"Program cuci otak selain bermanfaat, tidak ada dampak negatif dari tindakan medis tersebut. Sementara untuk vaksin Nusantara karya anak bangsa harusnya IDI memberikan support bukan malah menghalang halangi, tentu saja akhirnya publik mencurigai bahwa tindakan IDI tersebut merupakan pesanan perusahaan farmasi," kata Irma.
"Dokter Terawan adalah dokter yang berintegritas, sangat tidak etis jika hanya soal temuan temuan beliau seperti SDA dan vaksin nusantara yang menurut IDI belum melalui uji klinis menjadi sebab pemecatan beliau."
Irma menyebut Indonesia kekurangan dokter spesialis.
Irma juga menyebut 2.500 dokter muda terancam menganggur karena tak lulus uji kompetensi, sementara IDI tak memperjuangkannya.
"Lalu banyak dokter yang sangat tergantung pada kebaikan hati IDI untuk bisa memperpanjang STR-nya jika ingin terus bisa praktek. Akibatnya IDI menjadi organisasi yang elitis superbody dan arogan," kata dia.
Irma berharap pemerintah dan DPR membuat regulasi agar kedokteran tidak dimonopoli oleh satu organisasi.
"Pemerintah dan parlemen harus segera membuat UU agar organisasi kedokteran tidak dimonopoli oleh satu organisasi, sehingga mereka betul-betul bisa bermanfaat bagi kepentingan para dokter," katanya. [rangkuman laporan Suara.com]