Konglomerat Dato Sri Tahir baru-baru ini ikut membicarakan soal crazy rich di Indonesia. Bersama Grace Tahir, Dato Sri pun menceritakan perjuangannya jadi orang kaya. Lantas seperti apa profil Dato Sri Tahir?
Sebelumnya, sang anak Grace Tahir terang-terangan menyidir kasus Indra Kenz yang dikenal sebagai crazy rich namun tertangkap karena kasus investasi bodong. Grace pun menyoroti soal gaya hidup mewah yang kerap ditunjukkan para crazy rich di Indonesia bersama Dato Sri Tahir di kanal Youtube-nya.
"Apa pendapat Papa soal Indri Benz?" tanya Gace dalam kanal Youtube. Indri Benz sendiri merupakan nama alter Grace Tahir saat menyindir Indra Kenz.
Dato Tahir pun menyarankan agar Grace dan para anak muda tidak mengikuti gaya hidup tersebut.
Baca Juga: Daftar Kekayaan Dato Tahir, Ayah Grace Tahir yang Jadi Salah Satu Orang Terkaya di Indonesia
"Saya punya pesan untuk anak-anak muda, jangan ikuti gaya hidup itu, itu adalah sampah. Kamu harus bekerja keras dengan berkeringat untuk mendapatkan itu (sukses) dengan solid," pesan Dato Sri.
Dari sini, Tahir mengaku bahwa dulu ia merupakan seorang anak penyewa becak yang menggantungkan hidupnya dari uang setoran para tukang becak. Meskipun saat ini ia terbilang orang yang bergelimang harta, tetapi Tahir sendiri mengaku bahwa dirinya masih merasa tidak percaya diri karena latar belakang dirinya dahulu yang berasal dari keluarga kurang mampu.
Profil Dato Sri Tahir
Dato’ Sri Prof. Dr. Tahir MBA dulunya memiliki nama Ang Tjoen Ming, lahir pada 26 Maret 1952. Dato Sri Tahir merupakan seorang pengusaha di Indonesia, tidak hanya itu, ia juga merupakan seorang investor, filantropis, sekaligus seorang pendiri dari Mayapada Group, sebuah holding company yang saat ini memiliki beberapa unit usaha di Indonesia.
Unit usahanya tersebut meliputi perbankan, media cetak, dan TV berbayar, properti, rumah sakit, dan rantai toko bebas pajak (duty free shopping) atau DFS. Dato juga terkenal karena ia mampu menjadi orang terkaya, berada di peringkat ke-12 di Indonesia, ia merupakan seorang filantropis yang mampu menyumbangkan US$ 75 Juta untuk bidang kesehatan.
Baca Juga: Crazy Rich Lagi Heboh di Indonesia, Rudy Salim Mendadak Salahkan Raffi Ahmad
Masa Kecil Dato Sri Tahir
Dato lahir di Surabaya pada tahun 1952, ia terlahir dari keluarga yang rata-rata warganya tergolong tidak mampu. Dato dibesarkan oleh ayah dan ibunya yang menghidupi keluarga dari penghasilan menjadi seorang tukang becak. Dato sendiri merupakan alumni dari SMA Kristen Petra Kalianyar Surabaya dan lulus pada tahun 1971.
Dato Tahir diketahui sempat putus pendidikan ketika duduk di bangku kuliah karena ayahnya yang mengalami sakit keras pada saat itu, namun berkat kemauannya yang tinggi, Dato mendapatkan beasiswa di sekolah bisnis di Nanyang Technological University Singapura. Ia menjalani masa-masa kuliahnya sembari berbisnis, yaitu dengan mencari produk Singapura setiap bulannya untuk kemudian dijual di Surabaya.
Dari bisnis kecilnya tersebut, Dato mendapatkan ide untuk kapitalisasi produk impor guna membantu biaya sekolahnya. Di umurnya yang menginjak 35 tahun, Dato kembali bersekolah dan menyelesaikan pendidikan keuangan di Golden Gates University, California, Amerika Serikat.
Pada bulan Mei tahun 2010, Dato Sri Tahir menerima gelar Dato dari Sultan Pahang, gelar tersebut diberikan atas kontribusinya dalam masyarakat dan telah ikut serta untuk menyelesaikan konflik antar perusahaan. Selain itu, Dato Tahir juga menerima gelar profesor dari Lingnan College, Sun Yat-Sen University untuk periode Oktober 2011 hingga Septrember 2014.
Tidak hanya itu, Dato Tahir juga mendapatkan sebuah penghargaan Chancellor’s Citation dari University if California, Berkeley, Amerika Serikat pada tahun 2011 atas kepemimpinan dalam bisnis dan pengabdiannya dalam kegiatan filantropi dan pelayanan kepada masyarakat. Ia juga menjadi orang Asia pertama yang menjadi anggota Wali Amanat University of California (UC), Berkeley, AS.
Di tahun yang sama, Dato Tahir juga menerima penghargaan Entrepreneur of the Year 2011 dari Ernst & Young dan penghargaan di bidang pendidikan oleh Perdana Menteri Singapura Lee Kuan Yew (2011). Pada tahun 2016, ia kembali memperoleh gelar doktor kehormatan dari Universitas Gadjah Mada dan ditetapkan menjadi anggota Majelis Wali Amanat Universitas Gadjah Mada pada tahun 2017.
Berbagai prestasi, penghormatan, dan penghargaan ia dapat, tetapi meskipun demikian, Tahir mengaku bahwa dirinya lebih nyaman jika bersama orang-orang miskin. Dalam mengatasi rasa tak percaya dirinya tersebut, Dato Tahir banyak membantu orang-orang yang membutuhkan.
Kontributor : Syifa Khoerunnisa