Suara.com - Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa memastikan bahwa proses hukum terhadap Danposramil Gome, Papua, yang berbohong di balik kematian tiga prajurit pada Januari 2021 tengah berjalan saat ini. Namun, menurutnya proses tersebut akan menemui jalan panjang.
"Proses hukum sudah dimulai karena memang lokasinya jadi proses penyidikan memerlukan waktu lebih panjang," kata Andika di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (24/3/2022).
Andika mengungkapkan mengapa proses penyidikan terkait kasus tersebut diprediksi bisa berjalan panjang. Salah satunya karena tempat kejadian perkara atau TKP tidak mudah untuk diakses.
"Karena untuk kesana (TKP) nggak bisa terlalu bebas," ungkapnya.
Baca Juga: Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa Instruksikan Tidak Ada Pengamanan Proyek Tanpa Perintah Pangdam
Kendati begitu, ia memastikan proses hukum akan tetap berjalan. Ketika disinggung jika ada prajurit TNI mengawal proyek di luar proyek strategi nasional, Andika memastikan akan tetap diproses hukum langsung.
"Proses hukum. Kalau kita ada pegangan, apakah hanya asal 103 KUHPM, atau bhkan ada kuhp pidana lainnya. Tergantung tindak pidana lainnya. kami tegakkan hukum agar fokus pada tupoksi dimana pun berada," tandasnya.
Diketahui, Jenderal Andika Perkasa akhirnya mengungkapkan kebohongan yang dilakukan oleh Komandan Posramil Gome, Papua sampai menyebabkan tiga prajurit tewas dibunuh kelompok OPM.
Danposramil Gome ternyata memerintahkan anak buahnya ke area proyek galian pasir tanpa ada izin sebelumnya.
"Hari itu kan insiden yang kemudian menewaskan sampai tiga orang anak buah dari pos itu, tetapi kegiatan yang dilaporkan oleh komandan pos kepada komandan atasnya yaitu komandan batalyon yang waktu itu video conference dengan saya, nah itu bohong," kata Andika pada Senin (21/2/2022).
Baca Juga: 3 Prajurit Tewas karena Danposramil Gome Berbohong, OPM: Mereka Kawal Sopir Proyek
Andika mengatakan bahwa Danposramil Gome itu mengeluarkan pengamanan pos atau memerintahkan prajuritnya untuk berpatroli ke titik-titik yang sudah ditentukan. Ternyata titik-titik yang dimaksud merupakan proyek galian pasir.
Ia menduga Danposramil berbohong saat menyampaikan laporan karena pasti akan menjadi tanda tanya oleh atasannya.
"Nah, sehingga itulah yang kemudian ditutupi harapannya enggak ketahuan," ujarnya.
Di sisi lain, Andika menekankan bahwa perintah Danposramil terhadap anak buahnya juga tidak disertai pertimbangan keamanan. Padahal, keamanan daerah tempat mereka bertugas itu tidak bisa disamakan dengan daerah lainnya.
"Ingat ini kan bukan daerah lain, ini daerah yang memang keamanannya juga agak lebih tidak biasa," ungkapnya.