Suara.com - Perhelatan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 yang bakal digelar di Bali belakangan terus menjadi sorotan. Hal itu tak lepas keinginan Rusia yang notabene anggota G20 untuk tetap menghadiri KTT di tengah konfliknya dengan Ukraina.
Kondisi tersebut otomatis memicu pro-kontra antarnegara anggota G20 termasuk Amerika dan negara-negara Eropa.
Berikut sejumlah fakta terkait Vladimir Putin yang akan hadiri KTT Bali:
1. Putin Siap Hadir
Baca Juga: Dicap Kriminal Perang dan Diktator, Dubes Ukraina: Kehadiran Putin di G20 Bisa Hina Indonesia
Presiden Rusia Vladimir Putin dikabarkan bakal menghadiri perhelatan G20 di Bali, Indonesia. Rusia mendukung presidensi Indonesia di G20. Rusia menilai G20 di Indonesia bukan untuk membahas Rusia-Ukraina melainkan masalah lainnya seperti ekonomi global.
“(Kehadiran Putin) akan ditentukan banyak hal, termasuk kondisi Covid-19 yang saat ini makin membaik. Sampai sekarang (Putin) ingin hadir,” kata Duta Besar Rusia untuk Indonesia Lyudmila Vorobieva, Rabu (23/3/2022).
2. Rusia Berpotensi Diusir
Anggota G20 seperti Amerika Serikat dan negara-negara Barat sedang menimbang apakah Rusia harus tetap berada di G20 setelah invasi ke Ukraina. Namun rencana mengusir Rusia dari G20 bakal tak mudah.
Sebuah sumber Uni Eropa menyatakan ada pembahasan soal status Rusia dalam pertemuan G20 mendatang, yang kursi kepemimpinannya kini dipegang Indonesia. Kabar tersebut muncul di tengah desakan barat untuk mengeluarkan Rusia dari keanggotaan G20.
Baca Juga: Tokyo Verdy Berencana ke Indonesia Jika Pandemi Sudah Terkendali
Rusia menyatakan G20 bukanlah pertemuan untuk membahas krisis di Ukraina. Agenda tersebut untuk membahas masalah perekonomian dunia. Rusia mendukung penuh Presidensi Indonesia dalam ajang G20 tahun ini. Vorobieva heran dengan banyaknya negara-negara Barat yang ingin mengeluarkan Rusia dari keanggotaan G20.
3. Indonesia Jangan Mau Didikte
Sejauh ini, Rusia telah mengikuti berbagai pertemuan dalam rangkaian G20, baik yang diselenggarakan secara daring maupun luring. Rusia mendukung presidensi Indonesia di G20, beserta prioritas dan slogan Recover Together, Recover Stronger.
“Kami sangat berharap agar Indonesia tidak menyerah terhadap tekanan yang diberikan, tak hanya terhadap Indonesia namun juga berbagai negara di dunia oleh Barat,” kata Vorobieva.
4. Indonesia Beri Sinyal Undang Rusia
Kementerian Luar Negeri (Kemlu) ikut angkat bicara terkait rencana kedatangan Presiden Rusia Vladimir Putin ke G20 Indonesia di Bali. Duta Besar RI sekaligus Stafsus Program Prioritas Kemlu dan Co-Sherpa G20 Indonesia, Triansyah Djani, menegaskan Indonesia yang kini memegang Presidensi G20 akan tegak lurus dengan aturan yang ada.
“Sebagai Presidensi [G20], tentu sesuai dengan presidensi-presidensi sebelumnya adalah untuk mengundang semua anggota G20, diplomasi Indonesia selalu didasarkan pada prinsip-prinsip based on principal," kata Triansyah dalam koferensi pers virtual, Kamis (24/3/2022).
Dia menegaskan Indonesia profesional dalam memimpin setiap forum atau kegiatan bertaraf internasional, sehingga sebagai Presidensi G20 tahun 2022, Indonesia berkewajiban untuk mengundang semua anggotanya. Triansyah mengajak seluruh pihak fokus pada agenda utama G20 yakni pemulihan ekonomi global yang menjadi kebutuhan banyak penduduk dunia.
Terlebih, ada banyak negara berkembang yang membutuhkan solusi dari G20 untuk bangkit dari keterpurukan ekonomi hingga saat ini.
5. AS Minta Ukraina Diundang
Amerika Serikat (AS) mengajukan satu syarat apabila Rusia ingin tetap mengikuti KTT G20. Presiden AS Joe Biden berpandangan sudah seharusnya Rusia dikeluarkan dari G20.
“Jawaban saya adalah iya. Tergantung pada G20,” kata Joe Biden dilansir Reuters, saat ditanya apakah Rusia harus dikeluarkan dari G20.
Namun apabila Indonesia dan negara lain tak mau Rusia dikeluarkan dari G20, Biden meminta Ukraina ikut diundang dalam KTT Bali.
“Jika Indonesia dan negara lainnya tidak setuju, maka menurut pandangan saya kiranya perlu juga mengajak Ukraina untuk menghadiri pertemuan,” kata Biden.
Kontributor : Alan Aliarcham