Kisah Pengidap Rosacea Berjuang Mengatasi Dampak Gangguan Kulit

SiswantoBBC Suara.Com
Rabu, 23 Maret 2022 | 11:15 WIB
Kisah Pengidap Rosacea Berjuang Mengatasi Dampak Gangguan Kulit
BBC
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Rosacea adalah kondisi yang sering dianggap biasa namun diperkirakan telah mempengaruhi jutaan orang.

Kondisi kulit seperti ini tidak dapat disembuhkan, dan mereka yang memilikinya harus sering menjalani pengobatan yang berkelanjutan, membatasi apa yang mereka makan, minum dan lakukan dan, dalam beberapa kasus, penilaian atau cemoohan dari orang lain.

Tetapi munculnya suatu komunitas pengidap Rosacea yang terus berkembang dan pernyataan dari sejumlah tokoh yang mengalami penyakit yang sama menunjukkan bahwa mereka tidak sendirian.

Lex Gillies, dari York, Inggris, adalah seorang mahasiswi berusia 21 tahun ketika dia didiagnosis menderita rosacea.

Baca Juga: 6 Manfaat Tidur Cantik, Bisa Bikin Kulit Tampak Lebih Bercahaya dan Awet Muda

"Saya tidak ingin melakukan apa pun yang akan membuat orang menoleh dan melihat saya karena saya tidak ingin orang memperhatikan kulit saya," katanya.

Kondisi kulit yang ditandai dengan kemerahan pada wajah akibat pelebaran pembuluh darah disertai benjolan dan bintik-bintik kecil, mirip dengan jerawat, sering dipandang hal yang biasa.

Beberapa laporan menunjukkan sebanyak satu dari 10 orang di Inggris memilikinya.

Mengontrol penampilan fisik, melalui perawatan dan mengelola pemicunya, seperti alkohol, makanan pedas, olahraga, dan bahkan sinar matahari, adalah satu hal. Namun mengatasi dampaknya pada kesehatan mental adalah hal lain.

Lex, seorang blogger dan Duta Yayasan Kulit Inggris, telah menghabiskan delapan tahun untuk mendokumentasikan hubungannya dengan rosacea, dan mengatakan bahwa dia telah belajar untuk memahami dan menerima kulitnya apa adanya daripada memperlakukannya "sebagai musuh saya".

Baca Juga: Waspadai Gejala Kanker Kulit pada Mata, Ini 7 Tanda Peringatan yang Harus Dikenali!

"Saya melihat rosacea yang saya idap sebagai hal yang harus saya perjuangkan dan atasi dan merasa kulit saya mengecewakan saya dan menjadi pengkhianat dengan membiarkannya mengambil alih," katanya.

"Tapi sebenarnya itu adalah kulit saya yang mati-matian mencoba mengingatkan saya akan fakta bahwa ada sesuatu yang salah."

Dia telah banyak menulis tentang dampak rosacea pada kesehatan mental, dengan mengatakan "itu masih bukan sesuatu yang dianggap serius".

Sikapnya itu membuatnya senasib dengan anggota parlemen Inggris Sir Edward Leigh, yang menderita rosacea dan baru-baru ini berbicara tentang pelecehan yang dia terima sebagai akibatnya.

Dia mengaku kerap diejek sebagai "kepala babi merah" dan "badut berwajah kemerahan".

Anggota parlemen dari Gainsborough itu, yang mengangkat pelecehan tersebut dalam rapat di parlemen pada Januari lalu, mengatakan dia telah belajar menerima ejekan itu "dengan sedikit gusar saja" tetapi dia khawatir tentang dampaknya pada generasi muda dan dukungan yang tersedia untuk mereka.

Soal itu, Lex setuju, dan meskipun Sir Edward telah dikritik karena beberapa pandangan politiknya, termasuk komentarnya baru-baru ini tentang pengungsi Ukrania, Lex mengatakan penampilan Edward tidak boleh menjadi bahan ejekan.

Dia sebelumnya telah menunjukkan bagaimana "hinaan kejam pada seorang anggota parlemen" juga berpengaruh pada orang-orang lain yang bisa "menganggap serius lelucon itu".

Janet Doyle, 71, dari Hull, yang didiagnosis dengan kondisi tersebut di usia 30-an, mengaku terkadang selama beberapa hari dia merasa sulit untuk pergi keluar.

"Pada akhirnya ini menyangkut wajah kita. Itulah yang dilihat orang-orang pertama kali," ujarnya.

"Orang-orang mengira Anda orang aneh. Itu hanya membuat Anda merasa sangat buruk, seperti, maksudnya apa? Itu bisa sangat membuat depresi. Jadi terkadang saya tidak mau pergi keluar."

Jim Howe, 64, dari Skegness, mengatakan bahwa dia juga merasa sulit untuk mengatasi perhatian yang tidak diinginkan terkait penampilannya.

Dia mengenang pernah duduk di luar sebuah bar di Spanyol ketika seorang teman menoleh kepadanya dan berkata 'Wajahmu seperti pecandu alkohol'.

"Orang-orang menghakimi Anda ketika menderita rosacea, dan itu bisa membuat depresi," katanya.

Nicola Dalby, dari Ayrshire, mengatakan dia pertama kali menyadari kondisi tersebut, yang memengaruhi pipi, hidung, dan dahinya, ketika masa remaja. Dia kadang-kadang merasa kesulitan, takut dia tidak akan pernah "tumbuh besar tanpa memiliki kulit yang mengerikan".

Namun, dia kini merasa nyaman dan mendapat dukungan setelah berbicara kepada orang lain secara daring (online).

Dia mengungkapkan ada suatu komunitas di Facebook yang telah menjadi bagian hidupnya dalam beberapa tahun terakhir, memberinya kesempatan untuk berbagi pengalaman dan bertukar saran dan, yang penting, membantunya menyadari bahwa dia tidak "sendirian".

Akses ke dukungan psikolog profesional bagi orang-orang yang bermasalah dengan kondisi kulit itu, menurut British Association of Dermatologists, masih menjadi "masalah signifikan" dan ada kesenjangan besar dalam penyediaan layanan di beberapa bagian di Inggris.

Menurut asosiasi itu ada "banyak bukti" yang menunjukkan dampak Rosacea terhadap kesehatan mental dan kualitas hidup seseorang.

Badan amal Inggris Changing Faces menawarkan dukungan kepada siapa pun yang hidup dengan bekas luka, bekas luka, atau kondisi di wajah atau tubuh mereka.

Kepala eksekutif badan itu, Heather Blake, mengatakan terlalu sering kesehatan mental orang tidak diperhitungkan, hanya fokus pada dampak fisik dari kondisi tersebut.

Dia mengatakan badan amalnya dapat menawarkan dukungan bagi mereka yang mungkin mempertimbangkan prosedur kosmetik dan juga akan memberikan konseling bagi mereka yang berjuang melawan dampak mental.

"Kami percaya orang memiliki hak untuk memilih bagaimana mereka menjalani hidup mereka dengan perbedaan yang terlihat," katanya.

"Peran kami adalah untuk mengarahkan orang-orang ini ke dukungan yang tepat.

"Dan sementara orang-orang dengan perbedaan yang terlihat, seperti rosacea, terus mengalami tatapan, komentar negatif, maupun yang lebih buruk lagi, kami akan terus berkampanye untuk menentang diskriminasi yang dihadapi orang-orang karena penampilan mereka."

Pada bulan Januari, setelah Sir Edward menyuarakan keprihatinannya, menteri kesehatan Gillian Keegan mengatakan pemerintah "berkomitmen untuk mencapai keseimbangan antara layanan kesehatan mental dan psikis".

Bagi Lex, setelah 16 tahun hidup dengan kondisi tersebut, dia mengatakan tidak lagi berperang dengan kulitnya, tetapi mengakui bahwa "banyak orang yang terlalu dini dalam perjalanan mereka untuk memahami atau menerimanya".

"Mantra saya adalah kulitmu bukan yang menentukan dirimu. Itu adalah sesuatu yang harus Anda pertahankan tetapi itu bukan siapa Anda. Anda mengidap rosacea, tetapi Anda bukan rosacea."

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI