Harga Mi Instan Naik karena Perang di Ukraina, Penggemarnya Kaget

SiswantoABC Suara.Com
Rabu, 23 Maret 2022 | 11:54 WIB
Harga Mi Instan Naik karena Perang di Ukraina, Penggemarnya Kaget
Ilustrasi mi instan rebus (Pexels/Karolina Grabowska)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Di tahun 2018 dan 2019, Indonesia mengimpor banyak gandum dari wilayah Laut Hitam, termasuk Ukraina karena kekeringan melanda Australia.

Namun tahun lalu, 41 persen impor gandum berasal dari Australia.

"Kami panen gandum dalam jumlah besar pada tahun 2021, tanamannya besar-besar dan jumlahnya berlebih. Jadi ada banyak gandum yang bisa dikirim ke Indonesia," ujarnya.

Indonesia mengimpor lebih dari tiga juta ton gandum untuk diolah menjadi mi instan setiap tahunnya dari Australia, menurut ekonom dan peneliti Pusat Inovasi Ekspor Gandum Australia (AEGIC), Profesor Ross Kingwell.

Profesor Ross memperkirakan bahwa permintaan gandum untuk mi instan akan meningkat hingga 350.000 ton pada tahun 2030.

Atase perdagangan KBRI Canberra, Agung Wicaksono setuju bahwa permintaan gandum Australia di Indonesia akan meningkat, terutama dengan keberadaan IA-CEPA dan lokasi geografis yang berdekatan.

"Tidak tertutup kemungkinan situasi yang terjadi saat ini, tetap kedua negara ini mempertahankan kolaborasi atau bahkan lebih erat untuk memastikan pasokan suplai," katanya.

"Dalam situasi seperti ini perlu dilakukan pendekatan yang kolaboratif, apalagi karakteristik Indonesia dengan Australia dari sisi kepentingan ekspor impor ini saling melengkapi."

Laporan tambahan oleh Hellena Souisa

Baca Juga: Rusia Blokir Jalur Utama Ekspor Gandum, Pasokan Pangan Dunia Terancam

Baca laporannya dalam bahasa Inggris

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI