Suara.com - Aksi Rara Isti Wulandari alias Rara si pawang hujan MotoGP Mandalika masih menjadi sorotan.
Kali ini, Rara mendapatkan protes terkait aksinya yang mencoba mengendalikan hujan saat acara MotoGP di Mandalika.
Dikutip dari wartaekonomi--jaringan Suara.com, salah seorang pegiat ilmu kebatinan asal Bali menyoroti aksi Rara.
Pegiat ilmu kebatinan, Jro Paksi Penyumbu Ring Perepan Sari memberikan komentar.
Baca Juga: Wajib Tahu, Ini Asal Usul Nama Sirkuit Mandalika
"Saya Jro Paksi Penyumbu Ring Pererepan Sari sangat geli dan ingin ketawa," kata Jro Paksi seperti dikutip dari wartaekonomi--jaringan Suara.com, Rabu (23/3/2022).
Jro Paksi kemudian menyinggung soal kode etik di kalangan pawang hujan.
Dikatakan, pawang hujan sejatinya lebih utama diperuntukkan bagi kegiatan upacara keagamaan atau manusia yadnya.
"Semua yang berpacu di Sirkuit Mandalika adalah kuda besi, logikanya tidak perlu ada pawang hujan, manajemen even sudah tahu ban motor yang harus dipakai saat hujan atau panas," jelasnya.
Jro Paksi mengatakan, dirinya memegang kode etik untuk tidak menjadikan sebuah ajang mendapat bayaran.
Menurutnya, keahlian mengendalikan hujan dan panas bukan untuk ajang pamer.
"Maaf saya tidak tahu saya sakti atau tidak, tetapi teknologi kekinian jauh jadi faktor utama dalam sebuah kegiatan atau tujuan," ujarnya.
"Apapun ritualnya, itu usaha seorang pawang hujan. Namun, harga diri jadi turun kalau hujan tetap turun," bebernya.
Selanjutnya, Jro Paksi memberikan saran agar ajang berkelas seperti MotoGP tak perlu menggunakan jasa pawang hujan.
"Sebuah ajang dunia yang ditonton jutaan mata penggemar, MotoGP tetap melaju walau saat hujan atau panas," ungkapnya.