AS dan Negara Barat Pertimbangkan Cabut Keanggotaan Rusia dari G20

Kamis, 24 Maret 2022 | 10:29 WIB
AS dan Negara Barat Pertimbangkan Cabut Keanggotaan Rusia dari G20
DW
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - AS dan sekutunya tengah mempertimbangkan untuk menendang Rusia dari kelompok ekonomi G20, meski tampaknya anggota seperti Cina dan India menolak. Putin direncanakan akan tetap hadir di KTT G20 Bali akhir tahun ini.

Amerika Serikat (AS) dan sekutu Baratnya dilaporkan sedang mempertimbangkan, apakah Rusia harus tetap berada dalam kelompok ekonomi utama Kelompok G20 setelah invasinya ke Ukraina.

Tapi nampaknya tekanan untuk mendepak Rusia akan diveto negara anggota lain seperti Cina, India dan Arab Saudi.

Tema ini meningkatkan prospek beberapa negara akan absen dari pertemuan G20 tahun ini.

Baca Juga: Dubes Rusia Kabarkan Putin Ingin Hadir di KTT G20

G20 bersama dengan Kelompok G7, yang hanya terdiri dari AS, Prancis, Jerman, Italia, Kanada, Jepang, dan Inggris, adalah platform internasional utama untuk mengoordinasikan segala hal mulai dari aksi perubahan iklim hingga utang lintas batas.

Rusia saat ini menghadapi banyak sanksi internasional yang dipimpin oleh negara-negara Barat, yang bertujuan untuk mengisolasinya dari ekonomi global, termasuk secara khusus menutupnya dari sistem pembayaran bank global SWIFT dan membatasi transaksi oleh bank sentralnya.

"Ada diskusi tentang apakah pantas bagi Rusia untuk menjadi bagian dari G20,” kata sumber senior G7 dikutip dari kantor berita Reuters.

"Jika Rusia tetap menjadi anggota, itu akan menjadi organisasi yang kurang berguna."

Ketika ditanya apakah Presiden AS Joe Biden akan bergerak untuk mendorong Rusia keluar dari G20 saat dia bertemu dengan sekutu di Brussels pada hari Jumat (25/03), penasihat keamanan nasional Jake Sullivan swcara diplomatis mengatakan, AS berencana untuk berkonsultasi dengan sekutunya.

Baca Juga: Dubes Rusia: Jika Rusia Dikeluarkan dari G20, Tujuan Presidensi Indonesia Akan Sulit Tercapai

"Kami percaya bahwa itu tidak bisa menjadi bisnis seperti biasa untuk Rusia di lembaga internasional dan dalam komunitas internasional,” kata Sullivan di Gedung Putih, Selasa (22/03).

Menanggapi hal ini, Duta Besar Rusia untuk Indonesia, Lyudmila Vorobieva, mengatakan Presiden Vladimir Putin tetap berencana hadir dalam KTT G20 yang akan berlangsung di Bali akhir 2022 ini.

Eropa desak Rusia dikecualikan dari G20 Sebuah sumber Uni Eropa secara terpisah mengkonfirmasi pembahasan tentang status Rusia pada pertemuan G20 mendatang, yang kursi kepemimpinannya saat ini dipegang Indonesia.

"Sudah sangat jelas bagi Indonesia, kehadiran Rusia pada pertemuan tingkat menteri yang akan datang akan sangat bermasalah bagi negara-negara Eropa,” kata sumber tersebut, seraya menambahkan tidak ada proses yang jelas untuk mengecualikan suatu negara.

Polandia pada hari Selasa (22/03) menyatakan, telah menyarankan kepada pejabat perdagangan AS bahwa mereka bisa menggantikan Rusia dalam kelompok G20 dan saran itu telah menerima "tanggapan positif."

"Selama pertemuan dengan Menteri Perdagangan AS Gina Raimondo, kami membuat pengajuan untuk mengecualikan Rusia dari G20, yang diterima dengan respons positif dan persetujuan, dan hal ini akan diserahkan kepada Presiden Biden," ujar Menteri Pengembangan Ekonomi dan Teknologi Polandai Piotr Nowak.

Anggota WTO keberatan dengan keanggotaan Rusia

Pejabat Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) di Jenewa mengatakan, banyak delegasi di sana menolak untuk bertemu delegasi Rusia.

"Banyak pemerintah telah mengajukan keberatan atas apa yang terjadi di Ukraina, dan keberatan ini telah terwujud dalam kurangnya keterlibatan dengan anggota yang bersangkutan," kata juru bicara WTO Keith Rockwell.

Dilaporkan mereka yang tidak terlibat dengan Rusia di WTO adalah Uni Eropa (UE), AS, Kanada, dan Inggris.

Sebelumnya, G7 diperluas ke format "G8" dengan memasukkan Rusia ke dalam kelompok ini, selama periode hubungan yang lebih hangat di awal tahun 2000-an.

Namun, Moskow diskors tanpa batas waktu dari kelompok itu setelah aneksasi Krimea pada tahun 2014. rap/as (Reuters)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI