Suara.com - Dengan perang di Ukraina memasuki bulan kedua, AS dan NATO setuju untuk meningkatkan dukungannya ke Ukraina dan para pemimpin G7 telah memperingatkan Rusia agar tidak menggunakan senjata kimia.
Selama pidatonya di Brussel pada hari Kamis (24/03), Presiden Amerika Serikat Joe Biden menegaskan bahwa NATO lebih bersatu dari sebelumnya di tengah invasi Rusia yang sedang berlangsung.
Biden mengatakan dia bertekad untuk tidak hanya mempertahankan upaya yang sedang berlangsung di Ukraina, tetapi juga untuk membangunnya.
Mengenai negosiasi diplomatik yang sedang berlangsung antara Ukraina dan Rusia, dia mengatakan pada akhirnya terserah kepada Kyiv untuk menentukan apakah mereka ingin menyerahkan wilayah mereka kepada Rusia.
Baca Juga: Angkat 4 Isu Besar di G20 ACWG, KPK Minta Negara-negara Awasi Praktik Korupsi di Bidang Ekonomi
Biden dukung Rusia ditendang dari G20
Presiden Amerika Serikat Joe Biden pada hari Kamis (24/03) mendukung wacana ditendangnya Rusia dari kelompok negara ekonomi G20 atas invasinya terhadap Ukraina.
"Saya meningkatkan kemungkinan jika itu tidak dapat dilakukan," ujar Biden di Brussel usai pertemuannya dengan NATO.
"Jika Indonesia dan negara lainnya tidak setuju, maka kita harus dalam pandangan saya meminta untuk megajak Ukraina menghadiri pertemuan juga," tambahnya.
Sebelumnya, Co-Sherpa G20 Indonesia, Duta Besar Dian Triansyah Djani, mengatakan bahwa Indonesia mengundang seluruh negara anggota G20, termasuk Rusia dalam Konferensi Tingkat Tinggi G20 di Bali.
Baca Juga: Lewat KTT G20, Jokowi Bisa Bicara dengan Putin dan Joe Biden Akhiri Perang Rusia Vs Ukraina
"Kami, Indonesia, sebagai Presiden G20 akan bertindak imparsial dan berupaya mencari solusi terhadap semua persoalan. Hal ini telah dan selalu dilakukan pada masa keketuaan RI di sejumlah forum dan lembaga," kata Dian, Kamis (24/03).
PBB prihatin atas pemboman di dekat Chernobyl Badan Energi Atom Internasional (IAEA) menyatakan keprihatinannya pada hari Kamis (24/03) setelah Ukraina memperingatkan pemboman Rusia di sebuah kota dekat Chernobyl.
Slavutych adalah kota yang terletak sekitar 50 kilometer dari Chernobyl dan merupakan tempat tinggal sebagian besar staf yang bekerja di lokasi PLTN Chernobyl.
"Ukraina memberi tahu Badan Energi Atom Internasional (IAEA) bahwa pasukan Rusia menembaki pos pemeriksaan Ukraina di kota Slavutych di mana banyak orang yang bekerja di Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Chernobyl tinggal, menempatkan mereka dalam risiko," kata badan itu dalam sebuah pernyataan.
Majelis Umum PBB salahkan Rusia
Majelis Umum PBB mengeluarkan resolusi yang menyalahkan Rusia atas krisis kemanusiaan di Ukraina dan menyerukan gencatan senjata segera.
Resolusi itu disahkan dengan mayoritas 140 suara mendukung dan hanya lima suara menentang.
Sekitar 38 anggota abstain dari pemungutan suara. Resolusi tersebut ditulis oleh Ukraina dan mitranya, mengkritik Rusia atas situasi kemanusiaan yang "mengerikan" di Ukraina.
Lima negara yang menentang: Rusia, Belarus, Suriah, Korea Utara, dan Eritrea, sama-sama memilih menentang resolusi yang mengutuk invasi. Cina dan India, mitra utama Rusia, sekali lagi abstain.
Dilaporkan total 3.343 orang dievakuasi dari kota-kota Ukraina melalui koridor kemanusiaan pada hari Kamis (24/03). Sebanyak 2.717 orang di antaranya berhasil meninggalkan Mariupol, yang dikepung oleh Rusia.
Wakil Perdana Menteri Ukraina Iryna Vereshchuk mengklaim bahwa pasukan Rusia telah mencegah konvoi bantuan kemanusiaan memasuki Mariupol.
Kemunculan Menteri Pertahanan Rusia Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu muncul kembali pada hari Kamis (24/03) setelah tidak terlihat oleh publik selama beberapa minggu.
Namun, penampilan pria berusia 66 tahun itu hanya terlihat pada sebagian kecil dari layar komputer Putin selama panggilan video terpisah bersama dengan pejabat Rusia lainnya.
Video yang diambil dari dalam kantor Putin oleh kantor berita RIA, memperbesar bagian layar tempat Shoigu berada. Video tersebut diyakini sebagai penampakan perdana sang menteri sejak 11 Maret lalu.
"Menteri pertahanan sedang memikirkan banyak hal saat ini. Operasi militer khusus sedang berlangsung. Sekarang bukan waktunya untuk aktivitas media," kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov. rap/ha (AP, AFP, dpa, Reuters)