Blok Politik Pelajar Sebut Penetapan Tersangka Haris dan Fatia Terkait Wacana Penundaan Pemilu, Bungkam Suara Rakyat?

Senin, 28 Maret 2022 | 20:06 WIB
Blok Politik Pelajar Sebut Penetapan Tersangka Haris dan Fatia Terkait Wacana Penundaan Pemilu, Bungkam Suara Rakyat?
Direktur Lokataru Haris Azhar (kanan) dan Koordinator KontraS Fatia Maulidiyanti usai diperiksa sebagai tersangka kasus dugaan pencemaran nama baik yang dilaporkan Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan, Senin (21/3/2022). [ANTARA/Fianda Sjofjan Rassat]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Blok Politik Pelajar (BPP) menilai penetapan tersangka terhadap Direktur Lokataru Haris Azhar dan Koordinator KontraS Fatia Maulidiyanti berkaitan erat dengan wacana penundaan Pemilu 2024. Haris dan Fatia ditetapkan sebagai tersangka kasus dugaan pencemaran nama baik terhadap Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan

Anggota BPP Delpedro Marhaen Rismansah mengatakan penetapan tersangka terhadap keduanya yang vokal mengkritisi pemerintah adalah cara untuk membungkam aktivis, khususnya untuk tidak kritis terhadap wacana penundaan Pemilu.

“Momentum Haris dan Fatia ditetapkan sebagai tersangka mendekati wacana penundaan pemilu ini, maka menurut kami itu adalah salah satu bentuk pembungkaman, salah satu corong para aktivis masyarakat sipil yang sering menggaungkan kritik terhadap kebijakan pemerintah,” kata Pedro kepada wartawan di Grogol Pertamburan, Jakarta Barat, Senin (28/3/2022).

Menurutnya hal tersebut bagian dari kriminalisasi, suatu pola yang sering digunakan pemerintah untuk membungkam para aktivis.

Baca Juga: Tak Takut Ditangkap, Korban Penggusuran Rudet Tamansari Hadiahkan Dot dan Popok Bayi pada Luhut Binsar Pandjaitan

“Kita lihat ini adalah pola yang sering dilakukan pemerintah terhadap kriminalisasi aktivis, yang lantang bersuara. Kemudian mendekati wacana (penundaan pemilu) ini juga dijadikan statusnya sebagai tersangka," katanya.

"Terlebih yang harus digaris bawahi Haris Azhar rutin berbicara soal Papua,” Pedro menambahkan.

Di samping itu, guna menghadang wacana penundaan Pemilu 2024, Pedor bersama 36 organisasi kemahasiswaan mengancam melakukan unjuk rasa besar-besaran.

Mereka meminta pemerintah dan para elit politik untuk tegas menolak penundaan pemilu yang berdampak terhadap perpanjangan masa jabatan presiden. Rencana itu akan dilakukan sebelum bulan Ramadhan.

“Dalam waktu dekat ini, mahasiswa Jakarta akan bergolak menentang wacana penundaan pemilu 2024 dan perpanjangan masa jabatan presiden. Kami menyerukan kepada mahasiswa di daerah lain untuk segera membentuk konsolidasi melakukan perlawanan semesta terhadap upaya penundaan pemilu dan perpanjangan masa jabatan presiden,” kata Pedro.

Baca Juga: Geruduk Istana Demo Tolak Pemilu Ditunda, Massa BEM SI Gelar Salat Berjemaah di Jalanan

Mereka menilai wacana penundaan Pemilu telah melangkahi konstitusi. Terlebih menurut mereka, tidak ada satu pun koreksi konstitusional yang dilakukan lembaga kekuasaan lain kepada pemerintah.

“Oleh karena itu, biarkanlah kita yang mengarahkan kepalan tangan kepada mereka yang dengan sadar melangkahi konstitusi. Akibat mampetnya saluran koreksi tersebut, maka niscaya yang terjadi meledaknya kemarahan mahasiswa di jalanan, mulai dari Malang, Medan sampai Mamuju. Dan itu baru permulaan saja,” kata Pedro.

Seperti diketahui wacana penundaan pemilu menjadi bola liar di kalangan elit politik dan pemerintah. Bahkan Luhut Binsar Pandjaitan pernah mengklaim ada ratusan jutaan orang di media sosial yang setuju terkait wacana penundaan Pemilu 2024.

Luhut mengatakan bahwa ratusan juta orang itu menginginkan presiden Jokowi memperpanjang masa jabatannya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI