengatakan, pemerintah memiliki skenario yang rasional dan selalu berdasarkan ilmu pengetahuan. Selama ini, strategi PPKM berbasis wilayah (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat) yang terus dievaluasi berdasarkan kondisi objektif setiap daerah telah memungkinkan Indonesia mengendalikan pandemi sekaligus memungkinkan mesin ekonomi tetap bekerja.
“Percepatan vaksinasi yang sudah dilakukan sejak awal, terbukti berhasil memberikan perlindungan memadai bagi masyarakat sehingga berbagai indikator pandemi kini semakin baik,” ujar Budi Gunawan, ditulis Selasa (29/3/2022).
Baca Juga: Benarkah Varian Omicron Sebabkan Sakit Punggung? Ini Kata Ahli!
“Kita perluas vaksinasi ke semua kelompok sasaran, dan ke semua wilayah. Begitu pun target capaian, harus kita naikkan. Kita tidak ingin kalah cepat. Capaian angka di kelompok rentan, yaitu anak-anak dan lansia kita naikkan, sementara di kelompok umum kita dorong agar vaksinasi tuntas hingga booster,” tegas Kabin.
Menurut Budi Gunawan, berdasarkan berbagai data, vaksin yang kita gunakan terbukti memiliki efikasi yang baik, minimal bisa menekan gejala bila orang tervaksin tetap tertular.
“Jangan mengira vaksin tidak berguna karena masih ada penerima yang terinfeksi. Data menunjukkan, sebagian besar mereka yang telah divaksin dua dosis apalagi tiga dosis (booster) asymptomatic atau hanya mengalami gejala ringan bila terinfeksi. Dan setelah negatif, kekebalan tubuh mereka menjadi sangat baik untuk jangka yang lebih lama. Vaksin berhasil mengaktifkan kemampuan belajar sel T dan sel B pada tubuh manusia, sehingga mampu meredam daya-rusaknya,” jelas Budi Gunawan yang juga merupakan inisiator medical intelligence Indonesia.
Langkah mitigasi lain untuk menghindari terjadinya lonjakan akibat subvarian BA.2, menurut Kabin, adalah disiplin prokes.
“Test dan tracing harus terus dilakukan, ventilasi silang ruangan atau filter udara perlu diperhatikan, dan kebiasaan hidup sehat dengan masker dan cuci tangan harus menjadi etiket sehari-hari.” Indonesia siap dan tetap optimis.
Baca Juga: Waduh, Omicron Siluman BA.2 Tingkatkan Risiko Kematian Anak? Ini Temuan Penelitian