Suara.com - Militer Rusia dikenal sebagai salah satu yang terbesar dan terkuat di dunia, tetapi kekuatan itu belum terlihat dalam invasinya ke Ukraina. Sejumlah analis militer Barat terkejut dengan performa pasukan Rusia di medan perang sejauh ini, salah satu dari mereka bahkan menyebutnya "suram".
Tampaknya, sebagian besar kemajuan militer Rusia terhenti. Beberapa pihak bahkan kini mempertanyakan apakah militer Rusia bisa pulih dari kerugian yang mereka derita.
Pekan lalu, seorang pejabat senior militer NATO mengatakan kepada BBC bahwa, "Rusia jelas-jelas belum mencapai tujuan mereka, bahkan mungkin tujuan itu tidak akan tercapai."
Lalu apa yang salah dengan strategi Rusia? Saya berbincang dengan para perwira militer senior dan pejabat-pejabat intelijen Barat mengenai kesalahan-kesalahan Rusia.
Baca Juga: Temui NATO dan Sekutu, Biden Terbang ke Eropa untuk Bahas Krisis Ukraina
Asumsi yang salah
Kesalahan pertama Rusia adalah meremehkan kekuatan perlawanan dan kemampuan angkatan bersenjata Ukraina yang secara kapasitas lebih kecil.
Rusia memiliki anggaran pertahanan tahunan hingga lebih US$60 miliar (Rp869,5 triliun), sedangkan pengeluaran Ukraina pada bidang pertahanan hanya sekitar US$4 miliar (Rp57,4 miliar).
Pada saat yang sama, Rusia dan banyak pihak lainnya tampak melebih-lebihkan kekuatan militernya sendiri.
Presiden Vladimir Putin telah memulai program modernisasi militer yang ambisius, dan Putin mungkin juga meyakini kekuatan militer Rusia yang dilebih-lebihkan itu.
Menurut seorang pejabat senior militer Inggris, sebagian besar investasi Rusia telah dihabiskan untuk persenjataan dan eksperimen nuklir yang luas, termasuk pengembangan senjata baru seperti rudal hipersonik.
Baca Juga: Akhiri Perang Ukraina-Rusia, Presiden Ukraina: Sangat Sulit, Terkadang Konfrontasi
Rusia seharusnya telah membangun tank paling canggih di dunia, T-14 Armata. Meskipun tank itu pernah muncul pada Parade Hari Kemenangan di Moskow, namun T-14 tak pernah nampak di medan tempur. Mayoritas yang dikerahkan Rusia adalah tank T-72 yang lebih tua, pengangkut pasukan lapis baja, artileri, dan peluncur roket.
Baca juga:
- Invasi Rusia: Senjata apa saja yang diberikan AS ke Ukraina?
- Berapa banyak senjata nuklir yang dimiliki Rusia?
- Perang di Ukraina: Bantuan apa yang mungkin bisa diberikan China ke Rusia?
Pada awal invasi, Rusia jelas lebih diuntungkan di udara, dengan pesawat tempur yang telah bergerak di dekat perbatasan melebihi jumlah milik angkatan udara Ukraina, dengan perbandingan tiga banding satu.
Sebagian besar analis militer berasumsi bahwa pasukan Rusia lebih mudah menguasai lewat udara, tapi ternyata tidak. Pertahanan udara Ukraina masih terbukti efektif, sehingga membatasi kemampuan Rusia untuk bermanuver.
Moskow mungkin juga menganggap pasukan khususnya akan berperan penting serta membantu memberi pukulan yang cepat dan signifikan pada Ukraina.
Seorang pejabat senior intelijen Barat mengatakan kepada BBC bahwa Rusia berpikir mereka bisa mengerahkan unit-unit ujung tombak seperti Spetsnaz serta pasukan terjun payung VDV "untuk melenyapkan sejumlah kecil perlawanan, lalu kemudian selesai".
Namun pada hari-hari awal invasi, serangan helikopter Rusia di Bandara Hostomel -yang berlokasi di sekitar ibu kota Kyiv—berhasil digagalkan, sehingga menghalangi Rusia untuk menambah pasukan militer beserta peralatan dan logistiknya.
Oleh sebab itu, Rusia harus menyalurkan mayoritas pasokannya melalui jalur darat. Hal ini menyebabkan kemacetan dan titik-titik kemacetan ini menjadi sasaran empuk bagi pasukan Ukraina untuk menyergap.
Beberapa kendaraan lapis baja telah keluar dari jalur, terjebak dalam lumpur, menegaskan gambaran mengenai pasukan yang telah "macet".
Sementara itu, konvoi panjang kendaraan lapis baja Rusia dari arah utara, yang tertangkap oleh citra satelit, masih gagal mengepung Kyiv.
Kemajuan yang paling signifikan tampak dari arah selatan, di mana Rusia bisa menggunakan jalur kereta api untuk memasok pasukannya.
Menteri Pertahanan Inggris, Ben Wallace, mengatakan kepada BBC bahwa pasukan Rusia "telah kehilangan momentum".
"Mereka terjebak dan bergerak lambat, tapi tentunya tetap memakan korban yang signifikan."
Kerugian dan kekuatan moral yang menurun
Rusia telah mengumpulkan sekitar 190.000 tentara untuk invasi ini, dan sebagian besar dari tentara itu telah berkomitmen untuk bertempur. Namun mereka telah kehilangan sekitar 10% dari kekuatan itu.
Tidak ada data pasti terkait skala kerugian Rusia maupun Ukraina. Ukraina mengklaim telah membunuh 14.000 tentara Rusia, meskipun AS memperkirakan mungkin hanya setengahnya.
Menurut para pejabat Barat, ada pula bukti bahwa moral para pejuang Rusia telah menurun menjadi "sangat, sangat, rendah".
Sebagian pihak lainnya mengatakan para tentara "kedinginan, kelelahan, dan kelaparan" karena menunggu di tengah musim dingin selama berminggu-minggu di Belarus dan Rusia sebelum diperintah untuk menyerang.
Situasi ini memaksa Rusia menggaet lebih banyak pasukan demi menebus kehilangan yang mereka alami, termasuk dengan menggerakkan unit cadangan dari wilayah timur negara itu, juga dari Armenia.
Para pejabat Barat juga meyakini "sangat mungkin" pasukan asing dari Suriah akan bergabung dalam pertempuran ini bersama tentara bayaran dari kelompok rahasia Wagner.
Seorang pejabat senior militer NATO mengatakan hal itu menandakan bahwa Rusia "mengais hingga ke bagian bawah laras".
Baca juga:
- Perang Ukraina: Mengapa dikaitkan dengan Neo-Nazi, jawaban atas pertanyaan-pertanyaan Anda
- 'Jangan percaya propaganda, hentikan perang,' - Kesaksian jurnalis Rusia malu bekerja untuk 'propaganda Kremlin'
- Rusia menyerbu, mahasiswa Ukraina jadi tentara relawan, dilatih tiga hari langsung terjun ke garis depan
Persediaan logistik
Rusia telah kesulitan memenuhi kebutuhan dasarnya. Ada pepatah militer lama yang mengatakan bahwa amatir berbicara taktik, sedangkan profesional mempelajari logistik.
Ada bukti bahwa Rusia belum cukup mempertimbangkan hal itu. Konvoi kendaraan lapis baja mereka telah kehabisan bahan bakar, makanan, dan amunisi. Kendaraan yang rusak ditinggalkan begitu saja, lalu diderek oleh traktor Ukraina.
Para pejabat Barat juga meyakini bahwa Rusia mungkin kehabisan beberapa amunisi. Pasukan Rusia telah menembakkan sekitar 850 hingga 900 amunisi presisi jarak jauh, termasuk rudal jelajah, yang lebih sulit diganti dibandingkan senjata yang terarah.
Pejabat-pejabat AS telah memperingatkan bahwa Rusia mendekati China untuk menutupi kekurangannya.
Sebaliknya di pihak Ukraina, ada pasokan tetap senjata dari Barat sehingga meningkatkan moral pasukan Ukraina.
AS baru saja mengumumkan akan menambah dukungan pertahanan senilai US$800 juta (Rp11,4 triliun) kepada Ukraina.
Dukungan itu antara lain berupa rudal anti-tank dan anti-misil, serta diharapkan mencakup Switchblade. Switchblade merupakan drone "kamikaze" kecil yang dikembangkan AS dan dapat dibawa menggunakan ransel sebelum diluncurkan untuk mengirim bahan peledak kecil ke sasaran di darat.
Meski demikian, para pejabat Barat memperingatkan bahwa Putin dapat "melipatgandakan kebrutalannya". Pasukan Putin dirasa masih memiliki daya tembak yang cukup untuk memborbardir kota-kota di Ukraina dalam "jangka waktu yang cukup lama".
Meskipun mengalami kemunduran, seorang pejabat intelijen mengatakan bahwa Presiden Putin "tidak mungkin goyah dan mungkin malah meningkatkan eskalasinya. Putin tampak percaya diri bahwa Rusia bisa mengalahkan Ukraina lewat militer".
Sementara pasukan Ukraina telah menunjukkan perlawanan sengit, pejabat yang sama mengingatkan bahwa tanpa pasokan yang signifikan, mereka juga bisa kehabisan amunisi dan pasukan."
Peluang Rusia mungkin lebih baik dibanding saat perang pertama kali dimulai, tetapi posisi mereka tampaknya masih bertumpuk dalam invasi ke Ukraina.