11 Orang Indonesia Meninggal Per Jam Akibat TBC, Kemenkes Akan Skrining Besar-besaran

Kamis, 24 Maret 2022 | 18:59 WIB
11 Orang Indonesia Meninggal Per Jam Akibat TBC, Kemenkes Akan Skrining Besar-besaran
Ilustrasi TBC. [Suara.com/Ema Rohimah]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengungkapkan bahwa penyakit tuberkulosis atau TBC di Indonesia menempati peringkat ketiga di dunia setelah India dan China dengan jumlah kasus 824 ribu dan kematian 93 ribu per tahun atau setara dengan 11 kematian per jam.

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2PM) Kemenkes, Didik Budijanto, mengatakan untuk menemukan dan mengatasi kasus tersebut berencana melakukan skrining besar-besaran yang akan dilaksanakan tahun ini.

Berdasarkan data, dari estimasi 824 ribu pasien TBC di Indonesia Baru 49 persen yang ditemukan dan diobati sehingga terdapat sebanyak 500 ribuan orang yang belum diobati dan berisiko menjadi sumber penularan.

“Untuk itu upaya penemuan kasus sedini mungkin, pengobatan secara tuntas sampai sembuh merupakan salah satu upaya yang terpenting dalam memutuskan penularan TBC di masyarakat,” kata Didik dalam jumpa pers di Jakarta, Selasa (22/3/2022).

Baca Juga: Manfaat Madu yang Jarang Kita Tahu, Bisa Mendukung Penyembuhan TBC!

Didik melanjutkan pihaknya akan menskrining TBC terhadap 500 ribu kasus yang belum ditemukan.

Skrining dilakukan dengan peralatan X-Ray Artificial Intelligence untuk memberikan hasil diagnosis TBC yang lebih cepat dan lebih efisien.

“Kami merencanakan skrining besar-besaran yang transformasional dengan memanfaatkan peralatan X-Ray Artificial Intelligence untuk memberikan hasil diagnosis TBC yang lebih cepat dan lebih efisien, termasuk bi-directional testing bagi penderita diabetes agar mereka mendapatkan pengobatan TBC sedini mungkin,” jelasnya.

Saat ini tengah diupayakan melakukan pengadaan alat-alat yang dibutuhkan untuk mendukung rencana skrining besar-besaran itu akan dilakukan tahun ini.

“Pelaksanaannya diutamakan tahun ini karena proses masih tetap berjalan. Dengan ditemukannya 500 ribu kasus ini nantinya akan mempercepat kita eliminasi TBC di tahun 2030,” kata Didik.

Baca Juga: Edukasi TBC Lebih Mematikan dari Covid-19, Siswa Diajak Melihat Virus TBC

Sebanyak 91 persen kasus TBC di Indonesia adalah TBC paru yang berpotensi menularkan kepada orang yang sehat di sekitarnya.

Saat ini, penemuan kasus dan pengobatan TBC yang tinggi telah dilakukan di beberapa daerah di antaranya Banten, Gorontalo, DKI Jakarta, Sulawesi Utara, dan Sulawesi Barat.

Sementara daerah dengan kasus TBC paling banyak terkonsentrasi di Pulau Jawa seperti DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jawa Tengah.

“Sebenarnya TBC itu biasanya ada di daerah yang padat, daerah kumuh, dan daerah yang PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) nya kurang, di situ potensi penularan TBC nya tinggi,” ucap Didik.

Perlu diketahui, gejala-gejala awal muncul TBC pada seseorang dapat berupa batuk karena menyerang saluran pernapasan dan juga organ pernapasan, batuk berdahak terus-menerus selama 2 sampai 3 minggu atau lebih, kemudian sesak napas, nyeri pada dada, badan lemas dan rasa kurang enak badan, nafsu makan menurun, berat badan menurun, dan biasanya yang muncul adalah berkeringat pada waktu malam hari meskipun tidak melakukan kegiatan apapun.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI