Suara.com - Ketika kota pelabuhan Ukraina, Mariupol, diporak-porandakan dengan bom oleh tentara Rusia, ratusan warga sipil, sebagian besar perempuan dan anak-anak, berlindung di satu gedung teater di tepi laut.
Rabu (16/03) lalu, gedung teater megah yang dibangun di era Soviet ini dihantam bom. Hanya dalam hitungan detik, gedung terbelah menjadi dua. Rusak parah.
Tidak diketahui secara pasti jumlah korban tewas. BBC berbicara kepada seorang perempuan yang selamat dari hantaman bom.
Ia menuturkan apa yang terjadi ketika bom dijatuhkan.
Baca Juga: Bank Sentral Eropa Pertimbangkan Borong Obligasi Antisipasi Perang Ukraina Semakin Parah
Sepanjang pagi pesawat-pesawat Rusia berputar-putar di atas kota.
Mariia Rodionova, guru berusia 27 tahun, sudah berada di dalam gedung teater selama 10 hari setelah meninggalkan apartemen bersama dua anjingnya. Bersama warga lain, ia berada di dekat panggung di auditorium di bagian belakang gedung.
Pagi itu ia memberi makan anjingnya dengan sisa-sisa ikan yang didapat dari dapur luar ruangan.
Lalu, ia tersadar ia belum memberi minum anjingnya. Ia tinggalkan anjingnya dan antre air hangat di pintu utama.
Dan tiba-tiba saja... bom meledak.
Baca Juga: Apa Saja yang Terjadi Selama Satu Bulan Terakhir saat Perang Rusia-Ukraina?
Baca juga:
- Pertempuran sengit di Mariupol, mengapa kota ini sangat penting bagi Rusia?
- Cara mata-mata Barat mengetahui isi kepala Putin
Suaranya memekakkan telinga. Kaca-kaca pecah. Seorang laki-laki mendorongnya ke arah tembok dan menjadikan badannya sebagai tameng untuk melindungi Rodionova.
Suara bom begitu dahsyat, membuat telinganya sangat sakit. Ia sempat mengira gendang telinganya pecah. Tapi kemudian ia bisa mendengar orang-orang berteriak dan menjerit, yang membuatnya sadar bahwa gendang telinganya tak pecah, seperti yang ia khawatirkan.
Seorang laki-laki terlempar ke arah jendela dan jatuh ke tanah. Mukanya tertutupi oleh pecahan kaca. Seorang perempuan yang terluka berupaya membantu laki-laki ini.
"Stop. Jangan sentuh dia dulu. Saya ambil dulu kotak P3K," kata Rodionova.
Rodionova adalah relawan Palang Merah di Mariupol. Tapi kotak P3K ada di bagian lain di dalam gedung teater dan bagian ini runtuh. "Hanya puing-puing. Tak mungkin bisa menjangkau bagian gendung ini," ujarnya.
"Selama dua jam saya syok," kata Rodionova.
Vladyslav, 27 tahun, bukan nama sebenarnya, juga berada di dalam gedung teater pada pagi itu.
Ia berada di sini untuk mencari beberapa kawan. Ia berada di dekat pintu utama saat bom meledak. Ia berlari menuju lantai bawah dan 10 menit kemudian gedung terbakar.
Kekacauan ada di mana-mana.
Orang-orang terluka. "Seorang ibu mencari anaknya di bawah reruntuhan. Seorang bocah berteriak tak ingin mati. Pemandangan ini membuat hati saya hancur berkeping-keping," katanya.
Lembaga keamanan McKenzie Intelligence Services kepada BBC mengatakan bahwa gedung teater di Mariupol dihantam oleh satu bom saja.
"Kami meyakini gedung teater memang sengaja dijadikan target ... bom ini dipandu laser, kemungkinan KAB-500L atau sejenisnya yang ditembakkan dari pesawat udara," kata lembaga yang berkantor di London tersebut.
Foto satelit yang dirilis perusahaan AS, Maxar, beberapa sebelum serangan menunjukkan ada tulisan "anak-anak" dalam bahasa Rusia di halaman depan teater dan pesawat yang melintas "pasti bisa membaca kata tersebut".
Rusia membantah sengaja menjadikan gedung teater sebagai sasaran serangan.
Mereka juga membantah telah menyerang infrastruktur sipil meski bukti-bukti kuat menunjukkan telah terjadi serangan terhadap gedung-gedung permukiman dan fasilitas nonmiliter.
Andrei Marusov, wartawan investigatif di Mariupol berkunjung ke gedung teater dua hari sebelum Rusia menjatuhkan bom.
"Semua orang tahu itu tempat berlindung anak-anak dan perempuan. [Tak ada militer] hanya warga sipil," kata Marusov, yang pernah menjabat ketua Transparency International Ukraina.
Baca juga:
- Putin sampaikan keinginannya kepada Erdogan soal invasi ke Ukraina
- Bagaimana Putin akan menyelamatkan muka bila invasi ke Ukraina tidak sesuai harapannya?
- Lima kemungkinan yang bakal terjadi dalam konflik di Ukraina
Pada Rabu itu, dari kejauhan ia bisa melihat beberapa pesawat berputar di atas kota dan menjatuhkan bom di dekat gedung teater berada.
Diperkirakan ada sekitar 1.000 orang yang berlindung di dalam gedung teater saat serangan terjadi.
Sejumlah di antaranya berada di area bawah tanah, yang lain berjejalan di koridor dan lantai atas.
Orang juga datang dan pergi dari gedung ini.
Sehari setelah serangan, wali kota mengatakan ada 130 orang berhasil diselamatkan.
Dikabarkan pula banyak yang selamat. Namun setelah itu tidak ada berita. Kota ini dikepung tentara Rusia dan tak ada yang tahu secara pasti berapa jumlah orang di dalam gedung dan berapa yang selamat.
Di aula tempat Rodionova berlindung terdapat sekitar 30 orang.
Ia yakin orang-orang ini tewas. Ia merasa beruntung karena saat bom meledak ia sedang tidak berada di dalam aula tersebut.
Hingga sekarang ia juga tak menemukan anjing kesayangannya.
Setelah gedung teater dihantam bom, orang-orang mengungsi meninggalkan kota.
Orang-orang panik. Rodionova berupaya menumpang mobil yang beriringan keluar kota, namun tumpangan tak berhasil ia dapatkan.
Tapi bertahan di dalam kota bukan pilihan.
Dengan berjalan kaki ia menuju ke Desa Pishchanka. Di sini ia bertemu dengan seorang perempuan yang menawarinya minuman, makanan, dan penginapan.
Keesokan harinya ia berjalan kaki ke Melekyne. Jam malam membuatnya harus berhenti.
Sehari kemudian ia berjalan ke Yalta dan kemudian ke Berdyansk.
Ia berat hati meninggalkan Mariupol, yang dalam satu bulan terakhir diserang tentara Rusia dari aneka penjuru: darat, laut dan udara.
Sekitar 100.000 warga terjebak di dalam kota, tanpa listrik, aliran gas, maupun pasok air bersih.
Termasuk yang terjebak adalah nenek Rodionova, yang menolak mengungsi.
"Ini apartemen saya. Ini rumah saya. Saya akan meninggal di sini," kata sang nenek, seperti ditirukan Rodionova.
Hingga sekarang Rodionova tak tahu apakah neneknya selamat atau tidak.