Perang di Ukraina Perparah Krisis Kemanusiaan Lain yang Terlupakan di Yaman

SiswantoBBC Suara.Com
Selasa, 22 Maret 2022 | 18:40 WIB
Perang di Ukraina Perparah Krisis Kemanusiaan Lain yang Terlupakan di Yaman
BBC
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Ketika perhatian dunia menuju ke Ukraina, "krisis kemanusiaan terparah di dunia" - situasi yang digambarkan PBB di Yaman - semakin memburuk.

Upaya PBB baru-baru ini untuk menggalang dana di Yaman tidak menghasilkan. PBB berharap menggalang sekitar US$4 miliar sampai tanggal 16 Maret namun hanya menerima sepertiga dari jumlah ini.

"Dengan perang di Ukraina, harga-harga di Yaman meningkat dua kali lipat, khususnya harga tepung. Satu kantung sekitar US$21-$25, sekarang mencapai US$50," kata Sarah Shawqi, dari Muslim Hands, yayasan yang memiliki lima pabrik roti di Yaman.

"Kami harus mengurangi biaya dari tempat lain agar dapat tetap menyediakan roti."

Baca Juga: Stasiun Manggarai Di Prediksi Bakalan ada 150 Ribu Penumpang Yang Transit

Bagi sekitar 25.000 orang yang menerima bantuan, roti dari yayasan ini adalah makanan yang mereka miliki setiap hari, kata Shawqi. "Kami bantu mereka yang rentan, anak yatim piatu, orang yang cacat dan para perempuan."

Yaman, negara termiskin di Timur Tengah dan kawasan Afrika Utara, mengimpor sekitar 90% makanan. Menurut Bank Dunia, sekitar 40% gandum Yaman diimpor dari Ukraina dan Rusia.

Para pekerja bantuan Muslim Hands kepada BBC mengatakan, mereka khawatir naiknya harga dapat menghentikan proyek-proyek kemanusiaan seperti yang mereka jalankan.

Raidha Mothana Ali, seorang janda dengan lima anak di Aden, adalah salah seorang yang menggantungkan hidup dari bantuan yayasan itu.

"Saya sangat kekurangan keperluan mendasar. Saya tak punya gaji tetap. Saya dan anak-anak mendapat dua potong roti setiap hari, dan hanya itu yang kami makan. Saya tak tahu lagi apa yang harus saya lakukan, bila mereka tak lagi memberikan bantuan roti kepada kami," katanya.

Baca Juga: Palang Merah Internasional Minta Dunia Tidak Lupakan Yaman

Baca juga:

Salah Ahwas, yang bekerja di pabrik roti, mengatakan ia sering melihat warga di "kota Taiz mengais sampah pada malam hari untuk mencari makanan."

Sekitar 50.000 orang mengalami kondisi kesulitan makanan dan lima juta orang berada di ambang kelaparan.

Tanpa adanya penyelesaikan politik dan ekonomi, situasi diperkirakan akan bertambah parah, menurut para pengamat.

Namun mengapa situasi menjadi parah seperti sekarang?

Kapan dan bagaimana perang dimulai?

Perang di Yaman dimulai pada akhir 2014 ketika pemberontak Houthi menguasai kawasan terbesar negara itu dan ibu kota, Sanaa.

Houthis adalah pengikut sekte Zaydi, Syiah dan diduga didukung oleh Iran.

Pada Maret 2015, koalisi Saudi - yang didukung oleh Amerika Serikat - ikut campur dalam operasi militer di Yaman untuk memerangi Houthis dan memulihkan pemerintahan Presiden Abd-Rabbu Mansour Hadi dan menekan apa yang mereka katakan pengaruh Iran yang menguat di kawasan.

Tentara terpecah dan pemberontak mengibarkan perang di selatan.

Houthis mengambil kesempatan gejolak ini dan menguasai semakin banyak wilayah. Mereka menolak tawaran berbagi kekuasaan dengan Hadi. Sementara kelompok pemberontak di selatan, Southern Transitional Council (STC) menginginkan kemerdekaan.

Kondisi memaksa Hadi melarikan diri ke Arab Saudi, tempat sekarang dia tinggal. Namun ia masih menjadi kepala pemerintahan yang diakui secara internasional.

Namun perang menyebar dan tak hanya melibatkan para pejuang di negara itu.

Pertempuran dan serangan udara terus terjadi di banyak bagian Yaman.


Krisis di Yaman

Data resmi menunjukkan banyak keperluan darurat setelah lebih dari tujuh tahun perang di Yaman.

Kelaparan menyebabkan lebih banyak orang meninggal dibandingkan akibat pertempuran. Sekitar 80% penduduk Yaman yang berjumlah hampir 30 juta tergantung pada bantuan.

  • Paling tidak 377.000 orang meninggal pada akhir 2021
  • Lebih dari 10.000 anak meninggal atau terluka sejak dimulai perang pada akhir 2014
  • Sekitar 17,4 juta orang perlu bantuan makanan (jumlah ini diperkirakan naik menjadi 19 juta pada akhir tahun ini)
  • Lima juta orang berada di ambang kelaparan dan hampir 50.000 orang telah mengalami kelaparan
  • Lebih dari empat juta orang mengungsi akibat konflik

Sumber: UNHCR, UNOCHA, PBB, WFP


Apakah ada upaya damai?

Berbagai upaya damai untuk Yaman gagal namun upaya diplomatik untuk mencari penyelesaian masih berlangsung.

Menurut para pejabat, Dewan Kerja Sama Negara Teluk yang bermarkas di Saudi, Gulf Cooperation Council (GCC) merencanakan mengajak gerakan Houthi dan partai-partai lain yang bertikai di Yaman untuk berunding bulan ini di Riyadh.

Usulan yang jarang ini ditujukan untuk mendukung upaya damai PBB. Konperensi ini akan berlangsung pada 29 Maret sampai 7 April.

Houthi mengatakan mereka menyambut pembicaraan dengan koalisi yang dipimpin Saudi bila tempat pertemuan di negara netral dan prioritas mereka adalah mencabut pembatasan di pelabuhan Yaman dan bandar udara di Sanaa.

Namun Nadw al Dawsari, analis konflik Yaman dari Insitut Timur Tengah di Washington, ragu pembicaraan ini dapat berhasil.

"Saya tentu berharap akan ada solusi damai namun saya ragu bisa segera tercapai," katanya. "Tak ada yang siap damai. Pihak-pihak yang bertikai tidak mau berkompromi. Houthi tidak akan menyerah dengan tuntutan mereka untuk memerintah tanpa batas," katanya.

"Hadi sudah di luar negeri delapan tahun - ia tidak ingin mengakhiri konflik. Ia menghasil uang, seperti halnya Houthi juga.

"Jadi, bagaimana mengupayakan damai bila para pelaku mengambil keuntungan dari perang," katanya lagi.

Apa yang bisa dilakukan untuk membantu masalah kemanusiaan?

Rakyat Yaman sangat tergantung pada bantuan. Upaya badan-badan bantuan dan organisasi internasional terbatas anggaran yang disediakan pihak donor.

Dengan naiknya harga minyak dan bahan pangan dunia, sebagian besar khawatir mereka tidak akan menerima cukup dana untuk membiayari proyek bantuan ini.

PBB menerima lebih dari setengah dari US$3,4 miliar yang diperlukan pada 2020, sementara tahun lalu donor memberikan US2,3 miliar. Badan Pangan Dunia, WHO juga terpaksa mengurangi bantuan pangan untuk Yaman karena organisasi itu kehabisan dana.

Pada 16 Maret lalu, PBB kembali berupaya menekan donor untuk memperhatikan Yaman.

Namun dalam seruan bantuan itu, badan dunia tersebut hanya dapat menggalang US1,3 miliar untuk membantu 17,3 juta jiwa, sepertiga dari yang diharapkan PBB.

Sekretaris Jendral PBB, Antonio Guterres memperingatkan bahwa perang di Yaman jangan sampai terlupakan karena krisis Ukraina.

Tahun lalu, pemerintah Inggris mengumumkan pengurangan bantuan signifikan ke Yaman menjadi US$115 juta tahun ini dari US$215 juta tahun lalu.

"Ini sangat memprihatinkan dan kami sekarang kehabisan dana," kata direktur eksekutif WFP, David Beasley dalam konperensi PBB pada 16 Maret.

"Jangan buat kami ambil keputusan antara mengambil makanan dari anak-anak di Ukraina ke anak-anak di Yaman," katanya.

Di lapangan, pengurangan dana menjadi masalah besar.

"Perang di Ukraina jelas akan mempengaruhi proyek bantuan kami, dan kami mungkin harus mengurangi dana," kata Abdul Rahman Hussein, direktur yayasan Muslim Hands di Yaman.

"Kami membagi 50.000 roti setiap hari di Yaman. Namun dengan naiknya harga dua kali lipat, kami perlu lebih banyak dana untuk bisa bertahan. Bila tidak kami harus menuutup sebagian pabrik roti kami," katanya.

"Dengan bencana di Ukraina, dunia mengalihkan perhatian lebih ke Ukraina dibandingkan ke negara ketiga seperti Yaman. Namun Yaman, tidak hanya dibiarkan dalam satu bulan terakhir, tapi dalam tujuh tahun terakhir."

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI