Suara.com - Aksi pawang hujan Mandalika Rara Isti Wulandari di gelaran MotoGP di Lombok, Nusa Tenggara Barat membuat publik terbelah. Banyak yang pro, namun tak sedikit pula yang mengecamnya.
Dalam aksinya yang sering disorot televisi saat gelaran MotoGP itu, ia tampak menjalankan ritual-ritual yang disebut-sebut memindahkan hujan.
Apa yang dilakukan perempuan yang akrab disapa mbak Rara memantik banyak dukungan, termasuk para pembalap MotoGP sendiri. Media-media asing juga banyak mengulik aksi sang pawang hujan tersebut.
Namun di dalam negeri, mbak Rara justru menuai pro dan kontra. Mulai dari warga biasa hingga para tokoh, bahkan ustaz.
Salah satu tokoh agama yang kontra dengan aksi Rara itu adalah ustaz Khalid Basalamah. Dalam sebuah unggahan videodi akun twitter @eshatehsyah. Ustaz Khalid Basalamah pernah berbicara soal hukum menggunakan jasa pawang hujan.
"Pawang hujan itu dukun atau penyihir. Taro telur di belakang rumah, taro keris supaya tidak hujan itu jin yang jaga," ucap ustaz Khalid Basalamah.
Lantas ustaz Khalid Basalamah menegaskan bahwa dalam Islam hukumnya haram bagi seseorang yang menggunakan jasa pawang hujan.
"Pawang hujan itu dukun nggak boleh dipercaya haram dalam Islam. Walau pun mereka pakai bacaan-bacaan Al-Quran jangan percaya," katanya.
"Ada acara terus hujan, ya biarin akhi kan rahmat dari Allah. Kalau hujan terus tunda di hari lain," sambungnya.
Baca Juga: Gercep! Buntut Blak-blakan soal Gaji, Stafsus Sri Mulyani Ingatkan Rara Pawang Hujan Kena Pajak
Berbeda dengan ustaz Khalid Basalamah, ulama kharismatik asal Rembang K.H. Ahmad Bahauddin alias Gus Baha justru tidak terlalu menyudutkan profesi pawang hujan.